Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SUGAI JINGAH
Jalan Jahri Saleh No. 111 RT. 19 Telp (0511) 4315223 Banjarmasin

KERANGKA ACUAN
PROGRAM P2. ISPA

I. PENDAHULUAN
Penyakit menular masih merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat indonesia disamping semakin meningkatnya angka
kejadian penyakit ISPA tidak mengenal batas-batas daerah
administratif, sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan
kerjasama antar daerah, misal antar propinsi, kabupaten/kota, bahkan
antar negara. Dengan kemajuan tekhnologi dibidang promotif,
preventif, pengobatan, maupun pemulihan kesehatan, maka
seharusnya penyakit ISPA bukan menjadi masalah yang serius. Akan
tetapi mengingat kompleksnya permasalahan penyakit menular ini,
maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan
menyeluruh. Dengan semangat TOSS (Temukan dan Obati Sampai
Selesai) yang menjadi tata nilai dari program P2 ISPA diharapkan
bisa menjadi solusi untuk memutus permasalahan dalam
pemberantasan penyakit menular yang kompleks.
Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga
tengah, pleura). Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Ketika seseorang menderita pneumonia,
nanah dan cairan mengisi alveoli tersebut sehingga kemampuan paru-
paru untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan
bernafas cepat agar tidak terjadi hipoksia. Akibatnya, pneumonia
ditandai dengan adanya nafas cepat, tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam, dan suara nafas tambahan (wheezing & stridor).

II. LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan penyakit paling serius dan paling
membahayakan jiwa anak-anak dibandingkan dengan infeksi saluran
pernapasan lainnya terutama pada bayi dan anak berusia di bawah
lima tahun. Dari tahun ke tahun Pneumonia selalu menduduki
peringkat teratas dalam hal penyebab kematian bayi dan anak Balita
Indonesia. Kematian pada balita (berdasarkan survey kematian balita
tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena Pneumonia yaitu
23,6%.
Data SPM Puskesmas Sungai Jingah tahun 2015, ditemukan
total 226 kasus pneumonia selama setahun, melampaui target tahun
2015 yaitu 215 kasus. Hal ini kemungkinan akan meningkat ditahun
yang akan datang karena masih tingginya angka merokok didalam
rumah yang menjadi salah satu faktor resiko pneumonia pada bayi
balita.

III. TUJUAN
Tujuan umum :
Meningkatkan mutu dan pemerataan kualitas pelayanan pencegahan
dan pemberantasan penyakit, dan penanggulangan bencana akibat
penyakit menular.

Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan penemuan penderita baru melalui kunjungan kontak
serumah
2. Memutuskan mata rantai penularan
3. Meningkatkan kepatuhan berobat
4. Mencegah resistensi obat
5. Mencegah terjadinya kecacatan maupun kematian akibat penyakit
menular
6. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penderita maupun
keluarga terhadap pencegahan penyakit

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. Kegiatan Pokok :
1. Pemberantasan ISPA dan Pneumonia

B. Rincian Kegiatan :
1. Pemberantasan ISPA dan Pneumonia
a) Penemuan dan Pengobatan Terhadap Penderita
1) Perawat menanyakan riwayat penyakitnya saat ini, riwayat
penyakit sebelumnya serta riwayat pengobatannya pada
orang tua balita.
2) Perawat kemudian melakukan pengukuran berat badan
dan pemeriksaan vital sign seperti suhu tubuh, frekuensi
nadi serta yang utama adalah menghitung frekuensi nafas
menggunakan Respiration Timer. Anak dikatakan bernafas
cepat jika frekuensi nafasnya 60 kali permenit untuk usia
< 2bulan, 50 kali permenit untuk usia 2 sampai < 12 bulan,
serta 40 kali permenit untuk usia 12 bulan sampai < 5
tahun.
3) Dokter umum kemudian melakukan pemeriksaan fisik
terhadap bayi atau balita tersebut dengan melihat
bagaimana pergerakan nafasnya, ada tidaknya stridor,
retraksi atau nafas cuping hidung serta mendengarkan ada
tidaknya ronki atau wheezing pada bayi atau balita
tersebut.
4) Kemudian dokter umum menegakkan diagnosis
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan vital sign,
maupun pemeriksaan fisik yang telah dilakukan
sebelumnya.
5) Setelah menegakkan diagnosis, dokter umum kemudian
menuliskan resep obat dan memberikannya kepada orang
tua bayi atau balita untuk diteruskan kepada petugas
apotik.
6) Selain memberi resep, dokter umum juga memberikan KIE
seputar kondisi kegawatan pada pneumonia, hal-hal yang
memperberat penyakit, perawatan bayi atau balita
pneumonia dirumah serta meminta orang tua untuk kontrol
kembali ke Puskesmas 2 hari kemudian.
7) Ketika di apotik, selain menerima obat, orang tua bayi atau
balita pneumonia mendapatkan edukasi seputar jenis obat
yang diberikan, kandungan obat, cara meminum obat yang
benar, serta tak lupa memberitahukan untuk menghabiskan
antibiotik yang diberikan.
b) Kunjungan Rumah Untuk Follow Up Tatalaksana Kasus
Pneumonia
1) Kunjungan rumah dilakukan pada kasus-kasus :
Balita pneumonia yang tidak datang kembali untuk
kunjungan ulang.
Balita yang berulang kali menderita pneumonia.
2) Pemegang program mengidentifikasi penderita pneumonia
yang tidak melakukan kunjungan ulang atau penderita
pneumonia berulang.
3) Pemegang program mempersiapkan alat-alat pemeriksaan
seperti termometer dan Respiration Timer maupun
kelengkapan administrasi untuk persiapan kunjungan
rumah.
4) Pemegang program berkoordinasi dengan pelaksana
kegiatan.
5) Pelaksana kegiatan melakukan kunjungan ke rumah
penderita pneumonia.
6) Pada saat melakukan kunjungan rumah pelaksana
kegiatan memastikan bahwa Balita tersebut tidak jatuh
dalam klasifikasi yang lebih berat dan memerlukan
pertolongan segera serta dapat juga mengidentifikasi dan
memberi penyuluhan tentang faktor risiko yang ada pada
bayi atau balita tersebut dan lingkungannya.
7) Apabila ditemukan kondisi penderita semakin bertambah
sesak (muncul tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam), nafas cepat, gelisah, keringat dingin, tidak mau
makan dan minum, serta ada kondisi yang memperberat
seperti demam tinggi disertai kejang, muntah, diare disertai
tanda-tanda dehidrasi, maka orang tua dianjurkan untuk
segera membawa balitanya ke UGD rumah sakit terdekat.

