Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas. Hal ini menyebabkan peningkatan
hiperresponsif jalan nafas yang ditandai dengan wheezing, sulit bernafas, dada terasa berat,dan
batuk, terutama terjadi malam hari atau menjelang pagi hari. Asma adalah gangguan aliran udara
intermitten dan reversibel yang hanya mempengaruhi jalan nafas, tidak sampai pada alveoli.
Gangguan aliran udara terjadi dengan dua cara yaitu inflamasi (peradangan) dan hiperresponsif
jalan nafas. Inflamasi terjadi pada lumen (bagian dalam) jalan napas. Hiperresponsif jalan napas
terjadi karena konstriksi otot bronkial yang lembut sehingga menyebabkan penyempitan jalan
napas kearah luar.

Asma bertanggung jawab atas 21,6 juta DALYs (Disability-Adjusted Life Year) pada tahun
2019, yang merupakan 20,8% dari total DALYs dari penyakit pernapasan kronis. Angka
kematian akibat asma paling tinggi di negara-negara dengan SDI (Socio-Demographic Index)
rendah dan menengah, sedangkan prevalensi tertinggi di negara-negara dengan SDI tinggi.
Dilaporkan bahwa Amerika Utara memiliki prevalensi asma berdasarkan usia tertinggi pada
tahun 2019 (10.399,3 per 100.000) dan Asia Timur memiliki yang terendah (2.025,5 per
100.000). Dari tahun 1990 hingga 2019, jumlah kasus prevalensi asma meningkat dari 226,9 juta
menjadi 262,4 juta, dengan jumlah kasus terbanyak di Asia Selatan dan Amerika Utara.

Patofisiologi

Serangan pemicu asma biasanya dikaitkan dengan inhalasi allergen seperti polen, bulu binatang
atau debu rumah dan alergi lain. Polutan lingkungan seperti asap rokok. Risiko lebih tinggi
peningkatan keparahan asma dapat terjadi ketika seseorang terkena pajanan ke perokok pasif
sejak kecil. Asma pekerjaan yang dipengaruhi oleh agens yang ditemukan di tempat kerja seperti
debu, zat kimia, uap dan gas berbahaya. Stimulus internal yang umum pada serangan asma
adalah infeksi pernapasan, biasanya virus. Asma yang terjadi karena latihan di udara yang dingin
dan kering juga dapat memicu terjadinta asma pada orang yang rentan. Faktor penting pada
serangan asma adalah sres emosi. Sedangkan untuk pemicu farmakologisnya adalah aspirin dan
NSAID lain, penyekat beta, dan sulfit.

Respon akut atau respon awal terjadi ketika pemicu seperti inhalasi allergen atau iritan terjadi.
Pelepasan mediator inflamasi (histamin, prostaglandin, dan leukotrien) terjadi karena sel mast
tersensitisasi di mukosa bronkial. Penghasilan mediator inflamasi (sitokin, bradykinin, dan faktor
pertumbuhan) oleh sel inflamasi yang tinggl dan menginfiltrasi. Mediator inflamasi tersebut
menstimulasi reseptor parasimpatis dan otot polos bronkial untuk menghasilkan
bronkokonstriksi. Peningkatan permeabilitas kapiler juga terjadi yang sehingga plasma keluar
dan menyebabkan edema mukosa. Terstimulasi produksi mukus sehingga kelebihan mukus
berkumpul di jalan napas yang menyempit. Setelah pajanan dari pemicu selama 4 hinga 12 jam
terjadi serangan lama oleh respons fase akhir. Derajat inflamasi mempengaruhi derajat
hiperaktivitas. Jalan napas mengalami penyempitan karena bronkokonstriksi, edema dan
inflamasi, serta sekresi mukus yang mengakibatkan peningkata resistensi jalan napas,
pembatasan aliran udara, dan peningkatan kerja napas.Pada serangan asma akut, pelepasan
mediator inflamasi dari jalan napas tersentisasi dengan diikuti aktivitas sel inflamasi sehingga
mengakibatkan bronkokonstriksi, edema jalan napas, dan penurunan bersihan mukosiler.
Pembatasan aliran udara dan peningkatan kerja napas terjadi akibat penyempitan jalan napas
sehingga udara yang terjebak tercampur dengan udara yang diinhalasi yang menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas.

Diagnosis

Dalam menentukan derajat keterlibatan jalan napas selama dan antara episode akut dan
mengidentifikasi faktor penyebab seperti alergen diperlukan tes diagnostik, diantaranya:

a. Pemeriksaan fungsi paru (Pulmonary Function Test)


Pemeriksaan fungsi paru dilakukan untuk mengevaluasi derajat obstruksi jalan napas.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesuduah penggunan bronkodilator aerosol untuk
membantu menentukn reversibilitas obstruksi jalan napas.
b. Pemeriksaan tantangan atau provokasi bronkial
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengonfirmasi diagnosis asma dengan mendeteksi
hiperresponsivitas jalan napas. Pada pemeriksaan ini menggunkan zat yang diinhalasi
seperti metakolin atau histamin dengan PFT.
c. Arterial Blood Gases (ABG)
ABG dilakukan untuk mengetahui oksigenasi, eliminasi karbon dioksida, dan status asam
basa pasien selama serangan akut.
Tatalaksana

Penatalaksanaan pada pasien asma bronchial yaitu :


a. Pengobatan Farmakologi
1) Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja sangat
cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua
adalah 10 menit.
2) Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
3) Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang
baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama harus
diawasi dengan ketat.
4) Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat pencegah asma
khusunya untuk anak-anak.
5) Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan dengan cara Berat
badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200
μg, 400 μg/ dosis), Ventolin ( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2
ml, Bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).
b. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat dilakukan dengan
melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif
a. Batuk Effektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan secret
secara maksimal.. Tujuan membantu membersihkan jalan nafas., Indikasi :Produksi
sputum yang berlebih , Pasien dengan batuk yang tidak efektif
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi paru. Posisi ini
mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru.

Dapus

1. American Academy of Allergy Asthma & Immunology. Asthma & Immunology. 2013
2. Global Health Metrics. Asthma — Level 3 cause. Lancet. 2020;396:108–9
3. Welsh ET. Global burden of asthma decreased from 1990 to 2019 [Internet]. Healio
pulmonolgy. 2021. Available from:
https://www.healio.com/news/pulmonology/20211110/global-burden-of-
asthmadecreased-from-1990-to-2019
4. LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
5. Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai