Anda di halaman 1dari 3

Anasya Imtina Meirania

2016730114

1. Bagaimana penyelidikan kasus DBD berdasarkan scenario?

Jawaban:
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang
jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan
pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien
gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%)
dan trobositopeni (trombosit < 100.000/mm3).

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah.
Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus
cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar
biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di
semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan laporan oleh petugas surveilans Puskesmas Bintang yang terletak di


Kabupaten Cakrawala, bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD
sebanyak 1 orang dari 13 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi
oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Cakrawala serta tim dari petugas
Puskesmas Bintang dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang
berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut.

Tujuan Penyelidikan
Tujuan umum: melakukan tindakan penganggulangan dan pengendalian KLB DBD di
Desa Mawar dan Desa Melati.

Tujuan Khusus:
1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran
2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinhya penyebarluasan penyakit DBD
di lokasi
3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan
4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

Hasil Penyelidikan
 Analisis Situasi
Wilayah kerja Puskesmas Bintang meliputi 1 kecamatan dengan 8 desa yang
berpenduduk 1530 jiwa. Lokasi kejadian KLB berada di 2 desa wilayah kerja
Puskesmas Bintang yaitu Desa Mawar dan Desa Melati, Kab. Cakrawala. Kasus
DBD mulai terjadi sejak 1 minggu lalu.

 Pemastian Diagnosis
Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada
penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang
penderita yang sedang dirawat. Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan
Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas
Bintang.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 13 kasus DBD, dengan
gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini:

No. Gejala Klinis Jumlah


1. Demam 13
2. Torniket 13
3. Perdarahan 5
4. Syok 5

 Identifikasi dan sumber penyebab


Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Mawar dan Desa
Melati yaitu terdapat tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung
kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan
media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan
setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata paling
banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah
hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular
kepada penduduk yang berada didesa tersebut.

 Identifikasi cara penularan


Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di
wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus
DBD mempunyai riwayat bepergian ke daerah endemis DBD dimana penderita
tersebut bersekolah di kota yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.

Masalah Yang di Hadapi


Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:
 Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban-
ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.
 Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal
 Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat
masih rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat
tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes.
 Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat
mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai