PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
merupakan kurikulum wajib. Program PKL merupakan salah satu cara agar
Kesehatan Kabupaten/Kota.
suatu wilayah kerja tertentu di kecamatan dan merupakan ujung tombak terdepan
PKL dipuskesmas ini, mahasiswa mampu lebih banyak mengeksplorasi diri terkait
1
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Salah satu contoh kegiatan tersebut antara
Permasalahan yang terjadi saat kegiatan PKL berlangsung antara lain terkait
DBD dan suspek campak, dimana penyakit tersebut merupakan salah satu
penyakit menular yang berpotensi menjadi KLB. Oleh sebab itu peneliti tertarik
melaporkan kegiatan yang dilakukan saat diketahui terdapat kasus tersebut dan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Puskesmas Ngampilan.
Ruang lingkup laporan ini berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data dan
informasi terkait kasus DBD dan suspek campak melalui kegiatan surveilans yaitu
DBD dan suspek campak, hingga sampai pada program pengendalian kasus DBD
dan suspek campak. Selain itu mahasiswa juga melakukan beberapa kegiatan lain
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Kemenkes RI, 2011). Penyakit virus ini
ditandai dengan demam akut dengan ciri khas muncul tiba-tiba, demam biasanya
berlangsung selama 3–5 hari (jarang lebih dari 7 hari dan kadang-kadang bifasik),
disertai dengan sakit kepala berat, mialgia, artralgia, sakit retro orbital, tidak nafsu
makan, gangguan gastro intestinal dan timbul ruam. Pada kulit yang berwarna
gelap, ruam biasanya tidak kelihatan. Penyakit ini biasa muncul sebagai KLB
yang eksplosif namun jarang terjadi kematian kecuali terjadi perdarahan pada
DBD. Diferensial diagnosa dari Demam Dengue adalah semua penyakit yang
oleh artropoda, demam kuning, campak, rubella, malaria, leptospira dan penyakit
laboratorium seperti HI, CF, ELISA, IgG dan IgM, dan tes netralisasi adalah alat
1. Penyelidikan Epidemiologi
DBD. Pada daerah yang selama beberapa waktu tidak pernah ditemukan kasus
2. Penanggulangan
meter dari rumah penderita. Apabila ditemukan bukti2 penularan yaitu adanya
penderita DBD lainnya , ada 3 penderita demam atau ada faktor risiko yaitu
siklus 2 kali disertai larvasidasi, dan gerakan PSN. Upaya pencegahan KLB
pada ruangan atau daerah bebas nyamuk, sehingga tidak menjadi sumber
B. CAMPAK
berbentuk, makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului
panas badan 380C atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata
Indonesia adalah adanya demam (panas), bercak kemerahan (rash), dan ditambah
satu atau lebih gejala batuk, pilek atau mata merah (conjungtivitis). Sumber
melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui batuk, bersin
atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum timbul rash, puncak penularan
pada saat gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Jika ada
1 kasus suspek campak, yang dilaporkan dari rumah sakit, puskesmas maupun
di tempat tinggal kasus, di sekolah, dan lain-lain, ada kasus serupa. Pengobatan
terhadap campak sesuai dengan gejala yang muncul. Penderita tanpa komplikasi
diberikan antipiretik dan pemberian vitamin A dosis tinggi sesuai usia. Kasus
yang terkena campak diisolasi, untuk memutuskan rantai penularan ke orang lain
6
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN STUDI
Desain studi yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus
yang bertujuan untuk menggambarkan kejadian kasus DBD dan suspek campak
dengan cara observasi kasus mulai dari ditemukan kasus hingga langkah-langkah
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kasus DBD dan suspek campak
oleh warga.
