Anda di halaman 1dari 59

Sistem Geriatri

Modul 2
INKONTINENSIA URIN

Tutor : Dr.dr. Busjra M Nur, M.Sc


Nama anggota Kelompok
• Afina insani pracoyo
• Else bella
• Fadhil mayudya
• Dahru almas k.
• Khorunisa
• Ikhlima pramista J.
• Muhammad tegar bimawan
• Muhammad rizky s.
• Zahara amalia
Skenario
Seorang laki-laki usia 74 tahun diantar ke poliklinik karena susah
BAK, sakit perut, mules dan kembung. BAK sering tapi tidak
lampias. BAB normal tapi jarang dan terasa keras. Pasien
mengeluh sesak napas dan memberat saat beraktifitas, kadang
disertai bunyi. Kedua kaki sering bengkak. Pasien sering
mengeluhkan batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak,
dahak kental dan kadang sering bertambah banyak. Pasien pernah
jatuh sehingga tulang patah retak, sekarang jalan pincang. Pasien
perokok sejak SMA sehari 1-2 bungkus, riwayat hipertensi sejak
usia 50 tahun, riwayat kencing manis sejak usia 35 tahun dan 3
tahun lalu mengalami stroke. Obat yang dikonsumsi selama ini
kaptopril, omeprazole, glibenklamid, ambroxol, aspilet, dan
tiotropium bromide.
Kata/Kalimat Kunci
 Laki-laki 74 Tahun
 Susah BAK
 Sakit Perut, Mulas, Kembung
 BAK Sering Tidak Lampias
 BAB Normal(Jarang,Keras)
 Sesak Napas
 Batuk Berdahak (kental,banyak) Riwayat Pengobatan:
 Kedua Kaki sering bengak Captopril
 Pernah jatuh (tulang paha retak) pincang Omeprazol
Glibenklamid
 Rokok 1-2 bungkus/hari sejak SMA Ambroxol
 Riwayat hipertensi(50 Thn), Dm(35 Thn) Stroke Aspiled
(3 Thn yang lalu) Tiotropium Bromide
Mind Map
ANATOMI FISIOLOGI

PENYAKIT TEORI PROSES


GERIATRI
TERKAIT PENUAAN

INKONTINESIA
SKENARIO
URIN BIOLOGIS PSIKOLOGI SOSIAL

ALUR
DEFINISI ETIOLOGI PATOFIS DIAGNOSIS

DD
Pertanyaan

 Jelaskan definisi geriatri dan teori proses penuaan


 Jelaskan definisi etiologi, klasifikasi, tatalaksana, inkontinesia urin
 Jelaskan fisiologi dan anatomi geriatri
 Jelaskan farmakokinetik, farmakodinamik pada obat-obatan terkait
skenario
 Jelaskan penyakit-penyakit terkait geriatri
 Jelaskan alur diagnosis terkait
 Jelaskan penatalaksanaan assesment pada skenario
 Jelaskan DD
Definisi Definisi
geriatri Menua
Suatu proses menghilangnya
Pengertian Geriatri Ilmu
secara perlahan-lahan
Kesehatan Usia Lanjut.Geriatri
kemampuan jaringan untuk
(Ilmu Kesehatan Usia lanjut)
memperbaiki diri dan
~ Geriatri adalah cabang ilmu
mempertahankan struktur dan
kedokteran yang mempelajari
fungsi normalnya sehingga tidak
masalah kesehatan pada lanjut
dapat bertahan terhadap jejas
usia yang menyangkut aspek
(termasuk infeksi) dan
Promotof, Preventif, Kuratif dan
memperbaiki kerusakan yang
Rehabilitatif serta Psikososial yang
diderita.
menyertai kehidupan lanjut usia.
(Constantinides, 1994)

Martono, Hadi. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
Teori Proses • Teori “Genetic Clock”
Menua • Mutasi Somatik (Teori Error
Teori Catastrophe)
Biologik • Rusaknya Sistem Imun Tubuh
• Teori Menua Akibat Metabolisme
• Kerusakan Akibat Radikal Bebas

