Anda di halaman 1dari 36

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam garis-garis besar haluan negara tahun 1988 di tegaskan bahwa tujuan program kb
nasional adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, dan mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dalam upaya menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk indonesia.
Selain itu untuk mendukung usaha tersebut, perlu ditingkatkan usaha-usaha pengembangan
kualitas sumberdaya manusia dalam kaitan dengan pembangunan jangka panjang tahap kedua
atau kebangkitan kb kedua. Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, pemerintah
telah dan sedang lakukan pembangunan di segala bidang, termasuk usaha-usaha untuk mengatasi
masalah kependudukan.

Berbagai masalah kependudukan tersebut meliputi, antara lain pertumbuhan penduduk yang
tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, penduduk usia muda yang besar, kualitas
sumber daya manusia yang masih relatif rendah. Pada dasarnya tujuan kb nasional mencakup dua
hal, yaitu kuantitatif dan kualitatif, tujuan kuantitatif adalah menurunkan dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Sedangkan tujuan kualitatif adalah untuk menciptakan atau
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja tujuan KB
2. Bagaimana sasaran KB
3. Apa saja strategi gerakan KB
4. Bagaimana pelaksanaan dan pengembangan gerakan KB
5. Apa saja dampak Program KB

1
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini yakni :


1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui, memahami dan kelak mampu menerapkan pembinaan Pos KB Desa
(RW)
2) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami pembinaan Pos KB Desa (RW)
2. Untuk mengetahui dan memahami serta praktik pembinaan Pos KB Desa (RW)

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Dengan ditulisnya makalah mengenai Pembinaan Pos KB Desa(RW) maka, penulis bisa
mengetahui informasi terkait hal tersebut sehingga kelak, diharapkan mampu memberikan
asuhan keperawatan secara tepat dan sesuai kepada klien. Selain itu melalui makalah ini,
penulis bisa membagikan ilmunya kepada para pembaca

2
BAB II
Pembahasan

Program KB di Indonesia

2.1 Pengertian KB
 Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
 Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) : suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
 WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu individu/ pasutri untuk:
Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.

2.2 Tujuan KB
Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, pemerintah telah dan sedang
lakukan pembangunan di segala bidang, termasuk usaha-usaha untuk mengatasi masalah
kependudukan. Berbagai masalah kependudukan tersebut meliputi, antara lain pertumbuhan
penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, penduduk usia muda yang
besar, kualitas sumber daya manusia yang masih relatif rendah.
Untuk mengatasi salah satu masalah kependudukan tersebut, pemerintah sejak Pelita I
telah melakukan usaha mendasar melalui Program Keluarga Berencana (KB), yang sejak
Pelita V berkembang menjadi gerakan KB nasional. Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
tahun 1988 di tegaskan bahwa tujuan program KB nasional adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak, dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi
dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dalam

3
upaya menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk indonesia. Selain itu untuk
mendukung usaha tersebut, perlu ditingkatkan usaha-usaha pengembangan kualitas
sumberdaya manusia dalam kaitan dengan pembangunan jangka panjang tahap kedua atau
kebangkitan KB kedua.
Pada dasarnya tujuan KB nasional mencakup dua hal, yaitu kuantitatif dan kualitatif,
tujuan kuantitatif adalah menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Sedangkan tujuan kualitatif adalah untuk menciptakan atau mewujudkan norma keluarga
kecil bahagia sejahtera.
Tujuan gerakan KB diatas dapat dirinci sebagai berikut:
- Menurunkan tingkat kelahiran dengan mengikut sertakan seluruh lapisan masyarakat dan
potensi yang ada.
- Meningkatkan jumlah peserta KB dan tercapainya pemerataan serta kualitas peserta KB
yang menggunakan alat kontrasepsi efektif dan mantap dengan pelayanan bermutu.
- Mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak, memperpanjang harapan hidup, menurunkan tingkat kematian bayi dan anak-anak
dibawah usia lima tahun serta memperkecil kematian ibu karena resiko kehamilan dan
persalinan.
- Meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat terhadap masalah kependudukan yang
menjurus kearah penerimaan, penghayatan dan pengalaman norma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera sebagai cara hidup yang layak dan bertanggung jawab.
- Meningkatkan peranan dan tanggung jawab wanita, pria dan generasi muda dalam
pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan masalah kependudukan.
- Mencapai kemantapan, kesadaran, tanggung jawab dan peran serta keluarga dan
masyarakat dalam pelaksanaan gerakan KB nasional sehingga lebih mampu
meningkatkan kemandiriannya di wilayah masing-masing.
- Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu sumberdaya manusia untuk
meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dalam
mempercepat pelembagaan nilai-nilai keluarga kecil.
- Meratakan penggarapan gerakan KB ke seluruh wilayah tanah air dan lapisan masyarakat
perkotaan, pedesaan, transmigrasi, kumuh, miskin dan daerah pantai.

4
- Meningkatnya jumlah dan mutu tenaga dan atau pengelola gerakan KB nasional yang
mampu memberikan pelayanan KB yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat
di seluruh pelosok tanah air dengan kualitas dan kenyamanan yang memenuhi harapan.

2.3 Sasaran KB
Berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu pelembagaan norma keluarga kecil yang
bahagia sejahtera (NKKBS), maka dalam penggarapan program diperlukan penentuan targer
sasaran.
Dalam hal ini target sasaran yang akan dituju meliputi berbagai dimensi, antara lain:
- Pasangan usia subur merupakan sasaran utama gerakan KB nasional. PUS adalah
pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun. Untuk mendapatkan
dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi, sasaran PUS ditekankan pasa PUS dengan
Paritas (jumlah anak yang dimiliki) rendah (PUSPAR), khususnya PUS yang berusia
muda dan berparitas rendah (PUSMUPAR) sebagai sasaran prioritas. Sasaran ini
diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif terpilih sehingga jumlah anak yang
dilahirkan dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil.
- Nir PUS
Nir PUS adalah semua anggota masyarakat selain PUS, seperti anak-anak pra sekolah
dan dalam usia sekolah, remaja, orang dewasa yang belum menikah atau kelompok
generasi muda dan generasi yang lebih tua. Generasi muda disini sebagai sasaran gerakan
KB nasional, mempunyai makana dan nilai strategi dan politis, juga berpotensi untuk
menjadi motivator.
- Sasaran institusional
Sasaran ini meliputi organisasi-organisasi, lembaga kemayarakatan, instansi pemerintah
dan instansi swasta, institusi-institusi ini akan terus dibina dan dimantapkan peranannya
sehingga secara berangsur-angsur dapat melakukan alih peran dalam pengelolaan gerakan
KB nasional. Disamping itu institusi-institusi ini diharapkan menjadi basis operasional di
lini lapangan.

5
- Sasaran wilayah
Sasaran wilayah diarahkan untuk dapat mencapai penggarapan program wilayah
paripurna, sesuai dengan kondisi pencapaian program, kondisi potensi wilayah dan
kondisi geografisnya, dengan kata lain, sasaran wilayah ini diutamakan untuk
peningkatan pemerataan penggarapan program.

2.4 Strategi Gerakan KB nasional


Dalam rangka mendukung kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut, dimasa yang akan
datang maka akan tetap diteruskan berbagai strategi yang telah dikembangkan
sebagaimana di uraikan dibawah ini:
 Strategi Dasar Gerakan KB Nasional
Strategi dasar gerakan KB nasional diwujudkan dalam pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dalam pengelolaan program untuk menjamin pelaksanaan kebijaksanaan yang
meliputi:
1. Pendekatan Politis
Dalam rangka melibatkan masyarakat secara langsung dalam kegiatan KB
nasional, kesepakatan politis baik dari masyarakat maupun pemerintah merupakan
kunci keberhasilan penting. Kesepakatan politis oleh masyarakat dapat disalurkan
melalui wakil-wakil yang duduk dalam majelis permusyawaratan rakyat (MPR)
tentang perlunya keberhasilan pelaksanaan gerakan KB nasional yang dituangkan
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara berupa ketetapan-ketetapan yang wajib
dilaksanakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Kesepakatan ini merupakan kesepakatan
politis pada tingkat nasional yang selanjutnya di jabarkan secara operasional pada
berbagai tingkat dan lapangan (Provinsi, Kabupaten/Kotamadya, Kecematan dan
Desa). Penjabaran kesepakatan politis pada tingkat lapangan ini sangat penting karena
akhirnya pelaksanaan gerakan KB nasional banyak dilaksananakan di lapangan
terutama di tingkat pedukuhan dan pedesaan hingga pada setiap pasanagan suami istri
(PUS).
Kesepakatan politis pada tingkat lapangan sangat di tentukan oleh peranan
pemerintah daerah (Gubernur, Bupati/Walikota,Camat dan Kepala Desa) dalam upaya
6
memupuk dan menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat, institusi/instansi
pemerintahan dan swasta yang ada di wilayahnya. Dengan kesepakatan politik yang
besar ini gerakan KB nasional makin mendapat dukungan yang lebih luas dari seluruh
lapisan masyarakat.
2. Pendekatan Integratif
Guna meletakkan posisi yang lebih mantap bagi usaha pelembagaan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera dalam kontelasi pembangunan secara menyeluruh,
koordinasi fungsional dan keterpaduan penggarapan dengan berbagai sektor
pembangunan lainnya akan lebih dikembangkan dan dimantapkan. Hal ini
dimaksudkan untuk lebih memperkuat kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan
sebagai dukungan bagi keberhasilan gerakan kb nasional. Strategi pengelolaan
program semakin di usahakan untuk penggarapan potensi lain yang ada pada instansi
atau lembaga fungsional yang relevan, sehingga merupakan program terpadu yang
menguntungkan semua pihak.
3. Pendekatan Kemasyarakatan.
Pendekatan ini bertujuan menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB
nasional. Penggalangan ini di lakukan melalui berbagai jalur sosial budaya, terutama
melalui peranan tokoh masyarakat, jaringan sosial budaya di masyarakat serta
pembinaan institusi masyarakat.
Dalam gerakan KB, tipe organisasi diharapkan bergeser ke arah “management
with the people”. Dengan demikian organisasi akan berkembang menjadi lebih efektif
untuk menunjang gerakan yang bercirikan: Kemampuan untuk menyesuaikan diri,
yaitu mempunyai kemampuan untuk mencegah persoalan dan menanggapi dengan
luwes tuntutan perubahan lingkungan. Kesadaran akan identitas, yaitu pengetahuan
dan pemahaman organisasi mengenai dirinya, apa tujuan dan apa yang akan
dikerjakan. Pertanyaan sehubungan dengan hal di atas ialah sampai sejauh mana
tujuan itu dimengerti bersama oleh organisasi itu. Sejauh mana serapan orang lain
terhadap organisasi itu sejalan dengan serapan anggota terhadap organisasi tersebut.
Kapasitas untuk menguji kebenaran kemampuan organisasi untuk menelusuri,
menyerap dengan seksama dan menafsirkan dengan tepat sifat-sifat yang mempunya
relevansi bagi organisasi itu untuk dapat berfungsi. Kekompakkan semua unsur yang
7
terlibat dalam organisasi masing-masing dan tidak saling simpang siur dalam
melakukan setiap kegiatan.
4. Pendekatan Wilayah Paripurna
Untuk lebih meningkatkan pemerataan hasil-hasil gerakan KB nasional akan
diperhatikan situasi dan kondisi serta segmentasi kependudukan wilayah penggarapan
program. Pendekatan wilayah paripurna dimaksudkan untuk lebih mengarahkan
potensi dan cara-cara pelaksanaan program dengan memberi kesempatan kepada
masing-masing daerah untuk mengembangkan program sesuai corak dan keunikan
segmentasi kependudukan serta hasil-hasil program.
5. Pendekatan desentralisasi manajemen
Dalam rangka mempercepat proses serta memberikan dukungan terhadap
pengalihan tanggung jawab pengelolaan program kepada masyarakat, manajemen
gerakan KB nasional harus lebih didekatkan kepada sasaran. Pengelolaan ditingkat
terendah, yaitu kecamatan akan lebih dimantapkan. Sedangkan basis operasional akan
dialihkan ke tingkat bawah kecamatan.
6. Pendekatan Koordinasi Aktif
Gerakan KB nasional yang dilaksanakan oleh berbagai unsur pelaksana baik oleh
kalangan pemerintah maupun masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui
koordinasi aktif dengan turut langsung melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bukan
merupakan fungsi spesifik salah satu unsur pelaksana gerakan KB nasional. Di
samping itu, peran koordinasi aktif tersebut ditingkatkan menjadi koordinasi aktif
dengan peran ganda, dimana selain sebagai “dinamisator” juga sebagai fasilitator”.
Disamping itu melalui koordinasi aktif ditekankan pula prinsip-prinsip kemitraan
antara unsur pelaksana dan pengelola gerakan KB, sehingga terjalin hubungan yang
lebih harmonis.
7. Pendekatan Kualitas
Dengan meningkatkan integrasi gerakan KB nasional dengan sektor
pembangunan lainnya, diperlukan pendekatan kualitas yang diarahkan kepada
peningkatan kualitas petugas, sarana dan pelayanan secara profesional dan
komprehensif.

8
8. Pendekatan Kemandirian.
Sebagai perwujudan dari dimensi pelembagaan dan pembudayaan gerakan KB
nasional, maka secara bertahap pengelolaan program diarahkan kepada kemandirian
masyarakat dalam rangka mengoptimalakan kemanfaatan sumber-sumber potensi
yang ada dalam masyarakat. Kemandirian dalam hal ini lebih ditekankan pada sikap
dan perilaku masyarakat dalam ber-KB.
Kemandirian tersebut ditempuh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
 Strata satu, yaitu masyarakat yang kemandiriannya memerlukan subsidi penuh
atas sarana dan pelayanan KB dari pemerintah.
 Strata dua, yaitu masyarakat yang kemandiriannya dapat memenuhi sebagian saja
dari sarana dan pelayanan KB yang dibutuhkan.
 Strata tiga, yaitu masyarakat yang kemandiriannya atas sarana dan pelayanan KB
dilakukan atas upaya sendiri.

 Strategi Operasional.
Strategi operasional meliputi strategi panca karya dan catur bahava utama.
a. Strategi Panca Karya.
Strategi panca karya melihat kelompok sasaran dengan lebih tajam dan mengarahkan
targetnya sebagai berikut:
1. Karya I : Ditujukan untuk pasangan usia subur (PUS) usia di bawah 30 tahun dan
atau dengan paritas di bawah dua orang, atau anak dibawah dua orang, agar mereka
puas dan bahagia dengan jumlah dua orang saja, serta segera menerima KB dan
melaksanakannya dengan jumlah dua orang saja, serta segera menerima KB dan
melaksanakannya dengan baik dan lestari. Kedua orang tuanya dituntut untuk
berperan serta dalam melestarikan KB dan lebih-lebih dalam mendukung dua orang
anaknya menjadi sumber daya manusia yang tangguh. Karya ini mengarah pada
pola pelayanan kontrasepsi rasional yang menggariskan pedoman pelayanan dengan
memperhatikan golongan usia di bawah 20 tahun, antara 20-30 tahun. Tempat-
tempat dan tenaga pelayanan kontrasepsi disediakan baik dari unsur pemerintah
maupun masyarakat yang merupakan pelayanan bersama masyarakat sedekat
9
mungkin kepada sasaran dan memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat di
sekitarnya, seperti adanya daerah-daerah pedesaan dan perkotaan serta kelompok-
kelompok khusus. Di samping itu usaha pengayoman bagi seluruh peserta KB lebih
ditingkatkan dengan pemantapan sistem jaringan dan pelayanan kontrasepsi serta
rujukan, setiap jenis tempat pelayanan diarahkan kepada fungsi-fungsi menurut
tingkatnya.
2. Karya II : Ditujukan untuk pasangan usia subur (PUS) diatas usia 30 tahun dan atau
paritas diatas dua orang, atau anak lebih dari dua orang, agar mereka puas dengan
jumlah anak yang sudah ada dan berusaha segera mengikuti KB, melanjutkan
pembangunan keluarga denngan sebaik-baiknya. Para orang tua yang sudah
terlanjur punya anak lebih dari dua dituntut untuk ikut serta melestarikan KB,
biarpun mungkin kontribusinya tidak terlalu tinggi. Namun demikian mereka
dituntut untuk ikut serta membangun sumber daya manusia yang tangguh, yaitu
mendidik anak-anaknya sebaik mungkin. Karya ini berupaya agar informasi tentang
proses reproduksi sehat dan tentang nilai kehidupan manusia dan persamaan nilai
anak dalam keluarga ditingkatkan penyebarluasannya.
3. Karya III : Ditujukan kepada generasi muda dan anak-anak, agar mereka dapat
menerima dan membudayakan sikap positif rasional sesuai dengan norma keluarga
kecil bahagia dan sejahtera atau menerima sikap yang mendukung penerimaan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) tersebut. Ini merupakan suatu
proses sosialisasi untuk menyiapkan subyek pembangunan gerakan KB lebih lanjut.
Penggarapan sasaran ditujukan untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku
yang mendukung norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Prioritas sasaran
ditujukan kepada generasi muda, pasangan usia subur dengan paritas tinggi.
Prioritas sasaran ditujuan kepada generasi muda, pasangan usia subur dengan umur
muda dan pasangan usia subur paritas tinggi. Prioritas sasaran tadi dapat dicapai
secara langsung maupun tidak langsung melalui tokoh-tokoh masyarakat, instansi
masyarakat serta nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat.
4. Karya IV : Karya ini ditujukan untuk mendorong proses pelembagaan dan
pembudayaan fisik, sosial dan ekonomi sehingga lembaga-lembaga tersebut dapat
melanjutkan perjuangan melembagakan dan membudayakan NKKBS. Karya ini
10
merupakan upaya untuk menanamkan kemampuan, keterampilan serta percaya diri
sehingga akhirnya menjadi insan pembangunan yang mandiri, menyebarluaskan
informasi dan pelaksanaan upaya edukasi sehingga setiap akseptor lestari dan
anggota masyarakat lainnya mau dan mampu menjadi pelaksana gerakan KB
nasional di kalangannya. Selanjutnya meningkatkan juga peranan dan tanggung
jawab institusi masyarakat untuk secara sadar melaksanakan upaya gerakan KB
nasional dalam lingkungannya, membantu institusi-institusi masyarakat agar
mampu melakukan kegiatan yang produktif dalam gerakan KB nasional. Upaya lain
yang perlu ditingkatkan adalah membina dan mengembangkan penguyuban KB
menjadi kelompok yang dinamis dan mengarah kepada kelompok-kelompok yang
bersifat sosial ekonomis. Bersama sektor pembangunan lainnya mengembangkan
dan membina partisipasi sektor-sektor pembangunan lainnya dan masyarakat dalam
program KB serta memperluas usaha untuk mempercepat pengalihan tanggung
jawab pengelolaan pada pimpinan dan seluruh anggotanya.
5. Karya V : Untuk mempercepat proses pelembagaan dan pembudayaan mental
spriritual, mengembangkan sikap mendukung lingkungan budaya yang positif,
sikap mandiri dengan semangat dan motivasi yang tinggi serta pandangan masa
depan yang penuh dengan optimisme dalam mempersiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Karya ini merupakan upaya untuk mendorong terciptanya
ketenangan jiwa, kebahagian dan keserasian hidup terutama dalam menterjemahkan
harkat dan nilai anak serta petuah kehidupan reproduksi manusia.

b. Strategi Catur Bhava Utama

Strategi ini ditujukan untuk tersedianya dan terlaksananya dukungan yang memadai
dalam metoda, tenaga, sarana dan dana melalui usaha-usaha sebagai berikut:

 Metode
Pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem, sub sistem, mekanisme dan
tata kerja, pedoman-pedoman serta petunjuk-petunjuk pelaksana yang meliputi
bidang-bidang dan komponen baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kotamadya,

11
kecamatan dan desa di sesuaikan dengan cakupan kegiatan program, dan tingkatan
struktur organisasi.
 Tenaga
Peningkatan jumlah dan mutu tenaga, baik tenaga pegawai maupun tenaga program
sehingga mencapai kondisi yang memadai untuk memenuhi tuntutan gerakan KB
nasional. Sostem pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia perlu
diciptakan untuk kepentingan gerakan KB nasional yang merupakan rangkaian
sistem perencanaan, pengadaan, penempatan, pembinaan, pendidikan, dan pelatihan
serta pengembangan karier.
 Sarana
Peningkatan jumlah dan mutu sarana dan prasarana pelayanan gerakan KB
nasional.sarana dan prasarana kerja serta mobilitas untuk meningkatkan
produktifitas petugas program.
 Dana
Penyediaan dana yang memadai dan tepat waktu dengan cara menggali dan
mengembangkan berbagai sumber dana serta mengarahkan penggunaan agar
berdaya guna berhasil guna.

 Prioritas Penggarapan Program


Dalam pelaksanaan gerakan KB nasional, prioritas penggarapannya dijabarkan dalam
lima jurus prioritas utama yang dikembangkan sejak 1991/ 1992 (Repelita V), meliputi
pemerataan, peningkatan kualitas, pengembangan kemandirian, penggalangan generasi
muda dan pemantapan lini lapangan.
a. Pemerataan keberhasilan program
Upaya pelaksanaan gerakan KB nasional pada dekade mendatang pada hakekatnya
akan ditujukan pada pemerataan hasil-hasil program, baik antar wilayah maupun
antar kelompok demografis masyarakat indonesia. Selanjutnya diharapkan gerakan
KB akan semakin meluas, merata dan intensif ke seluruh wilayah antara tanah air dan
lapisan masyarakat, termasuk masyarakat di daerah pemukiman baru, daerah
perkotaan, daerah pedesaan, daerah transmigrasi, daerah terpencil, daerah kumuh dan
12
miskin serta daerah pantai. Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 masih terlihat
adanya disparitas pencapaian antar daerah dalam ukuran tingkat kesetaan pasangan
usia subur dalam program KB, maka di masa dekat dan mendatang penekanan pada
dimensi pertama dan kedua, yakni perluasan jangakauan dan pembinaan peserta akan
masih menjadi prioritas utama.

Di pihak lain dalam pelaksanaan gerakan KB nasional akan terus diupayakan


penyediaan sarana pelayanan yang makain meluas, dan dengan intensitas yang merata
ke seluruh wilayah tanah air dan kesemua lapisan masyarakat. Untuk ini, pendekatan
yang akan ditempuh adalah dengan menyediakan pelayanan yang sedini mungkin
bersifat terpadu sejalan dengan tujuan peningkatan mutu sumber daya manusia.
Dengan kata lain pelayanan tidak hanya akan diberikan kepada pasangan usia subur
akan tetapi untuk setiap anggota keluarga pasangan usia subur. Sejalan dalam upaya
pemerataan sarana pelayanan dan pemertaan mutu kesertaan dalam program, juga di
perlukan pemertaan ketenagaan program di seluruh pelosok tanah air. Pemerataan
tenaga program ini tidak hanya meliputi tenaga BKKBN, akan tetapi meliputi pula
tenaga seluruh jajaran pelaksana program, termasuk unit pelaksana program.
b. Penigkatan Kualitas Program.
Upaya peningkatan kualitas program bertujuan untuk meningkatkan jumlah peserta
KB yang menggunakan alat kontrasepsi terpilih dengan pelayanan dan pengayoman
yang lebih bermutu. Di samping itu diharapkan pula meningkatkanya kualitas
pengelolaan program di semua tingkatan dan semakin berkembangnya usaha-usaha
untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dan memperpanjang
harapan hidup, serta mengembangkan usaha-usaha peningktan kualitas sumber daya
manusia.
Peningkatan mutu pelayanan akan dilakukan sejalan dengan segmentasi sasaran
sesuai dengan spesifikasi kebutuhan dan kemampuan mereka. Peningkatan kualitas
pelayanan juga akan dilaksanakan secara menyeluruh, baik sarana swasta maupun
yang bersubsidi penuh, yakni dengan pelatihan dan orientasi yang cermat kepada
petugas pelayanan. Peningkatan mutu pelayanan kontrasepsi diarahkan kepada
pengguaan kontrasepsi yang lebih efektif dan berjangka panjang seperti, IUD, implant
13
(susuk KB) dan kontrasepsi mantap. Selain itu dilakukan konseling alat kontrasepsi
dan pemantauan kualitas pelayanan kontrasepsi dalam usaha pengayoman terhadap
peserta KB.
Peningkatan kualitas pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di
lakukan melalui penajaman sasaran kepada pasangan usia subur (PUS), PUS paritas
rendah dan generasi muda melalui peningkatan mutu materi KIE yang menyangkut
KIE medis, kampanye reproduksi sehat dan kesejahteraan ibu dan anak.
c. Pengembangan Kemandirian
Pengembangan kemandirian dimaksudkan untuk memantapkan kesadaran,
tanggung jawab dan peran serta individu dan masyarakat, serta meningkatkan
hubungan dan peran serta berbagai institusi masyarakat dengan berbagai potensi
lainnya. Citra kemandirian yang harus dikembangkan adalah agar masyarakat secara
sadar mengupayakan sendiri pemenuhan kebutuhannya akan pelayanan KB, baik
secara individu maupun kolektif. Guna memenuhi kebutuhan masyarakat dalam KB
mandiri telah diupayakan penyediaan alat/obat kontrasepsi lingkaran biru dan tempat-
tempat pelayanan KB mandiri melalui pelayanan swasta. Juga unsur terpenting yang
perlu menjadi prioritas pelaksanaan program adalah mobilisasi sumber daya
masyarakat ke arah melembagakan kemandirian komunitas ini. Di pihak lain dalam
rangka pemerataan pelayanan maka akan diberikan kesempatan kepada para dokter
dan bidan untuk memberikan pelayanan KB mandiri dimana saja di seluruh
indonesia. Bahkan telah pula mendapat jaminan dari pimpinan Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia (ISFI) untuk ikut serta dalam mengambil langkah-langkah konkrit agar
pelayanan KB mandiri itu dapat berjalan lancar di pusat-pusat pelayanan obat yang
akan diperluas penyebarannya. Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) dan ISFI akan menjamin bahwa pelayanan KB bukan saja pelayanan obat, akan
tetapi lebih merupakan suatu misi yang luhur untuk membangun suatu generasi
Indonesia yang handal, generasi pembangunan yang penuh cinta kepada keluarga,
anak cucu, bangsa dan negara. Dalam rangka meningkatkan jangkauan pelayanan KB
mandiri sampai tingkat pedesaan, maka mulai dikembangkan pula jalur-jalur
distribusi kontrasepsi lingkaran biru melalui pos obat desa, koperasi/KUD serta
pengembangan pelayanan KB mandiri melalui bidan desa yang dikelola oleh KUD.
14
d. Penggalangan Generasi Muda
Pemantapan komitmen generasi muda diarahkan untuk meningkatkan pemahaman
dan penghayatan terhadap perilaku fertilitas yang rasional serta bertanggung jawab
dan makin tertanamnya sikap kemandirian. Selanjutnya diharapkan meningkatnya
keterlibatan nyata di dalam pengelolaan dan pelaksanaan gerakan KB nasional.
Keterlibatan generasi muda dalam gerakan KB akan makin ditingkatkan dengan
mengajak mereka untuk terjun langsung dalam membantu dalam memperkuat
pelayanan KB dan dukungan di tingkat lapangan. Dengan demikian diharapkan dapat
ditumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar untuk membangun keluarga yang
bahagia dan sejahtera, sekaligus dapat ikut menjamin dikembangkan kecintaan dan
kesayangan akan kesejahteraan ibu dan anak. Berbagai kegiatan pendidikan
kependudukan dan KB diarahkan untuk meningkatkan mutu mereka agar segera dapat
membantu kelompok akseptor atau posyandu yang ada dengan informasi.yang
berbobot dan masyarakat mendapat kepuasan yang maksimal.
e. Pemantapan Lini Lapangan.
Banyak daerah atau kelompok masyarakat yang tadinya sangat jauh ketinggalan
mulai dapat menyusul rekannya yang telah maju lebih dahulu. Daerah-daerah yang
ketinggalan ini telah dapat mencari sebab kelemahan, sehingga dimasa kini dan
mendatang perhatian atas berbagai wilayah miskin dipertajam. Salah satu kendala
yang menonjol adalah lemahnya lini di lapangan di daerah legok (daerah yang kurang
maju program KB-nya). Dari segi manajemen dalam rangkaian mendukung
penyelesaian secara menyeluruh, dari lima prioritas pokok gerakan KB nasional,
pengembangan lini lapangan akan mendapat perhatian utama.
Demikian pula para penyuluh lapangan akan mendapat pendidikan dan latihan
penyegar dan dilengkapi sarana yang makin memadai dan diatur kenaikan pangkatnya
sesuai dengan aturan kredit yang harus dikumpulkan. Dengan demikian diharapkan
mereka mampu mendukung gerakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang
makin mandiri, gerakan TKBK (Tim KB Keliling) dengan indikator keberhasilan
yang jelas, sehingga setiap gerakan KIE dan TKBK benar-benar memberikan
dukungan dicapainya target secara nasional untuk jangka yang lebih panjang.
Gerakan ini hendaknya pula mendorong kebersamaan dan kemandirian masyarakat
15
sendiri. Disamping itu, sebagian tenaga PLKB medis yang telah dilatih untuk menjadi
tenaga bidan diharapkan dapat memperkuat tim bidan Departemen Kesehatan, ABRI
dan swasta lainnya dalam pelayanan KB yang makin mandiri. Mereka dilengkapi
dengan peralatan yang memadai agar dengan bimbingan seniornya dapat langsung
membantu gerakan KB mandiri di desa dan tempat tugas mereka masing-masing.
Tujuannya adalah bahwa pusat pelayanan KB pedesaan makin diperkuat dan
ditingkatkan mutunya.

 Pola Operasional Program.


Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam
kebijaksanaan dan strategi gerakan kb nasional, maka pola operasional diarahkan pada:
1) Peremajaan segmentasi sasaran
Berpijak dari ciri kependudukan Indonesia yang mempunyai struktur umur penduduk
muda, maka kebijaksanaan dan strategi operasional harus searah dengan ciri
kependudukan yang ada tersebut. Struktur umur penduduk muda umumnya
mempunyai sifat yang dinamis yaitu mudah menerima berbagai inovasi baru, tetapi
sekaligus mereka mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi. Oleh karena itu pola
operasional yang ditempuh mendekati kepada ciri kependudukan tersebut yaitu
mengarah pada peremajaan segmentasi sasaran. Peremajaan segmentasi sasaran ini
mempunyai dua maksud yaitu:
 Pertama : Pengelompokan sasaran secara pra-PUS (generasi muda) yang akan di
dekati melalui kegiatan pendidikan KB, agar mereka mempunyai sikap yang
rasional terhadap masalah kependudukan serta menghayati pengetahuan dan sikap
yang positif terhadap pendidikan reproduksi yang sehat. Hal ini di maksudkan
agar dapat mencegah terjadinya kehamilan di bawah umur, yang sering
mengandung resiko kematian yang tinggi baik bagi bayi maupun ibu yang
melahirkan.
 Kedua : Pengelompokan PUS umur muda, yang didasarkan atas fakta yaitu
mempunyai tingkat fertilitas (ASFR) yang tinggi khususnya pada tiga kelompok
umur PUS 20-24, 25-29 dan 30-34 tahun. Penggarapan secara dini kepada tiga
kelompok umur PUS untuk mengatur dan selanjutnya mengakhiri kelahiran pada
16
jumlah anak dua, akan berpengaruh dan bermakna pada penurunan tingkat
fertilitas.
2) Pengembangan dan Pembinaan Institusi
Institusi masyarakat pada tingkat lapangan telah berhasil mengantarkan tercapainya
kesadaran yang tinggi, praktek dan tingkah laku KB yang setia dalam membangun
keluarga kecil pada tahapan KB yang pertama.
Peranan dan keikutsertaan institusi baik yang berupa lembaga swadaya masyarakat
maupun institusi yang berada di pedesaan, dalam pengelolaan dan pelaksanaan KB
sangat di perlukan dan perlu makin diperkuat dalam rangka membina peserta KB
yang ada, mengajak PUS yang belum ber KB dan mendorong keluarga menuju
sejahtera yang mandiri melalui kegiatan-kegiatan integrasi.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan KB di salurkan melalui
pengembangan institusi masyarakat di tingkat pedesaan dan pelembagaan kegiatan
pada lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Pembinaan institusi masyarakat secara
khusus diarahkan untuk menumbuhkan institusi yang belum ada dan mengembangkan
institusi yang telah ada sehingga gerakan KB di tempat itu menjadi lebih dinamis dan
mantap. Pembinaan ini meliputi aspek perseorangan, organisasi, dinamika program
dalam kelompok, kemandirian dan keluarga.
Sasaran pembinaan institusi masyarakat meliputi perseorangan, PPKBD, sub PPKBD,
kelompok Dasa Wisma dan Panca Wisma, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
swasta, organisasi profesi dan lain-lain. Pada tahap ke dua gerakan KB nasional
pemantapan pembinaan institusi masyarakat kelembagaan sesuai dengan “sistem lima
pola pembinaan” peserta KB, baik dalam jumlah maupun mutunya.
3) Pembudayaan Keluarga Kecil Mandiri
Kemandirian merupakan perwujudan dari pembudayaan NKKBS. Proses perubahan
sikap dan tingkah laku masyarakat dalam kegiatan KB perlu terus dikembangkan ke
arah kemandirian. Peran dan keikutsertaan masyarakat baik dalam ber-KB maupun
dalam penyediaan pelayanan kb secara mandiri menunjukkan bentuk nyata dari
gerakan kb mandiri.
Pemupukan dan pemantapan kemandirian komunitas masyarakat serta perseorangan
pada hakekatnya sejalan dengan jiwa gotong royong. Citra kemandirian yang harus
17
dikembangkan adalah bahwa masyarakat secara sadar mengupayakan sendiri
pemenuhan kebutuhannya akan pelayanan KB baik secara perseorangan maupun
secara kolektif. Hal-hal positif yang telah berkembang di masyarakat, misalnya
arisan, jimpitan yang merupakan embrio dari bentuk kemandirian masyarakat, perlu
dikembangkan lebih luas lagi. Unsur terpenting dalam prioritas pelaksanaan program
adalah mobilisasi daya masyarakat ke arah kemandirian. Kemandirian perseorangan
tetap tidak dapat diabaikan. Kemandirian perseorangan akan lebih melembaga bila
perilaku mandirinya didukung dan diikuti oleh kemandirian perseorangan/ keluarga
serta terjangkaunya pelayanan yang sesuai dengan kemampuannya.
Kegiatan KB mandiri lebih dimantapkan dan disebarluaskan ke segala segmen
masyarakat dan segenap wilayah penggarapan program. Oleh karena itu, perlu
diupayakan pemantapan proses perubahan sikap, tingkah laku menuju kemandirian
melalui kampanye keluarga kecil mandiri.
4) Intensivikasi dan Ekstensivikasi
Penerimaan konsep keluarga kecil sudah menunjukkan hasil yang cukup
menggembirakan. Namun demikian dengan berbagai keterbatasan yang ada, masih
terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian yang ada,
masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian dan
penggarapan yang intensif untuk mengatasi kesulitan-kesulitan/ hambatan dalam
penerimaan konsep keluarga kecil.
Upaya tersebut mengarah kepada usaha memberikan kesempatan kepada para ibu
untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan ibu atau para isteri sebagai salah satu
kekuatan keluarga, sehingga dapat memberikan dukungan yang tinggi untuk
membangun keluarganya. Upaya ini berusaha merangsang, mengajak dan mendidik
untuk memperbaiki kesadaran yang salah tentang bentuk dan struktur keluarga,
memberikan pengetahuan yang cukup tentang kapan suatu keluarga harus dibentuk,
atau kapan menikah, kapan melahirkan anak pertama yang terbaik, mengatur jarak
kelahiran. Dengan demikian upaya ini dilakukan untuk membudayakan keluarga kecil
dengan cukup dua anak, membudayakan kurun reproduksi sehat, membudayakan
menunda kehamilan pertama sampai isteri berumur 20 tahun, membudayakan agar
setiap keluarga hanya mempunyai satu anak balita, membudayakan ber-KB sedini
18
mungkin dalam kurun waktu 5 tahun pertama serta membudayakan cara menyusui
yang benar. Sehingga upaya ini dapat memberikan kesempatan kepada para ibu agar
dapat terbebas dari hambatan dan ganjalan untuk maju sehingga ibu mempunyai
kesempatan membangun keluarga kecil sejahtera. Kegiatan ini akan dilaksanankan
melalui kampanye ibu sehat sejahtera (KISS).
5) Peningkatan Mutu Manajemen dan Pelayanan KB
Manajemen yang berkualitas merupakan kunci sukses operasional gerakan keluarga
berencana nasional di lapangan. Untuk itu berbagai kesepakatan politis dan
operasional antar instansi maupun dengan lembaga swadaya masyarakat baik di
tingkat pusat dan daerah perlu untuk tetap dikembangkan dan dimantapkan. Secara
konsisten tetap dikembangkan etos kerja keras disiplin yang tinggi dengan senantiasa
mengadakan pembinaan ketenagaan yang berkelanjutan sehingga tercipta suatu iklim
kerja yang favorable.

Berbagai kesepakatan tersebut antara lain yang berkaitan dengan tersedianya pelayana
KIE, pelayanan kontrasepsi, pendidikan KB, pelayanan penerangan motivasi serta
pembinaan institusi masyarakat. Apa yang telah diupayakan tersebut perlu didukung oleh
tersedianya tenaga yang berkualitas, sarana yang memadai serta dana yang
mencukupi.Untuk mendukung tercapainya efisiensi dan efektivitas program antara lain
sebagai berikut:

Penempatan sejumlah tenaga penyuluh keluarga berenca (PKB) yang berpendidikan


sarjana di kecamatan-kecamatan dan diprioritaskan untuk daerah perkotaan, industri dan
wilayah-wilayah perumahan baru khusunya dalam rangka peningkatan mutu tenaga di
tingkat lini lapangan. Penempatan penyuluh keluarga berenca lulusan bidan
diprioritaskan untuk daerah legokan khususnya dalam rangka peningkatan mutu KIE dan
pelayanan kontrasepsi.

Melaksanakan berbagai kategori pelatihan baik yang ditujukan kepada para pengelola,
pelaksana gerakan KB maupun tenaga-tenaga non—BKKBN dan masyarakat dalam
meningkatkan wawasan dan keterampilah teknis, baik di dalam negri maupun luar negri.
Mengembangkan dan menyempurnakan pedoman-pedoman pelatihan, pelayanan yang

19
baku. Memanfaatkan forum-forum komunikasi yang telah ada dan pengembangan forum
tersebut sesuai dengan tuntutan maupun kebutuhan program serta pendayagunaan secara
optimal.

Memberikan kewenangan dan tanggung jawab program yang lebih besar kepada unit
pelaksana dan lembaga swadaya masyarakat secara bertahap serta meningkatkan
keterlibatan sektor pembangunan terkait dalam mengelola pelaksana program secara
fungsional. Melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan serta evaluasi dan
monitoring secara utuh dan terpadu.

2.5 Pelaksanaan dan Pengembangan Gerakan KB Nasional

Untuk mencapai tujuan program KB nasional yang pada awal Pelita V telah berkembang
menjadi gerakan KB nasional telah disusun dan dilaksanakan kegiatan pokok yang mengacu
kepada kebijakan dan strategi yang telah ditetapakan. Disamping itu pula disusun pola
pengembangan gerakan KB nasional dalam memasuki pengembangan KB tahap kedua. Pada
dasarnya kegiatan-kegiatan pokok dalam pelaksanaan gerakan KB nasional dibagi menjadi dua
kegiatan operasional, dan kegiatan penunjang yang mendukung pelaksanaan kegiatan
operasional.

A. PELAKSANAAN.
1. Kegiatan Operasional
Kegiatan-kegiatan operasional gerakan KB nasional yang dilaksanakan sejak Pelita I
sampai dengan Pelita V meliputi:
a. Penerangan dan Motivasi
Pelaksanaan kegitan penerangan dan motivasi yang juga dikenal dengan istilah
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), pada awal penggarapan diarahkan untuk
memberikan penerangan kepada masyarakat luas mengenai berbagai kebijakan
pemerintah dalam mendukung program KB. Selanjutnya kegiatan KIE diarahkan pada
usaha untuk mengajak masyarakat yang berstatus pasangan usia subur (PUS) untuk
menjadi peserta KB dan membina mereka secara terus menerus agar menjadi peserta
KB lestari.

20
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan KIE lebih diarahkan kepada sasaran
pasangan usia subur (PUS) muda paritas rendah (PUSMUPAR) untuk menjadi peserta
KB secara dini dan diarahkan kepada kemandirian. Segmentasi sasaran dari pus secara
umum kepada pusmupar didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkat pertumbuhan
PUS setiap tahun selama Pelita V di perkirakan berjumlah 1,5 juta pasangan, juga
karena PUSMUPAR tersebut memiliki tingkat fertilitas yang tinggi dalam jangka
waktu yang panjang.
Apabila pada awal-awal pelaksanaan program, kegiatan KIE lebih banyak
menggunakan pendekatan massa seperti melalui Safari KB, maka sekarang lebih
diarahkan kepada pendekatan individu dan keluarga, seperti melalui kunjungan rumah,
konseling dan sebagainya.
Dalam memberikan pelayanan KIE, terutama yang menyangkut aspek medis dan
reproduksi sehat, saat ini sedang dikembangkan pelayanan informasi “dua muka”.
Masyarakat diberi informasi tentang jenis, bentuk, kelebihan dan kekurangan serta
kontraindikasi dari setiap alat kontrasepsi secara jujur, terbuka tetapi penuh tanggung
jawab. Di samping itu masyarakat juga perlu di berikan informasi tentang adanya
kemungkinan akibat sampingan secara wajar dan tidak menakutkan. Dalam situasi ini,
PUS dengan bimbingan petugas fungsional (tenaga penyuluh, paramedis dan medis)
dapat menentukan dan memilih alat kontrasepsi yang paling disukai, cocok, tepat, dan
paling aman bagi dirinya.
Kegiatan penerangan dan motivasi bertujuan untuk mendorong terjadinya proses
perubahan pengetahun sikap dan tingkah laku masyarakat tentang KB. Dalam
pencapaian tujuan tersebut, diharapkan unsur-unsur dalam masyarakat mengalami
proses perubahan dari tidak tahu manjadi tahu, dari tidak simpati menjadi simpati, dan
dari belum ber KB menjadi peserta KB. Dengan demikian diasumsikan masyarakat
akan menerima, menghayati, melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera (NKKBS).
Untuk mencapai target tersebut, bentuk-bentuk penerangan dan motivasi dilakukan
melalui penerangan massa, penerangan kelompok, penerangan lawan muka. Adapun
pokok-pokok kegiatan penerangan dan motivasi meliputi:
Mempertajam segmentasi sasaran penerangan dan motivasi KB untuk mengarahkan
21
kegiatan KIE pada sasaran spesifik (seperti PUSMUPAR) yang strategis dalam setiap
lapisan dan wilayah penggarapan program, seperti daerah kumuh, pantai dsb.
Memperbesar arus komunikasi dan meningkatkan kualitas pesan, khususnya pesan-
pesan medis dan reproduksi sehat.
Memantapkan pesan kie spesifik untuk memantapkan kesertaan ber KB dan
meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta dalam proses menuju
kemandirian seperti LIBI (lingkaran biru), KB mandiri dan kemandirian melalui
koperasi/ KUD.
Mengembangkan pesan-pesan KIE terpadu yang dilaksanankan secara serasi dan
terpadu dengan kegiatan program lainnya.
Mengembangkan dan membina kerja sama dengan berbagai pengelolan media massa,
agar konsistensi pesan-pesan KB dapat tetap terjaga.
Memperkuat dan membina basis pelayanan KIE ditingkat pedesaan melalui kegiatan
bimbingan dan pembinaan secara berjenjang.
Mendayagunakan secara optimal sarana KIE dari tingkat pusat sampai tingkat
kecamatan.
Memanfaatkan peristiwa-peristiwa internasional, nasional maupun daerah untuk
kegiatan KIE.
Mengadakan evaluasi dan pengembangan kegiatan KIE. Di samping itu, untuk
menggarap wilayah yang pelaksanaan KB-nya relatif masih belum berhasil dilakukan
intervensi melalui kampanye ibu sehat sejahtera (KISS) yang pencanangannya
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 21 Desember 1991. sedangkan bagi
wilayah-wilayah yang pelaksanaa KB-nya sudah relatif berhasil dilakukan intervensi
melalui kampanye keluarga kecil mandiri (KKM) yang pencanagannya juga dilakukan
oleh Presiden Soeharto pada bulan Februari 1992. kedua intervensi KISS dan KKM
tersebut, diarahkan untuk pengembangan keluarga kecil sejahtera (KKS) sebagai
tahapan menuju pelembagaan dan pembudayaan NKKBS.

b. Pelayanan Kontrasepsi
Secara umum tujuan kegiatan pelayanan kontrasepsi adalah menyelenggarakan
pelayanan kontrasepsi yang berkualitas, yang dimaksudkan untuk memberikan
22
perlindungan kepada para peserta KB dari kemungkinan kehamilan. Dengan pelayanan
yang berkualitas tersebut dimaksudkan dapat menunjang tercapainya peserta KB yang
puas, peserta KB yang berkualitas dan meningkatnya peserta KB yang mandiri.
Pada awal program, pelayanan kontrasepsi bertumpu dengan dikembangkannya tim
medis keliling (TMK), yaitu petugas-petugas medis/ para medis yang aktif
mengunjungi daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan klinik statis.
Kegiatan pelayanan kontrasepsi yang telah dikembangkan dengan tim medis keliling
pada Pelita I dan II dikembangkan lagi menjadi TKBK (tim keluarga berencana
keliling) sehingga tidak hanya berfokus pada kegiatan pelayanan saja, tetapi juga
memberikan pelayanan KIE dan pelayanan integrasi.
Pada Pelita III, kegiatan pelayanan kontrasepsi disamping menekankan pada perluasan
jangakauan, juga meningkatkan penggarapan secara intensif untuk pasangan wanita
usia subur. Kegiatan ini dimulai dengan pelayanan Safari KB di Istana Bogor yang
kemudian dilanjutkan di beberapa daerah dengan menggunakan berbagai nama sesuai
dengan ciri khas masing-masing, Safari Senyum Terpadu, Safari Spiral, Safari Catur
Warga dan lain-lain.
Pelita IV, kegiatan pelayanan kontrasepsi dibedakan menjadi pelayanan distribusi alat
kontrasepsi sederhana (pil dan kondom) dan pelayanan medis keluarga berencana.
Kedua jenis pelayanan diatas dilakukan melalui klinik KB, namun dengan semakin
luasnya jangakauan pelayanan KB secara bertahap telah ditingkatkan melalui jalur
Rumah Sakit disamping TKBK. Sedang pos KB, PPKBD, serta sub PPKBD tetap
melayani jenis alat kontrasepsi sederhana. Rumah sakit yang melaksanankan program
post partum (P3RS) dikembangkan fungsi dan ruang lingkupnya menjadi program
keluarga berencana rumah sakit (PKBRS). Selanjutnya PKBRS ditingkatkan
peranannya untuk meningkatkan usaha pencapaian kualitas program seperti
meningkatkan kemampuan dalam pelayanan metode kontrasepsi efektif terpilih
(MKET).
Dalam Pelita V, kebijaksanaan pelayanan kontrasepsi ditujukan untuk pelembagaan dan
pembudayaan keluarga kecil, yaitu dengan melestarikan peserta KB yang ada,
meningkatkan kesertaan ber-KB dengan mengajak PUS yang belum berKB terutama
PUSMUPAR, serta meningkatkan kemandirian baik dalam hal penyediaan pelayanan
23
KB maupun dalam berKB. Oleh karena itu pokok-pokok kegiatan pelayanan
kontrasepsi dalam Repelita V merupakan titik pusat dalam pembinaan pada mereka
yang telah ber-KB agar tetap lestari.

Pokok-pokok kegiatan pelayanan kontrasepsi, antara lain:


 Meningkatkan kegiatan pengembangan teknis medis pelayanan kontrasepsi,
melalui:
 Pelaksanaan kegiatan teknis medis pelayanan kontrasepsi melalui lokakarya,
seminar, temu medis dan lain-lain.
 Pelaksanaan kegiatan pelatihan teknis medis pelayanan kontrasepsi termasuk
pelatihan konseling dan pemantauan mutu pelayanan.
 Bekerja sama dengan bidang penelitian dalam pelayanan kontrasepsi metode baru.
 Membina dan mengembangkan kualitas pelayanan efek samping dan komplikasi
melalui sistem pemantauan pelayanan kontrasepsi.
 Bekerjasama dengan sektor kesehatan dan sektor peranan wanita dalam usaha-
usaha peningkatan kesertaan ibu.

 Meningkatkan dan mengembangkan jalur pelayanan sesuai dengan:


 Mengembangkan fasilitas pelayanan sesuai dengan kemampuan tenaga, sarana
yang ada menjadi fasilitas pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan
paripurna.
 Mengusahakan pemerataan pelayanan kontrasepsi sehingga di setiap desa
minimal terdapat satu sarana pelayanan kontrasepsi.
 Mengembangkan dan membina pelayanan kontrasepsi di semua rumah sakit yang
ada serta mengarahkan fungsinya sebagai tempat rujukan pelayanan kontrasepsi
terutama metode kontrasepsi efektif terpilih, pembinaan medis teknis, pendidikan
dan penilitian.
 Membina dan memperluas jaringan pelayanan kontrasepsi yang dikelola oleh
masyarakat seperti PPKBD, sub PPKBD, Posyandu, Dasa Wisma/Panca Wisma,
pos obat desa, koperasi KUD.
24
 Membina dan mengembangkan pelayanan kontrasepsi melalui jalur swasta seperti
dokter/ bidan praktek swasta, apotik, toko obat dan tempat-tempat pelayanan
swasta lainnya didaerah perkotaan.
 Mengembangkan dan memantapkan pelayanan kontrasepsi di daerah khusus
seperti pemukinan baru, transmigrasi, nelayan, suku terasing.
 Mengajak jalur komersil untuk ikut serta dalam pendistribusian alat kontrasepsi
 Mengembangkan jaringan pelayanan rujukan dari semua fasilitas pelayanan yang
ada.

 Melakukan penghambatan dan peningkatan kualitas alat/ obat kontrasepsi dengan:


 Melakukan pengamatan kualitas alat/obat kontrasepsi secara sadar teratur ke
sarana pelayanan kontrasepsi dan gudang-gudang kontrasepsi.
 Mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan alat-alat/ cara-cara kontrasepsi
yang sesuai kebutuhan.
 Merencanakan kebutuhan sarana medis/ non medis untuk pelayanan kontrasepsi
di klinik-klinik KB/ RS
 Mengembangkan jaringan distribusi sarana pelayanan kontrasepsi kepada unit-
unit pelayanan KB mandiri, mulai dari gratis, subsidi dan mandiri penuh.

c. Pelayanan Program Integrasi


Pelayanan progam integrasi merupakan upaya memadukan pelayanan gerakan KB
nasional dengan program pembangunan lainnya melalui pendayagunaan sumber daya,
dana dan sarana yang mendukung secara lebih efektif dan efisien untuk mewujudkan
pelembagaan dan pembudayaan NKKBS.Pelayanan program integrasi dilakukan
dengan suatu pendekatan, untuk memperluas jangkauan dan liputan gerakan KB dengan
segmentasi sasaran yang belum tergarap sebelumnya. Selain itu, di upayakan dengan
meningkatkan pengetahuan , sikap dan perilaku sasaran akan pentingnya peningkatan
kualitas hidup dan kehidupan melalui pelaksana NKKBS.

25
Dalam rangka mencapai sasaran program KB, mulai Pelita I telah dilaksanakan usaha-
usaha KB dan kependudukan secara terpadu dengan sektor pembangunan lainnya.
Pencapaian program KB dalam Pelita I menunjukkan suatu keadaan yang ditandai
dengan semakin meningkatnya peran masyarakat.

1. Usaha Perbaiki Gizi Keluarga (UPGK)


Sejak akhir Pelita II (1978/1979) telah dirintis program terpadu KB gizi melalui
program usaha peningkatan gizi keluarga (UPGK) terutama peningkatan gizi bagi
bayi dan balita. Usaha ini bertujuan untuk mendorong penurunan tingkat kelahiran
karena semakin tingginya gizi anak akan semakin baik kesehatannya dan
selanjutnya akan menurunkan tingkat kematian anak. Dan akan menyebabkan
keinginan untuk mempunyai anak banyak akan semakin menurun. Melalui UPGK,
program peserta KB mendapat pelayanan peningkata gizi bagi anak-anaknya.
Sampai akhir Pelita II telah dibina sebanyak 2000 desa yang tersebar di provinsi
Jawa-Bali.
Pada Pelita III program UPGK telah meningkat menjadi 27.022 desa yang tersebar
di tiga belas propinsi Jawa-Bali dan beberapa propinsi luar Jawa-Bali. Pada akhir
Pelita IV program UPGK telah menjangkau seluruh propinsi yang mencakup
266.843 desa binaan.
2. KB Kesehatan
Selain kegiatan terpadu KB-UPGK dalam pelita IV dikembangkan pula kegiatan
terpadu KB-kesehatan di seluruh indonesia, yang dilaksanakan melalui pos
pelayanan terpadu (posyandu), jenis pelayanan meliputi pelayanan KB, KIA,
imunisasi, gizi dan diare.Pada awal Pelita IV sampai akhir Pelita IV jumlah
posyandu telah berkembang dari 133.786 menjadi 189.897 posyandu. Jumlah
tersebut meningkat menjadu 199.142 posyandu pada tahun pertama Repelita V.
Pada Repelita V program terpadu KB-kesehatan dan gizi semakin ditingkatkan dan
dikembangkan melalui peningkatan koordinasi secara terpadu dengan sektor terkait
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliannya.