2. Sampel
Sampel adalah kasus DBD dan suspek campak yang dilakukan PE oleh
7
3. Teknik Pengambilan Sampel
C. PENGUMPULAN DATA
bersama surveilans puskesmas dan diikuti oleh peneliti. Teknik pengumpulan data
1. Data Primer
Data primer ini merupakan data hasil penyelidikan epidemiologi pada masing-
masing kasus. Untuk kasus DBD data primer berasal dari formulir
sebelum sakit, riwayat perjalanan kasus dengue, dan hasil pemeriksaan jentik
disekitar kasus. Untuk kasus suspek campak, data primer diperoleh dari hasil
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui adanya alert dari Dinas Kesehatan Kota
melalui SIMPUS yang ada di Puskesmas Ngampilan. Alert ini berisi acuan
apa saja yang harus dilakukan puskesmas saat ditemukan kasus diwilayah
8
kerjanya. Hal ini berkaitan penemuan penderita bukan berasal dari puskesmas
secara langsung, misalkan dari wilayah kerja puskesmas lain atau dari laporan
D. INSTRUMEN PENELITIAN
daftar pertanyaan yang diajukan oleh dinas kesehatan pada saat penyelidikam
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Kasus DBD
a. Penyelidikan Epidemiologi
b. Fogging
c. PSN
9
2. Kasus Suspek Campak
Lokasi :
kasus dilaporkan)
dicurigai)
berobat di Puskesmas)
3. Posyandu Balita
11
BAB IV
Bapak Sunarya, S.KM selaku pembimbing utama yang memiliki jabatan sebagai
1. Menjadi jumantik saat kegiatan PE DBD dan kegiatan PSN yang dilaksanakan
didampingi sanitarian.
Kelurahan Ngampilan.
5. Melakukan rekap data, entri data, hingga melakukan analisis data rumah sehat
12
8. Membantu menyiapkan dokumen-dokumen persiapan akreditasi bidang
dengan sanitarian.
merupakan kawasan endemic DBD, dimana selalu terjadi kasus DBD pada
waktu tertentu, seperti pada musim penghujan dan peralihan musim. Program
yang telah direncanakan pada tahun 2016 untuk pengendalian DBD antara lain
bersama lintas sektor, maupun penyuluhan PHBS pada tatanan rumah tangga
Hal ini dilihat dari masih terjadinya kasus DBD pada hampir setiap bulan
dalam satu tahun. Ini menandakan bahwa program yang dijalankan belum
13
Program pemberantasan DBD di Puskesmas dilakukan melalui upaya
2. DESKRIPSI KASUS
diketahui telah terjadi 65 kasus DBD selama tahun 2016 dan telah terjadi
DBD selama tahun 2016 dapat dilihat dalam grafik sebagai berikut :
JULI
AGUSTUS
MARET
JUNI
FEBRUARI
MEI
SEPTEMBER
OKTOBER
JANUARI 2016
DESEMBER
JANUARI 2017
NOVEMBER
14
Jika dilihat dari kejadian kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas
Ngampilan kita bisa mengetahui bahwa peningkatan kasus terjadi pada bulan-
penyakit menjadi semakin luas. Kasus DBD yang dialami pasien rata-rata
menyerang usia balita, anak-anak usia sekolah, dan remaja. Dimana diusia
Kasus yang diamati pada saat PE menyerang anak usia 8 tahun yang
pada 16 Januari 2016. Jika dilihat dari tanggal mulai sakitnya yaitu tanggal 12
puncaknya demam dan muncul gejala-gejala lain. Pada 1-3 hari pertama anak
mengalami demam yang naik lalu tiba-tiba turun. Pada masa tersebut bisa
tersebut positif DBD atau negative DBD. Akan tetapi jika sudah lebih dari itu
sudah tidak ada lagi, ini dia sudah masuk fase kritis yang sering tidak
15
disadari. Pada kasus An. F ini, keluarga langsung membawa korban ke rumah
sakit saat sudah merasa muncul gejala-gejala DBD yaitu demam tinggi lalu
turun, pusing, dan muncul bintik-bintik merah di tubuh anak. Hal ini sesuai
16
penderita, kasus indeks, serta sumber dan cara penularan. Penyelidikan
Januari 2017, diperoleh hasil bahwa pasien merupakan anak sekolah berusia 8
