Anda di halaman 1dari 5

Makalah Matra Laut Hyperbaric Oxygen Theraphy

Definisi
Terapi oksigen hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy (HBOT) adalah suatu terapi
yang dilakukan dengan cara memberikan 100% oksigen bertekanan, biasanya hingga
mencapai 3 ATA, kepada pasien (Mahdi, 1999)
Mulanya terapi ditujukan bagi penderita decompression sickness yang kebanyakan
didierita penyelam. Namun, terapi ini terapi ini juga efektif dan terbukti mampu
membantu dalam menyembuhkan berbagai penyakit, terutama terkait dengan
restrukturisasi sel-sel tubuh yang rusak,
Dasar Fisiologis Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik menerapkan beberapa hukum fisika gas, yaitu:
1. Hukum Boyle, menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan
bila temperatur dipertahankan konstan. Volume gas menurun dengan naiknya tekanan
dan volume naik dengan turunnya tekanan. Hukum ini merupakan dasar untuk banyak
aspek dari terapi oksigen hiperbarik, seperti suatu fenomena yang dikenal sebagai
squeeze' yang terjadi selama proses terapi karena peningkatan temperatur ruangan
(chamber). Ketika tuba eustachii tersumbat menyebabkan terganggunya proses
keseimbangan tekanan gas yang mengakibatkan rasa nyeri yang menekan di middle ear
(telinga bagian tengah).
2. Hukum Dalton, menyatakan bahwa tekanan campuran (total pressure) dua gas atau
lebih yang berada dalam suatu ruangan sama dengan jumlah tekanan gas (partial
pressure) masing-masing yang ada dalam ruangan tersebut.
3. Hukum Henry, menyatakan bahwa banyaknya gas yang larut dalam cairan atau
jaringan berbanding lurus dengan tekanan gas dan koefisien kelarutan gas tersebut.
Hukum ini merupakan basis dari peningkatan tekanan oksigen di jaringan dengan
penggunaan terapi oksigen hiperbarik (Bell et al, 2004).
Ketika menghirup udara dengen tekanan normal (normobaric), tekanan oksigen arteri
berkisar antara 100mmHg dan tekanan oksigen di jaringan 55 mmHg. Dengan
pemberian oksigen 100% pada tekanan 3 ATA dapat meningkatkan tekanan oksigen
arterial menjadi 2000 mHg dan tekanan oksigen jaringan 500 mmHg, dengan jumlah
60 ml oksigen per liter darah, dibandingkan hanya 3ml oksigen per liter darah jika pada
tekanan normal 1 ATM. Kondisi tersebut dapat memberi jaringan oksigen tanpa perlu
berikatan dulu dengan hemoglobin.
Tipe Hyperbaric Chamber
Berdasarkan jumlah pasien yang dapat dilayani, terdapat dua tipe hyperbaric chamber
1) Monoplace
Diperuntukan untuk satu pasien, Terapi dilaksanakan dengan memasukkan
100% oksigen ke dalam ruangan tersebut tanpa menggunakan masker.

Gambar 1 hyperbaric chamber monoplace


2) Multiplace
Jumlah pasien yang diterapi di dalam ruangan dapat lebih dari satu Masing-
masing pasien menggunakan masker atau penutup kepala (helm) untuk
keperluan suplai oksigen bertekanan. Pada sisi lain, tekanan di sekitar
pasien disesuaikan dengan cara memasukkan udara bertekanan ke dalam
ruangan.

Efek
o Memaksimalkan oksigenasi jaringan
o Memberikan oksigenasi jaringan dalam keadaan pengangkutan
hemoglobin-oksigen yang terganggu, contoh pada kasus keracunan karbon
monoksida
o Merusak DNA dan menghambat fungsi metabolik dari bakteri
o Membantu proses penyembuhan luka
o Mengurangi oedem pada jaringan
Administrasi oksigen hiperbarik
Pemberian oksigen hiperbarik efektif jika dihirup pada atmosfer atau melalui tuba
endotrakeal dalam monoplace chamber atau melalui masker dalam multi-occupant
chamber.
Durasi pengobatan tunggal sangat bervariasi dari 45 menit, untuk kasus korban
keracunan karbon monoksida (CO), hingga hampir 5 jam, pada kelainan dekompresi
yang parah. Ratarata 90 menit untuk pengobatan luka yang tidak peka terhadap
antibiotik dan debridement setiap 20-30 perawatan.

