OLEH:
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENCERAWASIH
JAYAPURA
2022
CONTOH STUDI KASUS PERTUSIS
2
HASIL & PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
B. Tujuan
Petugas Dinas Kesehatan setempat melakukan penyelidikan
epidemiologi dengan hasil menunjukkan ke arah suspek batuk pertussis. Dan
untuk mendeteksi penyebab penyakit pertussis yang terjadi pada seorang anak
perempuan umur 11 tahun di Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan
Tengah menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
C. Metode
Pengambilan spesimen berupa swab nasofaring menggunakan
medium transport amies.
Sampel swab tenggorok dan swab nasofaring diambil oleh petugas
kesehatan setempat menggunakan medium amies dengan swab kapas yang
terbuat dari tangkai poliester, kemudian dikirim ke Laboratorium
Bakteriologi Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,
Balitbangkes Kemenkes RI, dan diterima pada tanggal 4 Maret 2015.
Spesimen diperiksa dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
menggunakan sepasang primer (BP1 dan BP2).
D. Hasil
Hasil PCR menggunakan sepasang primer (BP1 dan BP2) dengan
target gen IS481 menyimpulkan bahwa kasus positif terinfeksi Bordetella
pertussis.
3
E. Kesimpulan
Pemeriksaan spesimen yang berasal dari swab nasofaring dengan
medium transpor amies dengan metode PCR dapat menunjukkan hasil positif
infeksi Bordetella pertussis.
F. Pembahasan
Pembahasan Cakupan imunisasi dasar lengkap yang rendah yakni 42,0
% (data Riskesdas 2013) di Kalimantan Tengah memungkinkan kasus
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) akan sering timbul.
Kasus pertusis yang menyerang kalangan bayi akan berdampak serius. Bayi
menjadi biru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk dan biasanya perlu
dibawa ke rumah sakit, seperti halnya kasus pertusis yang terjadi di Papua.
Anak yang lebih besar dan orang dewasa yang terkena pertusis menderita
penyakit yang kurang serius, dengan serangan batuk yang berlanjut selama
berminggu-minggu tanpa memperhatikan perawatan, namun berdampak
menjadi sumber penularan ke orang lain serta lingkungan sekitarnya.
Pada pemeriksaan PCR terhadap kasus pertusis menunjukkan hasil
positif Bordetella pertussis dari spesimen swab nasofaring yang diambil
setelah sebulan timbulnya gejala batuk. Hal ini dimungkinkan karena diawal
gejala dianggap sebagai batuk biasa. Diagnosis infeksi Bordetella pertussis
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kultur, namun pemeriksaan kultur yang
terbaik adalah 2 minggu setelah onset timbulnya batuk. Sementara
pengambilan sampel berupa swab nasofaring dan swab tenggorok dilakukan
setelah 22 hari setelah onset timbulnya batuk. Apabila sampel tersebut
dilakukan pemeriksaan kultur, kemungkinan hasil kultur menunjukkan hasil
negatif.
4
c) Identifikasi daerah dan populasi berisiko tinggi
d) Mengetahui pola penyebaran di masyarakat
e) Mendapatkan arah upaya penanggulangan
2. Pencegahan Universal
Untuk Tim Penyelidikan Epidemiologi Sampai dengan saat ini,
penderita dapat menjadi sumber penularan, oleh karena itu perlu
dilakukan upaya pencegahan.
Upaya pencegahan bagi petugas yang ke lapangan :
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
b) Mencuci tangan dengan sabun atau alcohol setelah memeriksa
penderita
c) Menjaga jarak bicara kurang lebih 2 meter
d) Membuang APD yang sudah dipakai diperlakukan seperti sampah
medis.
5
3. Kegiatan Di Lapangan
a) Satu orang anggota tim masuk ke rumah dengan menggunakan
masker, dan segera menjelaskan rencana kegiatan, masalah Flu
baru, hubungan dengan anggota keluarga yang dicurigai sebagai
penderita Flu baru (belum pasti), risiko penularan kepada anggota
keluarga yang lain.
b) Tegaskan bahwa tim akan membantu keluarga ini mencegah
berkembangnya penyakit diantara anggota keluarga.
c) Sedapat mungkin penderita diminta tidur di tempat tidur dan
mengenakan masker.
d) Setelah dipersilakan, maka anggota tim yang lain masuk ke rumah.
Gunakan masker pada waktu akan masuk ke rumah penderita
e) Tim melakukan wawancara dan mengisikan dalam formulir
penyelidikan
f) Apabila ditemukan suspek maka segera dikoordinasikan dengan
dokter puskesmas
g) Untuk proses rujukan.
h) Semua kontak dipantau selama 10-14 hari dari kontak terakhir atau
sesuai masa inkubasi terpanjang.
i) Memberikan pesan kepada keluarga dan masyarakat sekitar.
4. Penatalaksanaan
Penderita Penatalaksanaan penderita dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, puskesmas, pos pelayanan
kesehatan atau tempat lain yang sesuai untuk penatalaksanaan
penderita.
H. Saran
Pesan penting yang disampaikan adalah :
Apabila terdapat anggota keluarga yang lain menderita sakit demam, maka
secepatnya berobat ke puskesmas
Menjaga kebersihan tangan (cuci tangan);
Apabila batuk atau bersin secepatnya tutup mulut dan hidung dengan tissu,
atau selalu menggunakan masker.
Membatasi kegiatan di luar rumah.