tahun yang mulai sakit pada tanggal 12 Januari 2017 dan dibawa ke rumah
sakit pada 16 Januari 2017. Laporan adanya kasus DBD di wilayah tersebut
diperoleh dari alert SIMPUS pada tanggal 24 Januari tersebut. Dimana pada
rumah sakit dan sudah berangkat ke sekolah. Menurut riwayat sebelum sakit,
pasien tidak melakukan perjalanan ke wilayah lain ataupun terdapat tamu dari
luar wilayah, namun pada 23 Januari 2017 diketahui bahwa terdapat tetangga
yang menderita demam, yaitu An. I dengan usia 6 tahun. Lokasi rumah anak
tersebut tertular DBD. Akan tetapi, berdasarkan hasil pemeriksaan jentik dari
28 bak mandi dan jenis tampungan lain tidak ada yang ditemui jentik
bisa juga diperoleh dari tempat lain yang dikunjungi seperti dari sekolah
ataupun tempat singgah sementara sepulang sekolah, seperti pada kasus An. F
4. FAKTOR RISIKO
Kejadian DBD disuatu wilayah dapat menjadi sebuah KLB hal ini
nyamuk Aedes;
Jika dilihat dari kasus yang terjadi di Puskesmas Ngampilan faktor risiko
menjadi tempat yang sesuai bagi perindukan nyamuk. Hal ini dikarenakan
yang kurang, lingkungan yang kumuh terutama saat musim hujan karena
18
b. Musim penghujan yang baru berjalan dan akan mulai berganti musim
membuat segalanya tidak stabil, baik dari segi manusianya yang mudah
berikut :
a. Surveilans Kasus
20
tidak terlambat ditangani, serta peningkatan upaya penyuluhan dan peran
yang muncul juga sesuai dengan gejala DBD maka pasien langsung
dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut dan pihak
c. Pengendalian Vektor
populasi vector dapat diminimalisir, yaitu lebih focus ke PSN. Akan tetapi
pengendalian vector melalui bahan kimia yaitu dari fogging dan larvasida.
dan justru akan sulit untuk dikendalikan lagi, sehingga dibutuhkan adanya
rumah tangga dan sekolah pada tahun 2016 yang lalu, dimana salah satu
laporan langsung dari warga jika terdapat tetangga yang sakit, laporan
KDRS dari rumah sakit ke Puskesmas, dan laporan alert adanya kasus
22
DBD diwilayah kerja puskesmas. Laporan yang masuk selanjutnya
DBD dan PHBS, larvasida dan upaya terakhir dengan melakukan fogging
lintas sector namun pada RW tersebut saja. Selain diwaktu yang telah
lain yang efektif dan efisien mengatasi masalah DBD yang ada.
1. Penyelidikan Epidemiologi
a. Pelaksana
Notoprajan.
b. Tugas Pelaksana
lainnya
4) Umpan balik
c. Uraian Kegiatan
Husada.
menyerang penderita.
24
4) Pemerikasaan jentik nyamuk (jumantik) dilakukan oleh mahasiwa
pasien merupakan anak sekolah berusia 8 tahun yang mulai sakit pada
tanggal 12 Januari 2017 dan dibawa ke rumah sakit pada 16 Januari 2017.
tetangga yang menderita demam, yaitu An. I dengan usia 6 tahun. Lokasi
100%. Hal ini mengindikasi bahwa pasien tertular penyakit tersebut bukan
dari wilayahnya, bisa juga diperoleh dari tempat lain yang dikunjungi
seperti pada kasus An. F tersebut, dimana sepulang sekolah dia berada di
Tengen.
penderita yang telah mendapat penangan dari rumah sakit dan kondisinya
sudah sehat, tidak ditemukan sumber penularan karena nilai ABJ nya
2. FOGGING FOCUS
a. Pelaksana
2) Sanitarian
3) Surveilans Kelurahan
berikut :
tugasnya
fogging
c. Uraian Kegiatan
melaksanakan fogging.
27
4) Bersama dengan Sanitarian memberikan edukasi terkait pemberantasan
maupun manusia.
dengan syok. Oleh karena itu, atas hasil koordinasi bersama warga maka
4 RT yang difogging, yaitu RT 43, 44, 45, dan 46. Untuk itu, sanitarian
wilayah tersebut dapat dikatakan aman, namun tetap saja perlu adanya
pemantauan.