Proses HBOT diawali dengan konsultasi dokter dan pemeriksaan fisik untuk
menentukan ada tidaknya kontraindikasi absolut, lalu setelah dipasstikan tidak ada
maka pasien akan dibawa masuk dalam suatu ruangan hiperbarik. Ada 2 jenis ruangan
yaitu ruangan multipel yang dapat digunakan bersamaan dengan pasien lain dan
ruangan single yang hanya dapat digunakan oleh 1 pasien saja. Di dalam ruangan
pasien dapat melakukan aktivitas seperti membaca dan mendengarkan musik. Dosis
dan lamanya HBOT disesuaikan dengan kondisi jaringan dan indikasi dilakukannya
HBOT. Sebagai contoh, HBOT untuk perawatan luka dilakukan sebanyak 10 sesi
perawatan, setiap sesi memakan waktu 90 hingga 120 menit (LAKESLA, 2009).

Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2 3 ATA (Atmosphere


Absolute) dengan pemberian O2 intermitten akan mencegah keracunan O2 dan
memberikan efek samping seminimal mungkin. Efek samping yang ditimbulkan
biasanya berupa mual, kedutan pada otot wajah dan perifer, maupun kejang
(LAKESLA, 2009).

Indikasi
Kelainan yang merupakan indikasi terapi oksigen hiperbarik dikelompokkan menurut
kategmengorisasi yang dibuat oleh Committee of Hyperbaric Oxygenation of the
Undersea and Hyperbaric Medical Society yang telah mengalami revisi pada tahun
1986 dan 1988 (LAKESLA, 2009).

Penyakit-penyakit yang termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut:

1. Aktinomikosis
2. Emboli udara
3. Anemia karena kehilangan banyak darah
4. Insufisiensi arteri perifer akut
5. Infeksi bakteri
6. Keracunan CO
7. Keracunan sianida
8. Penyakit dekompresi
9. Gas gangrene
10. Cangkok kulit
11. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob
12. Osteoradinekrosis
13. Radionekrosis jaringan lunak
14. Sistitis akibat radiasi
15. Ekstrasi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi
16. Kanidiobolus koronotus
17. Mukomikosis
18. Osteomielitis
19. Ujung amputasi yang tidak sembuh
20. Ulkus diabetic
21. Ulkus stasis refraktori
22. Tromboangitis obliterans
23. Luka tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama
24. Inhalasi asap
25. Luka bakar
26. Ulkus yang terkait vaskulitis (LAKESLA, 2009).

Kontraindikasi
1. Kontraindikasi Absolut
Pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen
hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorax
tersebut (LAKESLA, 2009).
Keganasan yang belum diobati atau keganasan metastatik akan menjadi lebih
buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk pengobatan. Penderita
keganasan yang diobati dengan oksigen hiperbarik biasanya secara bersama-
sama juga menerima terapi radiasi atau kemoterapi (LAKESLA, 2009).
Kehamilan juga merupakan kontraindikasi absolut karena tekanan parsial
oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupan patent ductus arteriosus,
sehingga secara teoritis pada bayi prematur dapat terjadi fibroplasia
retrolental. (LAKESLA, 2009).
2. Kontraindikasi Relatif
Beberapa kondisi yang memerlukan perhatian jika akan melakukan terapi
hiperbarik Tetapi bukan merupakan kontraindikasi absolut adalah:
o Infeksi saluran napas bagian atas
o Sinusitis kronis
o Penyakit kejang
o Emfisema yang disertai retensi CO2
o Panas tinggi yang tidak terkontrol
o Riwayat pneumothorax spontan
o Riwayat operasi dada
o Riwayat operasi telinga
o Infeksi virus
o Spherositosis kongenital
o Riwayat neuritis optik
o Kerusakan paru asimptomatik yang ditentukan pada penerangan atau
pemotretan dengan sinar X (LAKESLA, 2009).
Komplikasi
Oksigen hiperbarik relatif aman walaupun ada beberapa resiko yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan dan hiperoksia.
o Myopia yang progresif dan reversible yang disebabkan karena
deformasi fisik lensa
o Toksisitas pada CNS berupa kejang mungkin terjadi dan telah
dibuktikan oleh Paul Bert pada tahun 1878
o Barotrauma sinus/middle ear dan otitis media meskipun jarang trjadi

Anda mungkin juga menyukai