Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

PENANGANAN KLB DARI STUDI KASUS PERTUSSIS

“Syarat Untuk Memenuhi Menambah Nilai


Matakuliah Survelans PDI3 Universitas Cenderawasih”

OLEH:

NAMA : YAKOBUS ALMUNG


NIM : 2021072014041
KELAS/SEMESTER : NONREG/VII

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENCERAWASIH
JAYAPURA
2022
CONTOH STUDI KASUS PERTUSIS

Kasus di kallimata tengah : Pada kasus pertusis yang terjadi pada


seorang anak perempuan umur 11 tahun di Kuala Kapuas, Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah, mempunyai gejala klinis yang timbul sejak 5
Februari 2015 meliputi batuk, disertai pengeluaran lendir, dan tarikan
napas, muntah, badan panas, pusing, sakit tenggorok. Status imunisasi
pasien tidak diketahui dan pasien telah diberikan antibiotik selama lebih
dari 15 hari, namun tidak ada perbaikan. Pada tanggal 27 Februari 2015
dilakukan pengambilan spesimen berupa satu swab nasofaring dan satu
swab tenggorok oleh petugas dinas kesehatan setempat. Petugas dinas
kesehatan setempat melakukan penyelidikan epidemiologi dengan hasil
menunjukkan ke arah suspek batuk pertussis.

2
HASIL & PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Bordetella pertussis, bakteri gram negatif merupakan bakteri patogen


yang menyerang saluran pernapasan dan sangat mudah menular, berbentuk
batang kokus. Organisme ini menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran
pernapasan dan memberikan efek sistemik berupa sindrom yang terdiri dari
batuk spasmodik dan paroksismal disertai nada mengi karena pasien berupaya
keras untuk menarik napas. Data Riskesdas 2013 menunjukkan cakupan
imunisasi dasar lengkap di Indonesia 59,2%, sedangkan di provinsi
Kalimantan Tengah 42,0%. Dampak rendahnya cakupan imunisasi dasar
lengkap menimbulkan kekhawatiran terjadinya penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I) salah satunya pertusis.

B. Tujuan
Petugas Dinas Kesehatan setempat melakukan penyelidikan
epidemiologi dengan hasil menunjukkan ke arah suspek batuk pertussis. Dan
untuk mendeteksi penyebab penyakit pertussis yang terjadi pada seorang anak
perempuan umur 11 tahun di Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan
Tengah menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).

C. Metode
Pengambilan spesimen berupa swab nasofaring menggunakan
medium transport amies.
Sampel swab tenggorok dan swab nasofaring diambil oleh petugas
kesehatan setempat menggunakan medium amies dengan swab kapas yang
terbuat dari tangkai poliester, kemudian dikirim ke Laboratorium
Bakteriologi Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,
Balitbangkes Kemenkes RI, dan diterima pada tanggal 4 Maret 2015.
Spesimen diperiksa dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
menggunakan sepasang primer (BP1 dan BP2).

D. Hasil
Hasil PCR menggunakan sepasang primer (BP1 dan BP2) dengan
target gen IS481 menyimpulkan bahwa kasus positif terinfeksi Bordetella
pertussis.

3
E. Kesimpulan
Pemeriksaan spesimen yang berasal dari swab nasofaring dengan
medium transpor amies dengan metode PCR dapat menunjukkan hasil positif
infeksi Bordetella pertussis.

F. Pembahasan
Pembahasan Cakupan imunisasi dasar lengkap yang rendah yakni 42,0
% (data Riskesdas 2013) di Kalimantan Tengah memungkinkan kasus
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) akan sering timbul.
Kasus pertusis yang menyerang kalangan bayi akan berdampak serius. Bayi
menjadi biru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk dan biasanya perlu
dibawa ke rumah sakit, seperti halnya kasus pertusis yang terjadi di Papua.
Anak yang lebih besar dan orang dewasa yang terkena pertusis menderita
penyakit yang kurang serius, dengan serangan batuk yang berlanjut selama
berminggu-minggu tanpa memperhatikan perawatan, namun berdampak
menjadi sumber penularan ke orang lain serta lingkungan sekitarnya.
Pada pemeriksaan PCR terhadap kasus pertusis menunjukkan hasil
positif Bordetella pertussis dari spesimen swab nasofaring yang diambil
setelah sebulan timbulnya gejala batuk. Hal ini dimungkinkan karena diawal
gejala dianggap sebagai batuk biasa. Diagnosis infeksi Bordetella pertussis
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kultur, namun pemeriksaan kultur yang
terbaik adalah 2 minggu setelah onset timbulnya batuk. Sementara
pengambilan sampel berupa swab nasofaring dan swab tenggorok dilakukan
setelah 22 hari setelah onset timbulnya batuk. Apabila sampel tersebut
dilakukan pemeriksaan kultur, kemungkinan hasil kultur menunjukkan hasil
negatif.

