Anda di halaman 1dari 16

Pembahasan

II.1. Definisi Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) adalah sebuah metode pengobatan di dunia


kedokteran. Hiperbarik adalah suatu keadaan yang berada dalam lingkungan bertekanan tinggi ,
melebihi tekanan di atas permukaan laut ,atau lebih dari 1 ATA. Kemudian dalam lingkungan
hiperbarik ini diberikan oksigen murni (100%) sebagai media napas, yang merupakan salah satu
unsur terapi. Oksigen murni artinya semua unsur gas yang ada di dalamnya hanya mengandung
oksigen kira-kira 99,9% ,sedangkan sisanya adalah beberapa unsur gas lain nya.

Lingkungan Hiperbarik di dunia kedokteran biasa dikenal dengan istilah ruang


hiperbarik. Ruang ini telah di desain sedemikian rupa agar pasien dapat menggunakan oksigen
murni sebagai media nafas. Pasien yang menjalani terapi oksigen hiperbarik harus masuk ke
dalam ruang hiperbarik sambil menghisap oksigen murni.Tindakan ini merupakan sebuah
tindakan medis kedokteran yang aman, dapat di iikuti oleh siapa saja, tidak bergantung pada
usia, selama tidak memiliki kontraindikasi terhadap tindakan oksigen hiperbarik.

Tekanan tinggi di dalam ruang hiperbarik yang biasa diberikan tergantung kepada dua hal
yaitu jenis terapi yang akan diberikan dan bergantung pada umur. Untuk kasus penyakit
klinis ,biasanya tekanan udara yang diberikan berkisar antara 1,3 ATA sampai dengan 2,8 ATA.
Tetapi dalam kasus penyakit akibat penyelaman volume tekanan udara dapat mencapai 6 ATA.

Contoh ruang hiperbarik

1
II.2.1.Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik pada Penyakit Penyelaman

Pada penyelaman , saat penyelam menuju ke dasar dan selama di kedalaman terjadi
saturasi jaringan tubuh oleh gas nitrogen, sebaliknya saat penyelam menuju ke permukaan terjadi
desaturasi.

Desaturasi jaringan tubuh penyelam oleh gas nitrogen / gas lembam lainya diatur menurut
prosedur dekompresi. Jika terjadi kesalahan prosedur dekompresi atau prosedur berenang naik
menuju ke permukaan, setibanya di stasiun dekompresi tertentu atau dipermukaan dapat terjadi
keadaan supersaturasi (lewat jenuh) jaringan tubuh oleh gas Nitrogen. Helium maupun gas
lembam lainnya tergantung jenis gas pernafasan yang dipakai.

Jika supersaturasi tadi melampaui nilai kritis (nilai maksimum) tekanan partial gas
nitrogen yang dapat dilarutkan oleh tubuh pada tekanan tertentu, maka sesuai hukum Henry
sebagian larutan gas nitrogen akan berubah menjadi gas kembali sehingga terbentuklah
gelembung gas lembab.

Gelembung gas lembam yang terjadi dapat menyebabkan penyakit dekompresi maupun
emboli pada penyelam. Jika diberikan tekanan tinggi pada tubuh kita maka gelembung tadi akan
mengecil volume dan diameter nya ,selain itu gelembung nitrogen akan kembali menjadi larutan.

2
Jika pada penderita penyakit dekompresi dan emboli diberikan oksigen tekanan tinggi
maka resolusi gelembung nitrogen akan berlangsung lebih cepat dan efektif ,dibandingkan jika
penderita diberikan udara tekanan tinggi.

Untuk efektivititashasil terapi OHB maka OHB harus dilaksanakan sebelum 5-6 jam
sejak munculnya gejala, maksimum 12 jam. Semakin cepat dilaksanakan terapi OHB hasilnya
semakin baik karena belum terjadi komplikasi mekanis dan biokimaiwi yang ditimbulkan oleh
bubble sehingga belum ada kerusakan jaringan yang permanen. Kesalahan prosedur dekompresi
sering menimbulkan “ Silent bubble “ (glembung gas yang tidak menimbulkan gejala) yang tidak
diketahui oleh penyelam. Oleh karena itu pada semua kasus omitted decompression perlu
dilakukan rekompresi, dapat dengan Tabel dekompresi baik di dalam RUBT maupun di air, atau
dengan Tabel Pengobatan. Dalam hal ini di kalangan penyelam yang paling sering digunakan
adalah tabel rekompresi dari US Navy.

II.2.2 Aturan pemakaian tabel pengobatan

a. Selalu

1. Menepati tabel pengobatan dengan akurat

2. Di dalam RUBT harus ada perawat kesehatan penyelaman yang trampil untuk mendampingi
penderita

3. Kecepatan turun (descent/kompresi) dan kecepatan naik (ascent/dekompresi) harus tepat.

4. Periksa pasien dengan teliti pada kedalaman dimana gejala hilang dan pada kedalaman
pengobatan

5. Obati penyelam yang tidak sadar sebagai penderita emboli atau penyakit dekompresi, kecuali
diagnose tersebut dapat disingkirkan.