c) Pencatatan dan Pelaporan


1) Data individu dan data pengobatan penderita dicatat di
buku register pasien oleh perawat dipoli umum.
2) Laporan bulanan ISPA dibuat oleh pemegang program,
berisi jumlah pasien ISPA dan jumlah penderita pneumonia
pergolongan umur selama 1 bulan.
3) Selain pada laporan bulanan ISPA, jumlah penderita
pneumonia juga dilaporkan oleh pemegang program dalam
laporan SPM lalu kemudian semua laporan dikirimkan pada
Dinas Kesehatan Kota.

VI. SASARAN KEGIATAN


1. Pengendalian penyakit Kusta
a. Sasaran penemuan dan pengobatan penderita Kusta di
Puskesmas adalah pasien-pasien yang berobat ke
Puskesmas.
b. Sasaran pelacakan kasus kontak Kusta adalah anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan penderita.
c. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan adalah
pemegang program Kusta.
2. Pemberantasan ISPA dan Pneumonia
a. Sasaran penemuan dan pengobatan penderita ISPA dan
Pneumonia adalah pasien yang berobat ke Puskesmas.
b. Sasaran kunjungan rumah untuk follow up kasus adalah
penderita pneumonia yang tidak kontrol atau penderita
pneumonia berulang.
c. Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan adalah
pemegang program ISPA.

VII. JADWAL KEGIATAN

1. Pemberantasan ISPA dan Pneumonia


2016

No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov

1. Penemuan dan X X X X X X X X X X X
pengobatan
penderita

2. Kunjungan rumah X X X X X X X X X X X
untuk follow up (bila (bila (bila (bila (bila (bila (bila (bila (bila (bila (bila
tatalaksana kasus ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada
kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) kasus) k

3. Pencatatan dan X X X X X X X X X X X
Pelaporan

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Penanggung
jawab UKM setiap 1 bulan setelah kegiatan tersebut dilaksanakan,
yaitu dalam lokakarya mini bulanan rutin.
Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan akan tertuang dalam
notulen rapat lokakarya mini bulanan rutin dibulan berikutnya setelah
kegiatan tersebut dilaksanakan untuk menjadi bahan evaluasi bagi
pemegang program P2.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Dokumentasi kegiatan pengendalian Kusta akan tertuang dalam
buku register Kusta, status penderita, maupun laporan hasil kegiatan.
Sementara kegiatan ISPA dan diare akan tercatat dalam status
penderita dan laporan hasil kegiatan.
Pelaporan ISPA, Pneumonia dilakukan setiap bulan. Selain pada
Dinas Kesehatan Kota, data hasil kegiatan juga dilaporkan kepada
Kepala Puskesmas untuk dijadikan bahan penilaian kinerja.

Evaluasi terhadap seluruh kegiatan dilakukan dalam Penilaian


Kinerja Puskesmas setiap 6 bulan sekali.

Mengetahui, Pengelola Program P2. ISPA


Kepala Puskesmas Sungai Jingah

dr. Dwi Atmi Susilastuti H. Suryani Syahril, SKM


NIP. 19710603 200501 2 011 NIP. 19710430 199201 1 001

Anda mungkin juga menyukai