G. Penanganan KLB Kasus Pertussis


Tujuan Petugas Dinas Kesehatan Kuala Kapuas, Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah melakukan penyelidikan epidemiologi dengan hasil
menunjukkan ke arah suspek batuk pertussis. Untuk mendeteksi penyebab
penyakit pertussis yang terjadi pada seorang anak perempuan umur 11 tahun
menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR).
Kriteria KLB Influenza ( Musiman) dinyatakan KLB sesuai dengan
kriteria penetapan KLB pada Permenkes 1501 tahun 2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan.
KLB Influenza Baru yang terkonfirmasi.
Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan Epidemiologi dilakukan untuk:
a) Identifikasi dini kasus, kontak dan kasus tambahan
b) Menetapkan besarnya masalah

4
c) Identifikasi daerah dan populasi berisiko tinggi
d) Mengetahui pola penyebaran di masyarakat
e) Mendapatkan arah upaya penanggulangan

Sasaran penyelidikan epidemiologi influenza baru adalah semua


anak perempuan umur 11tahun yang mempunyai risiko terjangkit batuk,
tersebut, meliputi :
a) Orang yang baru kembali dari daerah terjangkit
b) Kontak penderita
c) Tenaga kesehatan
1. Persiapan Sebelum ke Lapangan
a) Koordinasi tim dengan Lintas Program/ Lintas Sektor
b) Persiapan administrasi
c) Persiapan logistik : masker standar investigasi untuk semua petugas
dan untuk penderita serta kontak lain, alat pemeriksaan penderita
(stetoskop dan sebagainya), alat wawancara (formulir isian), dan
leafletserta brosur untuk keluarga penderita.
d) Rapat persiapan tim
e) Investigasi dilakukan oleh tim investigasi yang telah ditetapkan dan
ditambah bila diperlukan serta berkoordinasi dengan tim Propinsi,
Kab/Kota dan Puskesmas.
f) Persiapan langkah-langkah investigasi :
g) daftar kegiatan yang akan dilakukan selama di lapangan (satu lembar
saja), beserta formulir wawancara dan pemeriksaan untuk penderita
dan untuk kasustambahan serta peralatan medik dan laboratorium.

2. Pencegahan Universal
Untuk Tim Penyelidikan Epidemiologi Sampai dengan saat ini,
penderita dapat menjadi sumber penularan, oleh karena itu perlu
dilakukan upaya pencegahan.
Upaya pencegahan bagi petugas yang ke lapangan :
a) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
b) Mencuci tangan dengan sabun atau alcohol setelah memeriksa
penderita
c) Menjaga jarak bicara kurang lebih 2 meter
d) Membuang APD yang sudah dipakai diperlakukan seperti sampah
medis.

5
3. Kegiatan Di Lapangan
a) Satu orang anggota tim masuk ke rumah dengan menggunakan
masker, dan segera menjelaskan rencana kegiatan, masalah Flu
baru, hubungan dengan anggota keluarga yang dicurigai sebagai
penderita Flu baru (belum pasti), risiko penularan kepada anggota
keluarga yang lain.
b) Tegaskan bahwa tim akan membantu keluarga ini mencegah
berkembangnya penyakit diantara anggota keluarga.
c) Sedapat mungkin penderita diminta tidur di tempat tidur dan
mengenakan masker.
d) Setelah dipersilakan, maka anggota tim yang lain masuk ke rumah.
Gunakan masker pada waktu akan masuk ke rumah penderita
e) Tim melakukan wawancara dan mengisikan dalam formulir
penyelidikan
f) Apabila ditemukan suspek maka segera dikoordinasikan dengan
dokter puskesmas
g) Untuk proses rujukan.
h) Semua kontak dipantau selama 10-14 hari dari kontak terakhir atau
sesuai masa inkubasi terpanjang.
i) Memberikan pesan kepada keluarga dan masyarakat sekitar.

4. Penatalaksanaan
Penderita Penatalaksanaan penderita dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit, puskesmas, pos pelayanan
kesehatan atau tempat lain yang sesuai untuk penatalaksanaan
penderita.

H. Saran
Pesan penting yang disampaikan adalah :
 Apabila terdapat anggota keluarga yang lain menderita sakit demam, maka
secepatnya berobat ke puskesmas
 Menjaga kebersihan tangan (cuci tangan);
 Apabila batuk atau bersin secepatnya tutup mulut dan hidung dengan tissu,
atau selalu menggunakan masker.
 Membatasi kegiatan di luar rumah.

Anda mungkin juga menyukai