Teori • Teori kognitif


Psikologik • Teori kepribadian

• Teori pemisahan
Teori Sosial • Teori aktivitas
• Teori kontinuitas
Martono, Hadi. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)
Perubahan anatomic/fisiologik
akibat proses menua dan akibat
patologiknya
System/Organ Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis

Mata Lemak periorbital menghilang Mata tampak cekung, kelopak Entropion, ektropion trikiasis,
mata melangkung, ptosis senilis ca-sel basal, dakriosistitis,
Stenosis kel.lakrimalis abses lakrimalis
Epifora
Deposit lipid di kornea konjungtivitis Lakrimalis , sklerokeratitis
sika ruang depan mendangkal Arkus senilis nekrotikans, ulkus kornea
Hilangnya elatisitisitas dan sclerosis Air mata menurun degenerasi makuler (
nucleus di lensa Korne keruh penurunan visi-lambat)
retina lepas
Sudut filtrasi mengurang tekanan penyakit vaskuler oklusif :
intra okuler meningkat - a/v pusat retina
- a serebral posterior

TELINGA Degerasi organ korti (hilangnya sel Presbikusis => gangguan: Efek psikologik ketulian
rambut) hilangnya neuron di kokhleal sensitivitas nada (frekuensi tinggi) (isolasi, curiga, depresi)
(sel ganglion dan korteks temporal). persepsi (terutama bila ada latar
Vibrasi membrane basiler terpengaruh belakang bising)
oleh gangguan elastisitas lokalisasi suara Tuli konduktif
Akumulasi serumen berlebihan diskriminasi suara dikorteks
Atrofi striae vaskularis (prouksi gangguan refleks control postural.
Ketidakpastian dan
enolimfe terganggu)
ketidakpercayaan bergerak dalam
Degenerasi sel rambut di kanal semi Sindroma Miniere’s
gelap
System/Organ Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis
Hidung tenggorok Perubahan atrofik dimukosa degenerasi Gangguan rasa mengecap dan Resiko keracunan gas/makanan
lidah neuronal. (penthol pengecap <64% paa membau meningkat anoreksia
usia 75 tahun)
Atrofi dan hilangnya elstisitas otot dan Hilangnya tanggapan terhadap refleks Tersedak, malnutrisi, avitamiosis va
tulang laring batuk dan menelan. Lipatan suara varikosis sublingual dan hemorhagi
menghilang, suara menghilang, suara caa-larings {pria) dan post-cricod
gemetar, nada tinggi, kekuatan dan (wanita)
jangkauan turun

Gastrointestinal gigi Karies dentin dan resesi gingiva Kesulitan adaptasi gisi palsu dan Sisa karies tertinggal sepsis dental
dan Rahang Parubahan atrofik rahang “kesessuaian” gigil untuk mengigil fisura angularis angualaris, ulkus oral,
risisko parotitis. Artritis temporo man
Atrofi mukosa,kelenjar dan otot Gastritis atrofiksisa ibularis
instestinal
perubahan nafsu makan Ulkus peptikum meningkat
Aliran darah dan aktivitass enzim diusus Perubahan asimtomatik sekresi. Anoreksia,aklorhida (meningkat setelah
dan dihati menurun 60th)
Produksi asam basa menurun Disfagia pseudobulber, refluks
Stimulasi histamine menurun esofaditis, karsinoma
Produksi faktor instrinsik menurun
Sindroma malabsorbsi meninggkat Sinddroma malabsorbsi meningkat
Impaksi fekal
Frekuensi anemia pernisiosa dan
anemia gisi meningkat
Intoksikasi obat dan makanan
System/Organ Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis

Kardiovaskuler Arteri (termasuk aorta) memanjang dan “venous return” dileher kiri serig IHD/IHSS/dekompresi
berkelok. terblok (Periksa JVP dileher kordis/MVP/aritmia kordis meningkat
Penebalan intima arteri meningkat, tunika kanan) HT sistolik/distolik meningkat
media kaku dan fibrotic

Degenerasi katup jantung, Fungsi baroresptor menurun Penyakit jatung (A,M) meningkat
kalsifikasi/sclerosis yang kadang sampai kaku timbulkan bising :
septum interventrikularis Sistolik A, regurgitasi di M tak
harus signifikan
System respirasi Elastisitas alveoli/aktivitas silia/aya recoil Kapasitas vital menurun (volume Kepekaan terhadap pneumonia
elastin menurun total tetap) meningkat COPD dan bronbronchitisnis
Difusi oksigen terganggu, meningkat, infeksi akut meningkat
efisiensi respirasi menurun.
System endokrin Perubahan T4 menjadi T3 menurun, BMR Penurunan aktivitas tiroid Miksedema 3-4 xtirotoksikosis,
dan iodin radio aktiv menurun fungsional. hipotermia, paranoi oleh karena
hipotiroid
System lokomotorik Terjadi atrofi pada serabut otot, baik Massa otot menghilang, Pengecilan otot terutama ekstremitas
OTOT dalam jumlah atau ukuranya disebabkan hilangnya berkas otot. distal.
oleh gangguan metabolic dan denervasi Hernia :ekstra dan intra Kelemahan patologik
fungsional abdominal metabolisme : defisiensi Ca, K dan Vit.D
Kelemahan otot, kaku sendi Enokrin : tirotoksikosis, sindroma
cushing, miopati kortison
Penyakit kardiorespirasi, anemia/anoksia
Karsinomatosis
Syste Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis
m/Org
an
TULA Osteoporosis : Penipisan trabekulae dan Asimtomatik atau nyeri Osteoporosis meningkat, nyeri
NG melebarnya rongga tulang (cancelous) punggung ringan, kifosis, punggung berat, kofosis dan fraktur
bungkuk dan tinggi badan Osteomalasia : kurangnya penulangan
menurun pada matriks tulang normal. Nyeri
tulang, miopati, fraktur penyakit paget
(osteitis deformans)

System Penebalan meningeal atrofi serebral (berat Tanggapan intelektual agilitas Penurunan cadangan intelektual =>
saraf otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun) mental, daya pemikiran abstrak presdiposisi keadaan konfusio akut
Saraf menghilang, gangguan persepsi, emensia (suatu defisit dalam memori
pusat analisis dan intergrasi input dan intelek serupa dengan yang terjadi
sensorik menurun penuaan normal.
System/ Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis
Organ

Saraf Pembentukkan atheroma meningkat dengan Presdiposis terjadinya hipotensi Hipotensi postural simtomatik,
otonom makin lanjutnya usia, pathogenesis postural (asimtomatik) otoregulasi di sirkulasi serebral rusak,
multifactorial. Tanggapan terhadap maneuver mudah terjadi jatuh.
Transmisi syaraf tergantung pada asetilkolin, valsava berubah, sesnsitivitas
ketekolamin, dopamine dan noradrenaline barorefleks menghilang

System Penebalan membrane basalis kapsula Efisiensi ginjal dalam Batu ginjal, infeksi ginjal
urogenit bowman dan terganggunya permeabilitas. pembuangan sisa metabolisme (pielonefritis, sistitis), penyakit
al Perubahan degenerative tubuli. Penurunan terganggu dengan menurunnya prostat, gangguan ginekologik retensio
jumlah dan atrofi nefron massa dan fungsi ginjal urin, inkontenensia urin

System Pertumbuhan RBC/WBC tak berubah. Absorbs besi/folat/B12 menurun Frekuensi anemia meningkat
hematol Susum tulang mengandung lebih seikit sel
ogi hemopoitik + tanggapan terhadap stimulasi
menurun
System/Organ Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis

Kulit dan integument Atrofi : Rambut menipis, beruban, Abrasi dan infeksi, pruritus,
Epidermis kuku menipis, mudah patah, intertrigo, ulkus onikogrifosis dan
Kelenjar keringat pertumbuhan lambat, gangguan kuku lain, paronika
Folikel rambut elastisitas kulit menurun
Degenerasi kolagen
Perubahan pigmenter
Rematologi Degenerasi tulang rawan, ligament Penurunan fungsi sendi, Oenyakit artritis menyebabkan
dan jaringan peri artikuler hilangnya elastisistas dan kekakuan seni (ankilosis) dan
Synovia menebal dan terdapat mobilitas seni kekakuan kontraktur.
hipertrifi vili. sendi dan cederung menjadi Osteosrtritis : begitu seringnya
nyeri/sakit. terjadi sehingga dianggap fisiologik
Artritis rematoid : suatu kelainan
konstitusional. Sering pada dewasa
muda >60tahun. Pria<wanita
System/Organ Perubahan Morfologik Perubahan Fungsional Keadaan patologis

System imunologik Timus menghilang, limfosit B/T Penurunan fungsi imun Penyakit autoimun dan kanker
tetap tapi kualitas berubah “innate” meningkat
Aktivitas sel T menurun
fungsi makrofag menurun

Badan menyeluruh Penurunan tinggi badan (postuer Nyeri punggung ringan Nyeri punggung berat
bungkuk karena kifosis) Niai kreatinin cenderung Mudah dehodrasi.
BB menurun normal walauun GFR
Peningkatan ratio lemak/BB bersih menurun, kesulitan menilai
Penurunan air tubuh total turgor
Inkontinensia Urin
Definisi

• Pengeluaran urin tanpa disadari dan tidak dapat dikendalikan atau


dikontrol dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga
mengakibatkan masalah gangguan kesehatan

Etiologi

• Kelainan urologik
• Kelainan neurologik
• Hambatan mobilitas

Faktor Risiko

• Kehamilan dan persalinan


• Indeks massa tubuh yang tinggi
• Menoupause
Tatalaksana Inkontinensia Urin

A. Non-Farmakologi
1. Edukasi
2. Manipulasi lingkungan
3. Pakaian
4. Intervensi tingkah laku ; latihan otot dasar panggul, latihan
kandung kemih, penjadwalan berkemih, latihan kebiasaan
5. Intervensi tingkah laku memiliki faktor resiko yang rendah dengan
sedikit efek samping, namun memerlukan motivasi dan kerjasama
yang baik dari pasien
Pembedah
an Kateterisasi
1. Harus didahului evaluasi urodinamik. 1. Kateter eksternal (kateter kondom) hanya
dipakai pada inkontinensia tanpa retensi
2. Indikasi : Pada perempuan dengan urin yang secara fisik
prolaps pelvik yang signifikan dan 2. Kateterisasi intermitten dipakai untuk
inkontinensia urin tipe stress yang mengatasi retensi urin dan inkontinensia urin
tidak membaik dengan tipe overflow akibat kandung kemih yang
penanganan konservatif. Pada laki- akontraktik atau dentussor hyperactivity with
laki dengan tanda obstruksi saluran impaired contractility (DHIC).
3. Kateterisasi menetap harus dilakukan secara
kemih akibat hipertrofi prostat
selektif karena resiko bakterinuria kronik,
3. Untuk inkontinensia urin tipe stress batu kandung kemih, abses periuretral, dan
adalah injectable intraurethral ca kandung kemih. Induksi pemakaian
bulking agents, suspensi leher adalah retensi urin akibat inkontinensia
overflow persisten, tak layak operasi, tidak
kandung kemih, urethral slings dan efektif dengan pemasangan kateterisasi
artificial urinarysphincters. intermitten, ada dalam perawatan
4. Untuk inkontinensia urin tipe urgensi dekubitus dan perawatan terminal dengan
demensia berat.
adalah augmentation cystoplasty
dan stimulasi elektrik.
FARMAKODINAMIK OBAT PADA SKENARIO
OMEPRAZOLE

Omeprazole merupakan antisekresi, turunan benzimidazole yang tersubstitusi.


FARMAKOKINETIK OMEPRAZOLE

 Omeprasol dimetabolisme secara sempurna terutama dihati, sekitar


80% metabolit diekskresikan melalui urin dan sisanya melalui feses.
 Dalam bentuk garam natrium omeprazole diabsorpsi dengan cepat.
Sembilan puluh lima persen natrium omeprazole terikat pada protein
plasma.
MEKANISME KERJA GLIBENCLAMIDE
Mekanisme kerja glibenklamid yaitu dengan merangsang sekresi hormon
insulindari granul sel β langerhans pankreas.
Interaksi glibenklamid dengan ATP - sensitive K channel pada membrane sel
β menimbulkan depolarisasi membran

Glibenclamide akan berikatan dengan kanal potassium sensitif ATP pada


permukaan sel-sel pankreas, mengurangi konduktansi kalium

selanjutnya akan membuka kanal kalsium

dengan terbukanya kanal kalsium maka ion kalsiumakan masuk ke dalam sel β
kemudian merangsang granul untuk mensekresikan insulin di dalamnya
FARMAKOKINETIK GLIBENCLAMIDE

 Absorbsi glibenklamid melalui saluran cerna cukup efektif. Untuk mencapaikadar


optimal di plasma glibenklamid akan lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum
makan. sekitar 90-99% glibenklamid terikat pada protein plasma terutama albumin
.glibenklamid diekskresikan melalui feses atau diekskresikan sebagai metabolit
melalui urin.
MEKANISME KERJA AMBROXOL

 Ambroxol merupakan obat yang berkhasiat sebagai mukolitik dan


ekspektoran.Obat ini merupakan metabolit aktif dari Bromhexin
sehingga memiliki cara kerja yangsama. Mekanisme kerjanya
dengan menghancurkan atau memecah asammucopolysaccharide
sehingga mengencerkan dan menipiskan lapisan mukus
sehinggalebih mudah dikeluarkan melalui batuk.
MEKANISME KERJA ASPILET
MEKANISME TIOTROPIUM BROMIDE
Penyakit terkait geriatri
 DEMENSIA

 Sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat


kronis dan progresif disertai dengan gangguan fungsi luhur multipel seperti
kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran
pada demensia tidak terganggu.
 DEPRESI
 gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas
 PARKINSON
 suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu istirahat,kekakuan,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin
dengan berbagai macam sebab. Sindrom ini sering di sebut sebagai sindrom
pakrinson.
 HIPERTENSI
 suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah arteri diatas
140/90 mmHg
 OSTEOARTRITIS
 Osteoartritis (OA) adalah merupakan penyakit sendi degeneratif yang
mempengaruhi tulang rawan persendian. OA terjadi akibat rusaknya kartilago
yang melindungi dan memberi bantalan bagi sendi. Hal ini menyebabkan
tulang cenderung bersentuhan satu sama lain sehingga bergesekan saat
bergerak yang menyebabkan timbulnya rasa sakit dan kaku
DD (INI BUKAN DD GATAU APA)
PPOK CHF
Definisi Keterbatasan aliran udara nafas akibat Gagal Jantung Kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan
obstruksi saluran nadas kecil dan (kegagalan) jantung dalam memompa darah secara optimal.
biasanya berlangsung progresif dan Hal ini terjadi akibat ruang-ruang pompa utama jantung
berhubungan dengan respon inflamasi (ventrikel) menjadi lebih besar atau lebih tebal, dan otot-otot
abnormal paru terhadap paparan jantung tidak dapat berkontraksi (mengempis) ataupun
partikel toksik(GOLD,2006) berdilatasi (melebar) sebagaimana mestinya.