6. Gunakan tabel pengobatan dengan udara hanya jika system oksigen tidak dapat dipakai

7. Hati-hati terdapat kemungkinan keracunan oksigen.

8. Jika penderita kejang-kejang karena keracunan oksigen, segera lepas masker oksigen, lindungi
penderita agar tidak cedera (kepala terbentur, lidah tergigit).

3
9. Awasi pemakaian oksigen dengan ketat sesuai batas waktu dan batas kedalaman pada tabel.

10. Periksa kondisi pasien sebelum dan saat tiba pada stasiun dekompresi dan selama dekompresi

11. Setelah pengobatan selesai, awasi penderita selama 6 jam untuk menajaga kemungkinan
terjadinya kekambuhan

12. Pelihara ketepatan waktu dan catat semua kejadian saat pengobatan.

13. Pelihara dan siapkan alat P3K untuk siap pakai setiap saat diperlukan.

b.Tidak Boleh

1. Melakukan pemendekan atau tabel pengobatan kecuali atas perintah dokter ahli kesehatan
penyelaman

2. Membiarkan penderita tidur pada saat perubahan kedalaman atau tidur lebih dari satu jam
pada kedalaman tertentu

3. Menunggu alat resusitasi, jika terjadi kegagalan pernafasan lakukan pernafasan buatan mulut
ke mulut.

4. Menghentikan terapi selama resusitasi.

5. Memakai oksigen pada kedalaman lebih dari 60 fsw.

6. Menunda melaporkan gejala-gejala yang dialami penyelam

7. Menunda mengobati kasus-kasus yang meragukan

8. Membiarkan penderita di dalam chamber dalam posisi meringkuk karena dapat mengganggu
sirkulasi darah

II.2.3 Tabel 5, 6, dan 6A US Navy untuk Rekompresi menggunakan TOHB

Tabel 5 -> digunakan untuk DCS Tipe 1

4
5
Tabel 6

Digunakan untuk DCS Tipe 1 yang gejala nya tidak hilang dengan tabel 5 pada kedalaman 60
fsw selama 10 menit atau untuk DCS Tipe 2.

6
Tabel 6a :

Digunakan untuk DCS Tipe 2 yang disertai gas emboli / dicurigai ada gas emboli

7
8
II. 3 Kontraindikasi Penggunaan HBO

II. 3. 1. Kontraindikasi absolut

Kontraindikasi absolut adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali bila sebelum
pemberian oksigen hiperbarik dapat dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorax
tersebut.

Selama beberapa tahun orang beranggapan bahwa keganasan yang belum diobati atau
keganasan metastatic akan menjadi lebih buruk pada pemakaian oksigen hiperbarik untuk
pengobatan dan termasuk kontraindikasi absolut kecuali pada keadaan-keadaan luar biasa.

Namun penelitian-penelitian yang dikerjakan akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sel-sel


ganas tidak tumbuh lebih cepat dalam suasana oksigen hiperbarik. Penderita keganasan yang
diobati dengan oksigen hperbarik biasanya secara bersama-sama juga menerima terapi radiasi
dan kemoterapi.

Kehamilan juga dianggap kontraindikasi karena tekanan parsial oksigen yang tinggi
berhubungan dengan penutupan “patent ductus arteriosus” sehingga pada bayi premature secara
teori dapat terjadi fibroplasia retrolental. Namun, penelitian yang kemudian dikerjakan
menunjukkan bahwa komplikasi ini nampaknya tidak terjadi.

II.3 2. Kontraindikasi relative

Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian, tetapi bukan merupakan kontraindikasi absolut
pemakian oksigen hiperbarik adalah sebagai berikut:

9
a. Infeksi saluran napas bagian atas, yang menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi.
Dapat ditolong dengan menggunakan dekongestan dan miringotomi bilateral.

b. Sinusitis kornis, menyulitkan penderita untuk melaksanakan ekualisasi, dapat diberikan


dekongestan dan miringitomi bilateral

c. Penyakit kejang, yang menyebabkan penderita lebih mudah terserang konvulsi oksigen.
Namun bilamana diperlukan, penderita sebelumnya dapat diberi anti konvulsan.

d. Emfisema yang disertai retensi CO2. Pada keadan ini ada kemungkinan bahwa penambahan
oksigen lebih dari normal, akan menyebabkan penderita secara spontan berhenti bernafas akibat
hilangnya rangsangan hipoksik. Pada penderita-penderita dengan penyakit paru disertai retensi
CO2, terapi oksigen hiperbarik dapat dikerjakan bila penderita di intubasi dan memakai
ventilator.

e. Panas tinggi yang tidak terkontrol, dapat merupakan predisposisi terjadinya konvulsi oksigen.
Namun kemungkinan ini dapat diperkecil dengan pemberian aspirin dan selimut hipotermia. Juga
sebagai pencegahan dapat diberikan anti konvulsan.

f. Riwayat pneumothorax spontan. Penderia yang mengalami pneumothorak spontan dalam


RUBT kamar tunggal akan menimbulkan masalah tetapi di dalam RUBT kamar ganda dapat
dilakukan pertolongan-pertolongan yang memadai. Sebab itu bagi penderita yang mempunyai
riwayat pneumothorax spontan, harus dilakukan persiapan-prsiapan untuk mengatasi hal
tersebut.

g. Riwayat Operasi dada. Operasi dada dapat menyebabkan terjadinya lukadengan “arr trapping”
yang menimbulkan terjadinya waktu dekompresi. Namun setiap operasi dada harus diteliti kasus
demi kasus untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil. Tetapi jelas proses
dekompresi harus dilakukan sangat lambat.

h. Riwayat Operasi telinga. Penderita yang mengalami operasi pada telinga dengan penempatan
kawat atau topangan plastic di dalam telinga setela stapedoktomi, mungkin suatu kontraindikasi
pemakian oksigen hiperbarik, sebab perubahan tekanan dapat mengganggu impian tersebut.
Konsultasi dengan ahli THT dalam hal ini diperlukan.

10
i. Kerusakan paru asimotmatik yang ditemukan pada pnerangan atau pemotretan dengan sinar –
x ,memerlukan proses dekompresi yang sangat lambat. Menurut pengalaman, waktu dekompresi
antara 5-10 menit tidak menimbulkan masalah.

j. Infeksi irus. Pada perocobaan binatang ditemukan bahwa infeksi virus menjadi lebih hebat bila
binatang tersebut diberi terapi oksigen hiperbarik. Dengan alas an ini dialnjutkan agar penderita
yang terkena salesma (Cold) menunda pengobatan dengan okisgen hiperbarik sampai gejala akut
menghilang, apabila penderita tidak memerlukan pengobatan segera dengan oksigen hiperbari.

k. Sferosistosis kongentai. Pada keadaan ini butir-butir darah merah sangat fragil dan pemberian
oksigen hiperbarik dapat diikuti dengan hemolysis yang berat. Bila memang pengobatan dengan
oksigen hiperbarik mutlak diperlukan, keadaan ini tidak boleh jadi penghalang antara lain harus
dipersiapkan langkah-langkah yang perlu untuk mengatasi komplikasi yang mungkin timbul.

l. Riwayat neuritis optic. Pada beberapa penderita dengan riwayat neuritis optik, terjadinya
kebutaan diubungkan dengan terapi oksigen hiperbarik. Namun, kasus yang terjadi sangat
sedikit. Tetapi jika ada penderita dengan riwayat neuritis optic, diperkirakan mengalami
gangguan penglihatan yang berhubungan retina bagaimanapun kecilnya pemberian oksigen
hiperbarik harus segera dihentikan dan perlu konsultasi dengan ahli mata.

II. 4. Kategorisasi Penyakit

Kelainan atau penyakit di klasifikasikasikan menurut kategorisasi yang dibuat oleh “The
Commite on Hyperbaric Oxygenation of the Undersea and Hyperbaric Medical Society” yang
telah mengalami revisi pada tahun 1986 dan 1988.

Dalam revisi ini UMHS tidak lagi memasukkan golongan penyakit untuk penelitian,
namun hanya memakai “Accepted Categorization” saja, Adapun penyakit-penyakit yang
termasuk kategori yang diterima adalah sebagai berikut:

1. Aktinomikosia

2. Emboli udara

3. Anemia karena banyak kehilangan darah

11
4. Insufisiensi arteri perifer akut

5. Infeksi bakteri

6. Keracunan Karbon monoksida

7. “Crush Injury and Reimplanted Appendages”

8. Keracunan Sianida

9. Penyakit dekompresi

10. Gas gangrene

11. Cangkokan (graft) kulit

12. Infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan anaerob

13. Osteo-radinekrosis

14. Radionekrosis jaringan lunak

15.Sistitits akibat radiasi

16. Ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi.

17. Kanidiobolus koronotus

18. Mukomikosis

19. Osteomielitis

20. Ujung amputasi yang tidak sembuh

21. Ulkus diabetic

22. Ulkus statis refraktori

23. Tromboangitis obliterans

24. Luka yang tidak sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama

12
25. Inhalasi asap

26. Luka Bakar

27. Ulkus yang terkait dengan vaskulitis.

13
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai