Anda di halaman 1dari 6

KLB DBD

DI KABUPATEN JAYAPURA

Disusun Oleh :
MARZES M. RUMBEWAS, SKM

LAPORAN KLB
KEGIATAN PRAKTEK LAPANGAN
FETP INTERMEDIATE TAHUN 2022
LAPORAN INVESTIGASI KASUS DBD ( DEMAM BERDARAH )
DI KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2022

A. PENDAHULUAN
Penyakit DBD masih merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan di Indonesia. Hampir seluruh Kab / Kota di Indonesia endemis terhadap
penyakit DBD. Sejak ditemukan pada tahun 1968 di jakarta dan surabaya, saat ini
penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia.Penyakit ini
sering menimbulkan KLB dan menyebabkan Kematian.

DBD merupakan masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia dan sering


menyebabkan KLB di berbagai wilayah dengan jumlah kasus dan kematian yang cukup
tinggi. Dengan meningkatnya sarana transportasi dan urbanisasi saat ini kasus DBD
ditemukan diseluruh provinsi dan lebih 450 kabupaten/kota. Di Provins Papua kasus
DBD terlaporkan melalui data SDKR dan tersebar di 15 Kabupaten/Kota.

Kabupaten Jayapura merupakan kabupaten yang turut menyumbang angka


kesakitan DBD. Kasus DBD yang ditemukan di Kabupaten harus segera ditangani untuk
memutus rantai penularan penyakit. Berdasarkan laporan Puskesmas sentani ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura bahwa adanya peningkatan kasus DBD di
wilayah kerja puskesmas Sentani. Tujuan dari penyelidikan epidemiologi ini untuk
memastikan adanya KLB, mengetahui sumber penularan dan faktor risiko serta tindakan
pengendalian.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui besarnya masalah KLB DBD sehingga dapat
dilakukan tindakan penanggulangan yang tepat.

2. Tujuan Khusus
a. Memastikan terjadinya KLB]
b. Mengetahui cara penularan (mode of transmission) terhadap kasus DBD
c. Mengetahui faktor resiko terjadinya DBD
d. Memutus mata rantai penularan / tindakan pengendalian
C. TINJAUAN PUSTAKA

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang
terjadi di daerah tropis dan subtropis di dunia. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit yang ditandai panas tinggi mendadak berlangsung selama 2-7 hari tanpa sebab yang
jelas , kadang-kadang bifasik , disertai timbulnya gejala tidak ada nafsu makan, mual, munta,
sakit kepala, nyeri ulu hati dan tanda-tanda perdarahan berupa bintik merah di kulit (petekia),
mimisan, perdarahan pada mukosa, perdarahan gusi atau hematoma pada daerah suntikan ,
melena dan hati membengka.
Tanda perdarahan yang tidak nampak dapat diperiksa dengan melakukan test torniquet
( Rumple Leede). Bintik merah dikulit sebagai manifestasi pecahnya kapiler darah disertai tanda-
tanda kebocoran plasma yang dapat dilihat dari pemeriksaan laboratorium adanya peningkatan
kadar hematokrit (hemokonsentrasi) dan atau hipoproteinemia (hipoalnuminemia) dan
pemeriksaan radiologis adanya efusi pleura atau ascites.
Pada panas hari ke 3-5 merupakan fase kritis dimana saat penurunan sushu dapat terjadi
sindrom syok Dengue.Panas tinggi mendadak, pendarahan dengan trombositopenia ( trombosit <
100.000/ mm3) dan hemokonsentrasi atau kenaikan hematokrit > 20% cukup untuk menegakkan
diagnosis klinis demam berdarah Dengue.
Metode pemeriksaan DBD menggunakan NS1 adalah pemeriksaan untuk mendeteksi
protein non struktural NS1 yang berperan dalam memperbanyak jumlah virus dalam penderita.
Apabila seseorang baru pertamali terinfeksi virus Dengue, pemeriksaan NS1 positif didalam
darah selama 1-9 hari dari penyakit, sedangkan seorang yang kedua kalinya atau lebih terinfeksi
Dengue pemeriksaan NS1 positif selama 1-4 hari saja. Sampel yang dibutuhkan pada
pemeriksaan NS1 adalah serum manusia yaitu bagian cair dari darah manusia yang terbebas dari
sel.
Pemeriksaan yang kedua adalah pemeriksaan IgA yang bias di temukan dalam serum
manusia atau yang lebih baru lagi menggunakan air liur manusia. IgA adalah antibody yang
dibentuk oleh tubuh kita untuk merespon infeksi dari virus Dengue, dibandingkan dengan IgM ,
IgA anti Dengue lebih unggul dalam mendeteksi virus Dengue.
Sindrom Renjatan Dengue (SRD) adalah kasus DBD yang masuk dalam derajad 3 dan 4
dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan
denyut nadi yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi ( ≤20 mmHg) atau hipotensi yang
ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai pasien menjadi syok
/ renjatan berat (tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah).
Expanded Dengue Syndrom (EDS) adalah demam dengue yang disertai manifestasi klinis
yang tidak biasa (unusual manifestation) yang ditandai dengan kegagalan organ berat seperti hati,
ginjal, otak dan jantung.

a. Etiologi
Virus dengue termasuk dalam family flaviviridae.Terdapat 4 tipe virus dengue penyebab
DBD yaitu Den-1, DEN-2, Den-3 dan Den-4. Di Indonesia yang terbanyak adalah tipe virus
Den-3.

b. Masa Inkubasi
Terdapat masa inkubasi ekstrinsik dan masa inkubasi intrinsik. Masa inkubasi ekstrinsik
merupakan periode waktu perkembangbiakan virus dalam kelenjar liur nyamuk sampai dapat
menularkan pada manusia yang berkisar 8-10 hari.
Masa inkubasi instrinsik merupakan periode waktu perkembangbiakan virus di dalam
tubuh manusia sejak masuk sampai timbulnya gejala penyakit yang berkisar 4-6 hari.

c. Sumber dan Cara Penularan


Sumber penularan penyakit adalah manusia dan nyamuk Aedes. Manusia tertular melalui
gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus dengue, sebaliknya nyamuk terinfeksi
ketika menggigit manusia dalam stadium viremia.
Viremia terjadi pada satu atau dua hari sebelum awal munculnya gejala dan selama
kurang lebih lima hari pertama sejak timbulnya gejala. Terdapat 2 jenis vector, yaitu
Ae.aegypty dan Ae.albopictus, Ae.aegypty merupakan vector utama.

d. Pengobatan / Tata Laksana


Tatalaksana infeksi virus dengue dengan dibedakan menurut derajat berat ringannya
penyakit Pengobatan demam dengue adalah simtomatif dan suportif yaitu istirahatselama
demam. Pengobatan ditujukan untuk mencegah penderita masuk ke fase syok . Pertolongan
pertama yang dapat dilakukan adalah memberi minum sebanyak penderita mampu, memberi
obat penurun panas golongan parasetamol, kompres dengan air hangat. Apabila penderita
tidak dapat minum atau muntah-muntah pasang infus cairan Ringer Laktat atau NaCL dan
segera rujuk ke Rumah Sakit.
Pengobatan demam berdarah dengue derajat I dan II bersifat suportif dengan pemberian
cairan (Ringer Lactat/Asetat atau NaCL) dosis rumatan (maintenance) dan simptomatis
dengan analgetik antiperitik (parasetamol) disertai monitoring yang ketat tanda-tanda vital
dan kemungkinan terjadinya kebocoran plasma (hemokonsentrasi). Penderita dirawat dim
rumah sakit bila terdapat kenaikan kadar hematokrit < 20 %, disertai jumlah trobosit kurang
dari 100.000/mm3, menunjukkan tanda-tanda perdarahan spontan selain petekia.

D. METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan


case study. Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder tentang demam
berdarah di Puskesmas Sentani 2022.

E. RESULT HASIL

A. Kasus DBD di Kab. Jayapura

Tabel 1. Distribusi kasus DBD di Kabupaten Jayapura

KASUS DBD DIKABUPATEN JAYAPURA


TAHUN 2022
5
4
4
3
2
1 1 1
1
0
Sentani sentami Timur Namblo Unurumguay
F. Kronologi Kasus DBD

1. Di awali dengan kunjungan ke Puskesmas Sentani Kota, Dosay, Genyem,


Nimbokrang dan Puskesmas Yapsi untuk memantau/melihat serta menganalisa
sistim pencatatan dan pelaporan data/kasus
2. Setelah melihat pencatatan dan pelaporan data/kasus, lalu melihat hasil
konfirmasi laboratorium untuk memastikan adanya kasus DBD
3. Petugas Puskesmas akan megkonfirmasi kebenaran warga di tempat wilayah
kerja kemudian akan mengatur waktu untuk dilakukan penyelidikan epidemiolgi.
4. Setelah diketahui pasti lokasi, wilayah dan domisili maka tim akan turun untuk
melakukan penyelidikan epidemiolgi.

5. Melakukan PE dan melakukan pemerikasaan jentik – jentik nyamuk yang ada di


lingkungan yang di duga menjadi tempat sarang nyamuk.

6. Membuat jadwal dan menginformasikan ke warga atau apparat kampung untuk


untuk kegiatan fogging dilingkungan rumah.
F. KESIMPULAN

1. Adanya KLB DBD di Puskesmas


2. Adanya factor resiko penularan DBD seperti genangan air, ditemukan adanya jentik
dan angka bebas jentik

G. RECOMMENDATION

1. Kegiatan abatisasi massal sebaiknya disertai dengan kegiatan Pemberansan Sarang


Nyamuk (PSN) yang kegiatannya juga membersihkan tempat-tempat tersembunyi
yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk berkembangbiak bagi nyamuk Aedes sp.
seperti membersihkan kulkas, dispenser, pot bunga dan tempat-tempat tersembunyi
lainnya.
2. Rumah penderita serta rumah di sekitar penderita perlu mendapat perhatian yang
lebih intensif untuk menghilangkan jentik Aedes sp. di rumah penderita agar tidak
terjadi penularan lebih lanjut
3. Pengendalian vektor dapat dilakukan secara fisik kimia dan biologi serta terpadu.
Pengendalian fisik merupakan pengendalian utama pengendalian vektor DBD
melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan cara menutup,
mengurasdan mengubur/ mendaur ulang (3M).
4. Advokasi ke pimpinan dan lintas sektor terkait dukungan anggaran untuk menangani
DBD.
5. Koordinasi dengan Dinas Provinsi untuk ketersediaan obat larvasidasi.

Anda mungkin juga menyukai