2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka prevalensi stunting di Aceh menduduki peringkat ke tiga pada balita dan
peringkat ke dua pada anak baduta dengan prevalensi mencapai 37,3% dan 37,9%
(Balitbangkes 2019), mengacu pada batasan prevalensi stunting yang dianggap sebagai
masalah kesehatan masyarakat yang ditetapkan oleh WHO, yaitu prevalensi stunting
<20% “rendah”, prevalensi 20-29.9% “sedang”, 30-39.9% “tinggi” dan bila ≥40%
“Sangat Tinggi” (WHO, 2010) prevalensi stunting di Aceh termasuk daerah dengan
kategori tinggi masalah stunting (high prevalence).
Stunting disebabkan oleh multi-faktor, UNICEF (2008) dan Stewart, et all (2014)
kekurangan gizi baik makro dan mikro termasuk stunting dapat disebabkan oleh faktor
langsung (internmediate causes), yaitu; rendahnya asupan gizi dan penyakit infeksi,
kemudian secara tidak langsung (underlaying causes), yaitu; ketahanan pangan
keluarga, pola asuh dan praktik pemberian makanan yang kurang tepat dan lingkungan
yang tidak sehat serta rendahnya akses dan mutu pelayanan kesehatan, selanjutnya
faktor mendasar (basic causes), yaitu; akses keluarga terhadap pangan, tingkat
pendidikan, pendapatan dan teknologi, serta faktor yang terkait dengan budaya,
statbilitas ekonomi, situasi politik.
Tahun 2018 pemerintah telah menetapkan 1.000 desa fokus di 100 Kab/Kota
prioritas, kemudia pada tahun 2019 menjadi 1.600 desa fokus di 160 Kab/Kota
prioritas dan pada tahun 2020 200 Kab/Kota prioritas, serta pada tahun 2021-2024
semua desa di semua Kabupaten/Kota prioritas secara bertahap. Provinsi Aceh pada
tahun 2018 terdapat 3 kabupaten lokus stunting, kemudian menjadi 7 kabupaten pada
tahun 2019 dan pada tahun 2020 menjadi 13 kabupaten dengan 130 desa lokus
stunting (Bappenas RI, 2020).
Mengacu pada Peraturan Gubernur Aceh Nomor 14 Tahun 2019 tentang upaya
Pencegahan dan Penanganan Stunting terintegrasi di Aceh maka telah ditetapkan salah
satu program yang spesifik lokal Aceh dalam upaya pemberdayaan masyarakat di
tingkat desa/gampong salah satunya dilakukan melalui Rumoh Gizi Gampong (RGG).
Pemberdayaan masyarakat di tingkat Gampong/Desa dalam upaya pencegahan dan
penanganan stunting sangat diperlukan agar program yang dilakukan menyentuh
langsung pada sasaran langsung yaitu keluarga dan masyarakat. Rumoh Gizi Gampong
(RGG) merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan sebagai
model intervensi pencegahan dan penanganan stunting secara terintergrasi di level
desa/gampong dengan melibatkan peran dari berbagai lintas sektor. Adanya RGG dapat
menjadi wadah bagi lintas sektor untuk mengambil peran sesuai bidang-masing-masing
sehingga konvergensi dan koherensi program penanganan stunting dapat berjalan
sampai ke tingkat terbawah.
Pencegahan dan penanganan stunting merupakan tanggung jawab bersama.
Pemerintah, swasta, BUMN, corporate, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat harus
saling mendukung dan bekerjasama dalam penanganan stunting secara terintegrasi.
Macam-macam bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh pihak terkait misalnya
pihak perusahaan dapat menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kepentingan
pembangunan manusia dalam hal ini pencegahan dan penanganan stunting melalui
dana Corporate Social and Responsibility (CSR).
B. Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk :
1. melakukan pilot program impelementasi RGG Percontohan sebagai model
intervensi pencegahan stunting di level desa pada kabupaten Aceh Barat
2. melakukan sosialisasi RGG pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan gampong di Aceh
Barat
3. Melakukan advokasi pembentukan RGG di desa dalam wilayah Kabupaten Aceh
Barat
4. Melakukan pendampingan pembentukan RGG di desa dalamwilyaha Kabupaten
Aceh Barat
5. Melakukan pendampingan implementasi Rumoh Gizi Gampong (RGG) di
Kabupaten Aceh Barat
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan indikator capaian RGG di
Kabupaten Aceh Barat
C. Manfaat
Adapun kegiatan ini diharapkan dapat memberian manfaat berupa :
1. Membentuk RGG percontohan sebagai model implementasi RGG di desa
sehingga menjadi acuan dalam implementasi RGG sebagai intervensi
pencegahan stunting di level desa di Aceh.
2. Membantu pemerintah Aceh dalam implementasi upaya pencegahan dan
penanganan stunting terintegrasi di tingkat desa.