Faktor - Paparan partikel/gas toksis - Hipertensi


resiko - Pertumbuhan dan perkembangan - Merokok
paru - Dislipidemia
- Stres - Stress
- Umur - Kegiatan fisik
- Infeksi paru berulang - Lingungan
- Kondisi social ekonomik
- Nutrisi

Patogenesi Paparan bahan berupa partikel atau gas Disfungsi diastolik yang relatif tidak umum pada dewasa muda,
s toksis pada seseorang yang berlangsung terdapat sebesar 50% dari kasus gagal jantung pada orang tua
kronis menimbulkan respon inflamasi dan umum terjadi pada wanita. Pada disfungsi diastolik,
pada paru, saluran nafas, dan vascular. relaksasi miokard yang berkepanjangan dan peningkatan
Respon inflamasi yang timbul bersifat kekakuan (yang menurunkan tingkat pengisian dan volume)
progresif terutama sepanjang paparan meningkatkan tekanan diastolik ventrikel kiri dan mengurangi
bahan toksis berlangsung. stroke volume saat istirahat dan selama bekerja. Akibatnya,
terjadi gagal jantung, bahkan ketika fungsi sistolik (yang
ditunjukkan oleh fraksi ejeksi) normal atau mendekati normal.
Diagnosis Gagal Jantung
Diagnosis PPOK
PPOK CHF
Manifestasi klinis Tergantung derajat dan kondisi - Dipsneu on effort
penyakit. - Ortopneu
- Dipsneu on effort/dispneu - Paroxymal nocturnal dipsnue
- Kehilangan tenaga - Udem
- Batuk kronik produktif - BB meningkat
- Nafsu makan berkurang - Keluhan gastrointestinal
- Pursed-lip breathing
- Hipertrofi otot bantu nafas
Tata laksana GOLD 2006 - Digitalis
- Penilaian dan evaluasi penyakit - ACE-inhibitor
- Pengurangan factor resiko - Beta blocker dan diuretic
- Penanganan PPOK stabil - Vasodilator
- Penanganan PPOK eksaserbasi
akut
Tata laksana
BPH (Benign Prostat
Hyperplasia)
Definisi
Istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel
stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat.
Prevalensi

BPH adalah masalah umum


yang mempengaruhi kualitas
hidup pada kira-kira sepertiga
pria berusia di atas 50 tahun.
BPH secara histologis terlihat
pada 90% pria pada usia 85
tahun. Sebanyak 14 juta pria di
Amerika Serikat memiliki gejala
BPH. [3] Di seluruh dunia, sekitar
30 juta pria memiliki gejala
yang berhubungan dengan
BPH.
ETIOLOGI

 Banyak hypothesa - yang menonjol theory hormonal


 Dimana free testosteron diubah oleh 5 alpha reductase menjadi DHT atau Di
Hydro Testosteron-DHT receptor complex yang mempengaruhi DNA yang
menimbulkan hyperplasi sel prostat.
PATHOFISIOLOGI
 Adanya massa prostat yang menyumbat urethra posterior -
tekanan dalam buli tinggi
 terjadi: cellulae-sacculae-diverticle
 tekanan balik- gagal ginjal
 stasis lama -timbul batu buli
 dan infeksi berulang.
MANIFESTASI KLINIS

 Obstructif:
kaliber dan  Iritatif:
pancaran frequency
menurun urgency
hesitency dysuria
incontinence nocturia
adanya
residu urine
retensio urine
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium USG
1. Urinalysis (ultrasonography)
2. Urine culture Berguna untuk
3. Prostate-specific- menentukan vesika
anntigen (PSA) urinaria dan prostat.
4. Electrolytes
Gradation of symptom assessment

IPSS Madsen Iversen


(0 - 35) (0 - 27)
Mild 0- 7 0- 9
Moderate 8 - 19 10 - 20
Severe 20 - 35 21 - 27
TERAPI

Terapi medik didasarkan teori pathofisiologi dari PPJ/BPH adalah


adanya faktor
 Dynamik [otot polos prostat]
 Alpha blocker:
 Terzosin/Hytrin

 Doxazosin/Cardura-

 Tamsulosin/Harnal,

 Alfuzosin/Xatral.
 Statik [ massa prostat ]
 5-alfa reductase inhibitor: Proscar
 Antagonis growth factor:
 pygeum africanum-Tadenan

 Indikasi absolut terapi bedah:


 Retensio urine berulang
 Gross hematuri berulang
 Gagal ginjal
 Batu buli
 Infeksi saluran kemih berulang
 Divertikel besar buli-buli.
Urolithiasis
Definisi
Urolithiasis adalah suatu keadaan dimana dalam saluran
kemih individu terbentuk batu berupa kristal yang
mengendap.
Istilah penyakit batu berdasarkan letak batu:
1. Nefrolithiasis (batu ginjal)
2. Ureterolithiasi (batu pada ureter)
3. Vesikolithiasis (batu pada vesika urinaria/batu buli)
4. Ureterolithiasis (batu pada ureter)
Epidemiologi
Di negara yang sedang berkembang, insidensi batu
saluran kemih relatif rendah. Di negara yang telah
berkembang,
terdapat banyak batu saluran kemih,terutama di
kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu,
penyakit batu saluran kemih sangat jarang,misalnya
suku bangsa Bantu di Afrika Selatan.

Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita =


3:1. Puncak kejadian di usia 30-60 tahun atau 20-49
tahun.
INSIDENSI UROLITHIASIS
PEMBENTUK BATU India USA Japan UK

Calcium Oxalate Murni 86.1 33 17.4 39.4

Calcium Oxalate bercampur 4.9 34 50.8 20.2


Phosphate
Magnesium Ammonium 2.7 15 17.4 15.4
Phosphate (Struvite )

Asam Urat 1.2 8.0 4.4 8.0

Cystine 0.4 3.0 1.0 2.8


Etiologi
Faktor ekstrinsik :
Faktor intrinsik : 1. Geografi
1. Herediter (keturunan) 2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air
2. Umur
Kurangnya asupan air dan
Penyakit ini paling tingginya kadar mineral kalsium
sering didapatkan pada air yang dikonsumsi,
dapat meningkatkan insiden
pada usia 30-50 tahun.
batu saluran kemih.
3. Jenis kelamin 4. Diet
Jumlah pasien laki-laki 5.Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai
tiga kali lebih banyak
pada orang yang
dibandingkan dengan pekerjaannya banyak duduk
pasien perempuan. atau kurang aktivitas atau
sedentary life.
Pemeriksaan Penunjang
 Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio opak di saluran kemih.
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat
radio opak dan paling sering dijumpai diantara batu lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radio lusen).
Urutan radioopasitas beberapa batu saluran kemih seperti
pada tabel 1.
Jenis Batu Radioopasitas

Kalsium Opak

MAP Semiopak

Urat/Sistin Non opak


 Pielografi Intra Vena (PIV)
 Ultrasonografi
 Pemeriksaan Mikroskopik : Urin, untuk mencari hematuria dan
Kristal.
 Renogram, dapat diindikasikan pada batu staghorn untuk
menilai fungsi ginjal.
 Kultur urin, untuk mencari adanya infeksi sekunder.
 DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, kalsium, fosfat, urat, protein,
fosfatase alkali serum.
Penatalaksanaan
1. ESWL (Extracorporeal
Shockwave Lithotripsy)
2. Endourologi
1. PNL (Percutaneous Nephro
Litholapaxy)
2. Litotripsi (untuk memecah batu buli-
buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah
batu/litotriptor ke dalam buli-buli)
3. ureteroskopi atau uretero-renoskopi.

3. Bedah Terbuka
4. Pemasangan Stent
Pencegahan

Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan unsur


yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada
umumnya pencegahan itu berupa :
 Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi
urin 2-3 liter per hari.
 Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu.
 Aktivitas harian yang cukup.
 Pemberian medikamentosa.
 Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan adalah:
 Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
 Rendah oksalat.
 Rendah garam, karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.
 Rendah purin.
 Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang
menderita hiperkalsiuri
Prognosis

 Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak


batu, dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu
batu, makin buruk prognosisnya. Letak batu yang dapat
menyebabkan obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi.
Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor
obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

 Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60%


dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan
ulang karena masih ada sisa fragmen batu dalam saluran
kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL, 80%
dinyatakan bebas dari batu.

Anda mungkin juga menyukai