26
3. Bina keluarga balita (BKB)
Pembinaan bagi peserta KB dan usaha meningkatkan kesejahteraan keluarganya
melalui peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ibu dan keluarga
dalam membina balitanya agar tumbuh dan berkembang secara optimal telah
ditunjang melalui program bina keluarga balita (BKB).
Kegiatan tersebut telah dirintis pada awal pelita III (1979/1980) dengan uji coba di
Cirebon, Semarang dan Ujung Pandang. Dan pada Pelita III program BKB tersebut
diperluas lagi ke-10 propinsi. Sebagai upaya untuk lebih memasyarakatkan program
BKB, maka bertepatan dengan peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 1991 telah
direncanakan pelaksanaan program BKB ke seluruh Indonesia oleh Presiden
Soeharto di istana negara.Sejak ditandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB)
antara Mentri Negara Urusan Peranan Wanita dan Kepala BKKBN pada awal Pelita
IV tahun 1984, tanggung jawab operasional program BKB diserahkan kepada
BKKBN dan dibantu oleh (POKJA) kelompok kerja BKB yang terdiri dari berbagai
instansi yang terkait. Pada tahun ke-3 Pelita III program BKB telah mencakup 252
desa di 18 propinsi pada tahun ke-4 Pelita IV telah mencakup 646 desa diseluruh
propinsi. Pada akhir pelita IV jangkauan BKB telah meliputi 1214 desa, dan pada
tahun ke 3 Pelita V jumlah BKB telah mencapai 8300 desa.Kegiatan BKB yang
telah berkembang selama Pelita IV terus dikembangkan selama Pelita V termasuk
pengembangan BKB dengan kategorisasi yaitu kategori dasar, berkembang, standar
dan paripurna. Kegiatan latihan penyegar dan pengadaan APE (Alat Permainan
Edukatif) dengan lomba pembuatan APE melalui jalur sekolah dan partisipasi
berbagai kelompok masyarakat termasuk pengembangan APE pengganti. Sesuai
dengan perkembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan BKB, maka
kemudian program BKB dikembangkan menjadi Gerakan Bina Keluarga Balita,
sebagai hasil tindak lanjut penelaahan program BKB pada bulan Agustus 1991.
4. KB Kelapa Hibrida
Usaha ini telah dimulai sejak awal pelita IV melalui Kepres No 002/Datrans/1984
telah diberikan bibit kelapa hibrida sebanyak 1.200.000 bibit kepada 60.000 peserta
KB lestari di 5 propinsi. Pada tahun ke-2 Pelita IV malalui Kepres
008/Datrans/1985 diberikan sebanyak 604.500 bibit kepada 182.000 peserta KB
27
lestari di 14 propinsi. Pada tahun ke-3 Pelita iv berdasarkan Kepres No
003/Datrans/1986 telah diberikan bibit kelapa hibrid sebanyak 743.334 butir kepada
223.000 kepada peserta KB lestari di 12 propinsi. Kemudian pada tahun 1987
berdasarkan Kepres No 002/Datrans/1987 telah diberikan 1.200.000 bibit kepada
420.000 peserta KB lestari di 25 propinsi. Dengan demikian sampai akhir Pelita IV
bibit kelapa hibrida yang disalurkan berjumlah 3.747.834 bibit kepada 1.425.000
peserta KB lestari. Selanjutnya pada tahun pertama Repelita V dengan Kepres
001.003/Datrans/1989 telah disalurkan sebanyak 100.000 bibit kepada 32.000
peserta KB.
5. KB Perusahaan
Sejak Pelita II, pelayanan KB mulai dilaksanaka di perusahaan atau industri dengan
tujuan selain memperluas cakupan pelayanan KB bagi buruh atau karyawan
perusahaan industri juga mendorong pimpinan untuk meningkatkan kesejahteraan
buruh atau karyawan melalui kegiatan KB. Dalam usaha meningkatkan program
KB dilingkungan perusahaan melalui awal Pelita IV dilakukan kerjasama dengan
instansi yang terkait yaitu, DEKNAKER, Serikat Pekerja Indonesia (SPSI),
Asosiasi Pengusaha Kayu Indonesia (APKINDO) dan BKKBN. Upaya yang
dilakukan adalah memberikan penerangan dan motivasi kepada para pengusaha
maupun pekerja tentang manfaat KB bagi peningkatan produktivitas kerja di
perusahaan. Di upayakan pula perusahaan dapat memberikan pelayanan KB secara
mandiri. Mulai awal Repelita V pelayanan KB di perusahaaan tidak hanya
ditujukan kepada tenaga kerja dilingkungan perusahaan, tetapi juga melayani
masyarakat di sekitar perusahaan.
6. KB Transmigrasi
Pelaksanaan program terpadu KB transmigrasi yang dimulai pada Pelita IV
dimaksudkan untuk membina peserta KB di pemukiman transmigrasi sehingga di
harapkan menghasilkan tenaga yang produktif. Program ini dirintis di lima propinsi
(Riau,Jambi, Bengkulu Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat) dan 595 unit
pemukiman transmigrasi (UPT). Kemudian diperluas wilayah penggarapannya
menjadi 13 propinsi dan 640 UPT.

28
7. KB Perkotaan.
Pada awal Pelita IV (1987/1988) telah dikembangkan program terpadu KB
perkotaan, yang dimulai di 15 Kota Madya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
perumusan kebijasanaan KB mandiri, perumusan buku pedoman pelatihan dan
pelayanan bagi dokter dan bidan praktek swasta serta pengadaan sarana KIE-KB
KB mandiri melalui kampanye KB mandiri dengan logo lingkaran biru KB. Adanya
program KB perkotaan ini, organisasi profesi seperti IDI,IBI dan ISFI berperan
aktif dalam gerakan KB mandiri sebagai pemberi pelayanan KB mandiri.Pada akhir
Pelita IV jangkauan program KB perkotaan diperluas ke 16 kota lainnya sehingga
menjangkau di 13 kota dalam 16 propinsi. Sejak tahun ke-2 Repelita telah
dikembangkan menjadi 300 kota. Untuk menggalakkan KB mandiri telah
dipersiapkan berbagai obat atau alat kontrasepsi lingkaran biru melalui jalur swasta
dengan potongan harga khusus sekitar 45-65% dari harga pasaran. Sehubungan
dengan hal tersebut pada tanggal 26 November 1988 Presiden Soeharto meresmikan
Kampanye Kb Mandiri tahap 2 dan menyerahkan alat kontrasepsi LIBI (lingkaran
biru) untuk mendukung pelaksanaannya.
Pada awal Repelita V melalui kegitan KB perkotaan telah dikembangkan klinik KB
model yang dikelola oleh IBI di 5 wilayah. Disamping itu penyaluran alat
kontrasepsi lingkaran biru melai dikembangkan ke tingkat pedesaan melalui tokoh
obat dan kios KUD (koperasi unit desa).
8. KB Kehutanan
Dalam rangka kerjasama terpadu gerakan KB nasional dengan pembangunan
kehutanan, pada awal Repelita V (Januari 1990) telah ditandatangani kerjasama
antara menteri kehutanan dengan kepala BKKBN tujuan kerjasama ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat disekitar hutan dalam gerakan
KB nasional. Kegiatan tersebut mencakup penyuluhan terpadu masyarakat disekitar
hutan tentang gerakan KB dan pembangunan kehutanan, pelaksanaan pendidikan
latihan terpadu bagi petugas KB dan penyuluh kehutanan, peningkatan pelayanan
KB dan pembangunan kehutanan serta penilitian dan pengembangan jenis tumbuh-
tumbuhan obat tradisional.

29
9. Usaha Penigkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
Sejak tahun 1978 dalam rangka memantapkan kesetaan ber KB bagi para peseta KB
yang terhimpun dalam kelompok telah diberi modal usaha yang pada saat itu
disebut “Usaha Bersama KB” yang kemudian untuk lebih memantapkan
keberhasilan KB dan kegiatan ekonomi produktif bagi para peserta KB dalam
menerima pinjaman modal, Nama usaha bersama diganti menjadi Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) Kegiatan UPPKA ini
berkembang pesat pada tahun ke-4 Repelita V telah mencapai jumlah kelompok
26.832 dengan jumlah uang beredar sebesar Rp. 9.839.272.742, dari modal sebesar
Rp. 4.276.580.701, Untuk lebih memperkuat kelompok UPPKA dalam kegiatan
ekonomi produktif dikembangkan menjadi TPK-KUD dan mampu mengisi Warung
Serba Ada KUD. Sebagai langkah pembinaan kelompok UPPKA dilakukan
pengkategorian yaitu kelompok dasar, kelompok berkembang, dan kelompok maju.
Kaitannya dengan pemantapan institusi KB desa (POLA LIMA) di tempatkan
dalam kondisi KB pola dua atau tiga.
10. KB Asuransi
Sejak tahun ke III Repelita V dengan semakin meningkatnya partisipasi masyarakat
dan meningkatnya kemandirian telah dikembangkan dan dimantapkan pengayoman
pada peserta KB Untuk itu telah dilakukan kerjasama dengan pihak asuransi seperti
dengan PT.( Persero) Jasa Raharja, Asuransi KB Indonesia (ASKABI), Bumi
Putera, Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) dan beberapa pengusaha asuransi lainnya.
11. Beasiswa Kepada Peserta KB Lestari
Beasiswa yang diberikan kepada peserta KB lestari ada dua jenis yaitu:
- Beasiswa Supersemar untuk anak peserta KB lestari yang bersekolah ditingkat
SMTA Negri Kejuruan.
- Beasiswa ASTEK untuk anak peserta KB lestari pekerja perusahaan yang
menjadi anggota ASTEK di perusahaan bersangkutan.
Disamping pengharagaan yang diberikan kepada peserta KB, untuk
memantapkan pelaksanaan gerakan KB nasional dilakukan juga pemberian
penghargaan berupa:
- Penghargaan pengelola KB teladan
30
Untuk meningkatkan semangat dan inovasi kerja para pengelola gerakan KB di
lini lapangan setiap tahun dilaksanakan pemilihan pengelola KB teladan baik
PPLKB, PLKB maupun dari sektor lain.
- Manggala Karya Kencana.
Peningkatan keberhasilan KB memerlukan kesepakatan dan dukungan polititis
yang semakin tinggi. Untuk itu kepala BKKBN memberikan penghargaan
berupa Manggala Karya Kencana kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota
dan tokoh masyarakat yang telah menunjukkan karya nyata atas usahanya
mendorong keberhasilan gerakan KB nasional di wilayahnya.

d. Pembinaan Institusi Masyarakat.