3M Plus.
a. Pelaksana
1) Sanitarian
2) Puskesmas
3) Pejabat Kecamatan/Kelurahan
4) Kader/Ketua RW/Ketua RT
5) Masyarakat
b. Tugas Pelaksana
kerjanya.
tersebut.
c. Uraian Kegiatan
bertindak sebagai jumantik dibantu oleh tim yang telah dibagi. Pada
43, 44, 45, dan 46 dengan diambil sampel sebanyak 10 rumah. Kemudian
sebagai berikut :
program.
85% yang berarti bahwa masih dibawah dari target pencapaian yaitu
a. Pelaksana
31
1) Surveilans Puskesmas
2) Surveilans Kelurahan
3) Kader
b. Tugas Pelaksana
diagnosisnya.
isolasi
c. Uraian Kegiatan
penularan yang terjadi. Berbekal data kasus dilaporkan dan alat tulis
didiagnosis suspek campak yakni An. T kelas 5 dan An. E kelas 1. An. T
yang berasal dari KDRS RS Permata Husada dan belum ada hasil yang
tua korban, diketahui dikelas 1terdapat siswa lain yang tidak masuk
33
sekolah dengan alasan sakit. Oleh karena itu penelusuran kasus dilakukan
ke SDN Ngabean dan ditemukan 1 kasus yang memiliki gejala sama dan
didiagnosis suspek campak juga yaitu siswi kelas 1 teman sekalas An. E,
alasan sakit maka dilakukan penemuan korban akan tetapi alamat yang
Tidak terjadi penularan yang lebih luas di sekolah tersebut, dan penerapan
34
5. POSYANDU BALITA
a. Pelaksana
2) Kader
b. Tugas Pelaksana
diwilayah kerjanya.
c. Uraian Kegiatan
Kegiatan posyandu pada bulan ini merupakan yang khusus dipantau oleh
status gizi. Dalam posyandu ini mahasiswa ikut berperan aktif dalam
35
melakukan penentuan status gizi dengan melakukan pengukuran tinggi
badan dan melakukan edukasi terkait pengukuran tinggi badan yang benar
a. Pelaksana
1) Sanitarian
2) Kader
b. Tugas Pelaksana
c. Uraian Kegiatan
tidak sehat dan dapat dilakukan pembinaan terhadap pemilik rumah. Pada
RT, RW, hingga kelurahan terkait jumlah rumah sehat dan tidak sehat.
jumlah rumah sehat sebesar 39% dan rumah tidak sehat sebesar 61%.
a. Pelaksana
1) Sanitarian
2) Petugas PDAM
b. Tugas Pelaksana
mikrobiologisnya.
37
2) Petugas PDAM bertugas mengambil sampel air dan memeriksa
c. Uraian Kegiatan
yaitu kran dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dengan kapas dan
pingset, setelah itu dibakar dan air dialirkan. Setelah itu menyeterilkan
mulut botol dan tutupnya lalu member label keterangan sampel dan
PDAM langsung diketahui nilai sisa clor, Fe, dan pH nya, sedangkan
kimiawinya.
38
BAB V
A. KESIMPULAN
melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular antara lain DBD dan
Campak yang dilakukan secara lintas sektor dan menyeluruh dari mulai penemuan
yang direkomendasikan dari Dinas Kesehatan Kota terkait laporan adanya kasus
bahwa tugas epidemiolog terkait upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dan
yang sangat berpengaruh, secara cepat dan tepat dengan melakukan pengumpulan,
B. SARAN
39
b. Menentukan waktu yang sesuai untuk melakukan PKL, dikarenakan awal
2. Bagi Puskesmas
melakukan pelatihan-pelatihan.
40
Lampiran 1.
Formulir PE
41
Lampiran 2.
Formulir PSN
42
Lampiran 3.
Formulir
Penilaian Rumah
Sehat
43
Lampiran 4. SOP
Pengambilan
Sampel Air
44
Lampiran 5.
Dokumentasi
Kegiatan
45