3. Membangun kesadaran dan keterlibatan masyarakat dan desa secara mandiri
dalam upaya pencegahan stunting melalui RGG
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prosedur Kegiatan
1. Kegiatan diawali dengan menetapkan gampong binaan berdasarkan
banyaknya balita stunting dan berisiko stunting, dengan mencari
informasi dari Dinkes Kabupaten/Kota
2. Mengadakan koordinasi dengan TP PKK Kabupaten/kota, Dinkes
Kabupaten/Kota, TP PKK Kecamatan, kepala Puskesmas, pimpinan
gampong dan TP PKK Gampong.
3. Melakukan pelatihan kepada pihak-pihak terkait pelaksanaan RGG: TP
PKK Kabupaten, kecamatan, Gampong, penanggung jawab gizi
puskesmas, Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, DPMG dan Kader
posyandu tentang RGG dan pelaksanaannya
4. Melakukan konseling tentang gizi balita satu kali setiap bulan dan
pemberian makan anak sekali sehari selama 90 hari di RGG.
5. Melakukan penimbangan BB anak dan pengukuran TB pada hari
pertama RGG, hari ke 31, 61 dan 91 sebagai evaluasi keberhasilan
program
6. Melakukan monitoring setiap minggu sekali selama pelaksanaan RGG
7. Melaporkan hasil kegiatan.
Secara skematis prosedur kegiatan implemenatsi RGG ini dapat dilihat sebagai
berikut:
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
Pelatihan fasilitator
RGG
Persiapan
pelaksanaan RGG
Pengukuran BB III
Pengukuran BB II
Pengukuran BB I
Evaluasi konseling II
Evaluasi konseling I
Konseling Gizi pada Konseling Gizi ke III
Konseling Gizi ke II
Ibu
Pemberian makan di
Pemberian makan di
Pemberian makan RGG selama 30 hari
RGG selama 30 hari
pada balita selama 30 tahap kETIGA
tahap kedua
hari di RGG
B. Pengukuran BB IV
Rencana kegiatan secara detail dapat dilihat pada diagram dibawah ini
KABUPATEN/
NO AGUSTUS SEP OKT KET
KOTA
1 Pelatihan 5-6 Agustus Dua hari
fasilitator RGG 2021
2 Konseling Gizi 9 Agustus 6 Sept 4 Okt Dilakukan
pada ibu balita 2021 setiap 1 siklus
pemberian
makan selesai
3 Pemberian 9- 4 Sep 6 Sep – 2 4-30 Okt Total 90 hari
Makanan Okt
KABUPATEN/
NO AGUSTUS SEP OKT KET
KOTA
4 Pengukuran BB 9 Agustus 6 Sept 4 Oktb Setiap selesai
2021 1 siklus
pemberian
makan
C. Sasaran kegiatan
Sasaran kegiatan ini dibagi 2, yaitu sasaran langsung kegiatan terdiri dari 1).
Aparatur desa (Kepala Desa, Sekretaris, Tuha Peut dan Tuha Lapan, 2). Ketua
dan Pengurus PKK Gampong, 3). Kader Posyandu, kader bina keluarga balita
(BKB), 4). Kader Pembangunan Manusia (KPM), 5). Ketua Pemuda dan pengurus
organisasi pemuda, 5). Bidan desa, 6) Tenaga pelaksana Gizi Puskesmas, 7).
Tokoh Agama, tokoh masyarakat, 8) dinas kesehatan kabupaten/kota, 9) dinas
pemberdayaan masyarakat gampong dan pihak-pihak yang berkaitan dalam
upaya pencegahan stunting di desa.
Sedang sasaran penerima manfaat, yaitu ibu balita dan balita dengan jumlah 20
orang., Secara spesifik sasaran kegiatan ini :
1. Capacity building : perangkat desa, TP PKK Kecamatan & Gampong, Kader
Posyandu, Kader pembangunan Manusia, ibu balita, dinkes, DPMK, tenaga
gizi puskesmas
2. Program : 20 orang ibu dan balita stunting dan atau berisiko stunting di
masing-masing gampong.
E. Pembiayaan
Semuan pendanaan dalam kegiatan ini bersumber dari dana Corporate Social
and Responsibility (CSR) dengan besaran dana terlampir.
F. Penutup
Rumoh Gizi Gampong merupakan salah satu intervensi stunting di Provinsi Aceh
yang tertuang dalam Pergub Aceh Nomor 14 tahun 2019. RGG merupakan wadah
untuk pemberian makanan pada anak-anak stunting dan berisiko stunting secara
tepat dan akurat. Diharapkan adanya kegiatan RGG ini dapat memberikan
konstribusi positif terhadap penurunan angka kejadian stunting di Aceh. terima
kasih kepada semua pihak yang membantu pelaksanaan kegiatan ini, semoga
kegiatan ini akan menjadi contoh bagi gampong-gampong lain dalam
penyelenggaraan RGG sebagai uapaya pencegahan dan penanganan stunting.
Ketua