Dalam proses pengembangan KB, dilakukan upaya-upaya untuk menumbuhkan serta
membina institusi masyarakat agar berperan lebih tinggi dan sanggup mengambil alih
tanggung jawab sebagai pengelola gerakan KB nasional. Bentuk pelembagaan KB
ditingkat daerah mulai tumbuh sejak tahun 1975. Pada mulanya di setiap daerah
mempunyai nama yang berlainan, misalnya Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) di
Jawa Timur, kelompok Dwi Karti di Yogyakarta, Sub Klinik Desa (SKD) di Jawa
Tengah, Sekaliman di Lampung, pos KB di Jawa Barat, Ibu Halimah di D.I Aceh.
Rukun KB (RKB) di NTT, dsb. Kemudian tahun 1976 di lakukan penyatuan bahasa
yaitu bentuk kelembagaan di tingkat desa secara nasional disebut Pembantu Pembina
KB Desa (PPKBD). Perkembangan PPKBD ternyata membawa dampak yang luas
dalam pelaksanan KB sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya memerlukan suatu
bentuk institusi, kemudian bentuk sub PPKBD ditingkat dusun dan kelompol peserta
KB ditingkat RT serta Dasa Wisma dan Panca Wisma di tingkat masyrakat.

Pada akhir Pelita IV diciptakan sistem lima pola pembinaan peserta KB/PUS, yang
meliputi:
Pola I : Pembinaan peserta KB/PUS secara langsung dilakukan oleh institusi
masyarakat di tingkat desa yaitu PPKBD.

31
Pola II : Pembinaan peserta KB/PUS secara langsung dilakukan oleh institusi
masyarakat di tingkat dusun/RW, sedangakan PPKBD mempunyai tugas membina sub
PPKBD.
Pola III : Pembinaan peserta KB/PUS secara langsung dilakukan oleh institusi
masyarakat di tingkat RT yaitu kelompek peserta KB.Sedangkan PPKBD mempunyai
tugas membina sub PPKBD dan sub PPKBD mempunyai tugas membina kelompok
peserta KB.
Pola IV : Pembinaan peserta KB/PUS secara langsung dilakukan oleh kelompok
Dasa Wisma yang mempunyai fungsi membantu kelompok peserta KB untuk membina
peserta KB/PUS di lingkungan Dasa Wismanya.secara teknis kelompok Dasa Wisma
dibina oleh kelompok peserta KB, kelompok peserta KB dibina oleh sub PPKBD dan
sub PPKBD dibina oleh PPKBD.
Pola V : Pembinaan peserta KB/PUS secara langsung dilakukan oleh kelompok
Panca Wisma yang mempunyai fungsi membantu kelompok peserta KB untuk
membina kelompok peserta KB/PUS di lingkungan Panca Wisma.
Pada pertengahan Pelita V atau tahun 1991, pembinaan pola lima berkembang lebih
lanjut.Pola lima tidak lagi Panca Wisma, tetapi langsung keluarga.Fungsi dari institusi
masyarakat itu pun berkembang, mula-mula berfungsi sebagai perpanjangan tangan
petugas KB dalam melaksanakan penerangan motivasi dan pembinaan peserta KB
berupa pelayanan ulang pil dan kondom rujukan.
Fungsi ini kemudian berkembang dengan melakukan pencatatan pendataan PUS.Dalam
perkembangan lebih lanjut, sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan akseptor
maka pembinaan institusi masyarakat dilakukan melalui kegiatan program
integrasi.Beberapa kegiatan integrasi yang dilaksanakan antara lain kegiatan Posyandu,
UUPKA dan BKB.
Dengan bekembangnya konsep kemandirian ber-KB maka fungsi institusi masyarakat
ini berkembang lagi dengan melakukan usaha kemandirian untuk menanamkan
perubahan sikap dan mental masyarakat dan mendorong masyarakat untuk ikut
memberikan konstribusi dalam mendapatkan kontrasepsi maupun pelayanan
pengayoman medis dengan menghimpun dana secara berkelompok ataupun perorangan
melalui berbagai cara sesuai dengan kondisi setempat antara lain hasil UPPKA, jasa
32
pendistribusian kontrasepsi yang dikelola oleh institusi untuk pembelian kontrasepsi,
obat-obatan, transport rujukan. Membantu dalam mendapatkan pelayanan kb maupun
penanggulangan, efek samping, kegagalan maupun komplikasi pemakaian kontrasepsi.
Upaya kemandirian oleh institusi masyarakat ini sudah mulai dirintis sejak tahun 80-an,
misalnya di Desa Kenteng, Ambarawa (Jateng) Desa Sidekerto, Godean dan Desa
Wiroyunan, Mergangsang di DIY, Kecamatan Cileduk, Cirebon (Jabar) dan Kecamatan
Jatitujug, Majalengka (Jabar). Kemudian tahun 1989 dilakukan uji coba KB mandiri di
pedesaan 18 propinsi.
Untuk memantapkan fungsi institusi masyarakat dan memudahkan pembinaan institusi
masyarakat maka diadakan klasifikasi institusi masyarakat, menjadi 4 yaitu awal, dasar,
pengembangan dan mandiri.
Institusi yang termasuk klasifikasi awal adalah institusi yang ada pengurus dan telah
melakukan kegiatan motivasi, pelayanan ulang dan rujukan, pertemua rutin dan
kegiatan pendataan PUS. Institusi yang termasuk klasifikasi pengembangan adalah
institusi klasifikasi dasar yang telah melakukan kegiatan program integrasi. Sedangkan
institusi yang termasuk klasifikasi mandiri adalah institusi masyarakat yang masuk
klasifikasi pengembangan yang telah melaksanakan juga kegiatan pendanaan kelompok
dan upaya kemandirian lainnya.

e. Pendidikan Keluarga Berencana.


Kegiatan pendidikan KB yang dalam Pelita I, II dan III lebih dikenal dengann sebutan
pendidikan kependudukan telah berhasil memberikan bekal pengetahuan dan sikap
positif tentang masalah-masalah kependudukan dan Kb kepada generasi muda melalui
jalur pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah (PLS). materi pendidikan
kependudukan/KB jalur sekolah diberikan kepada siswa SD, SLTP, SLTA dan
Perguruan Tinggi secara integrative. Sedangkan materi pendidikan kependudukan/KB
jalur luar sekolah diberikan kepada generasi muda secara monolitik.
Sampai dengan Pelita III, BKKBN bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan telah berhasil melatih 35.873 orang. Kategori tenaga yang dilatih tersebut
terdiri dari guru-guru SD, SLTP, SLTA, calon Sarjana IKIP dan tutor/
fasilitas/ pamong belajar untuk jalur pendidikan luar sekolah.
33
2.6 Dampak Program KB
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian ibu
dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan
keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;
Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi
manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar. Selain itu
program KB juga memberi pengaruh terhadap pengendalian pernduduk diantaranya yaitu
karena Program Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan
kependudukan yang merupakan bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional
dan bertujuan untuk turut serta mencipatakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan
produksi nasional.
Manfaat Keluarga Berencana bagi kepentingan nasional adalah meningkatkan derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan bangsa pada umumnya.
Meningkatkan taraf hidup rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehingga
pertambahan penduduk sebanding dengan peningkatan produksi.
Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Indonesia berpijak pada dua landasan :
Prinsip kepentingan nasional Prinsip sukarela, demokrasi dan menghormati hak asasi
manusia.
Karena berpihak pada prinsip sukarela maka usaha yang dilakukan merangsang minat
masyarakat terhadap pelaksana Keluarga Berencana. Adapun usaha-usaha yang dilakukan
antara lain melalui pendidikan, penyuluhan dan pendekatan medis. Kegiatan penerangan dan
penyuluhan ditujukan pada masyarakat umum agar setiap anggota masyarakat memiliki
pengertian dan rasa tanggung jawab akan terciptanya keluarga sejahtera dengan menerima
norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS).

34
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Program gerakan KB nasional di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bangsa di mana pada saat ini pemerintah sedang melakukan pembangunan di
segala bidang, termasuk untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan seperti
pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas
sumber daya manusia yang relatif rendah.
Adapun sasaran dari program KB yaitu antara lain:
1. Pasangan usia subur khususnya pasangan PUS dengan usia muda dan berparitas rendah.
2. Semua anggota masyarakat selain PUS seperti anak-anak pra sekolah dan dalam usia
sekolah, remaja, orang dewasa yang belum menikah dan generasi yang lebih tua.
3. Sasaran dapat juga meliputi organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan, instansi
pemerintah dan instansi swasta.Untuk menunjang keberhasilan program kb tersebut maka
pemerintah melaksanakan beberapa strategi diantaranya yaitu: pendekatan politis,
pendekatan integratif, pendekatan kemasyarakatan. Pendekatan wilayah paripurna dll.

3.2 Saran dan Kritik.


Sebagai mahasiswa keperawatan maka diharapkan teman-teman bisa belajar lebih giat
lagi agar nantinya bisa menjadi seorang perawat profesional yang memunyai kompetensi
dan skill yang baik selain itu perlu di ingat apabila nantinya telah menjadi seorang bidan
maka mari kita bersama-sama menyukseskan program keluarga berencana ini demi
mencapai suatu negara indonesia yang lebih sehat. aamiin

35
Daftar Pustaka

Informasi dasar gerakan KB nasional, BKBN: 1992

Rencana induk pembangunan keluarga sejahtera melalui gerakan KB nasional bidang KB,
BKKBN, 1995

Prawirodihardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo

http://askep-askeb.cz.cc/2009/09/pengaruh-program-kb-terhadap.html#ixzz0jAzJaJnn

http://askep-askeb.cz.cc/2009/09/pengaruh-program-kb-terhadap.html

http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/

36

Anda mungkin juga menyukai