Anda di halaman 1dari 76

MODUL 5

KELOMPOK 2
Tutor : dr. Yolanda Safitri
Anasya Imtina Meirania 2016730114
Andhika Idam Radiktyo 2016730115
Fauziah Ananda Huseini 2016730121
Haryo Wiryanto Prawirodihardjo 2016730124
Ilham Rahmansyah 2016730125
Linda Puspita Sari 2016730127
Mentari Sekar Putri 2016730130
Muhammad Syahrial Alamsyah 2016730132
Rifani Nugroho 2016730135
Vaniannisa Azzahra 2016730138
SKENARIO

Seorang laki laki 35 tahun datang dengan keluhan marah


marah, berteriak teriak,di rumah dan mengancam ibu dan
kakak kurang dari 6 jam sebelum dibawake rumah sakit.
Diketahui terdapat riwayat penyalahgunaan ganja. Pada
pemeriksaan status menal didapatkan; psikomotor mondar
mandir, mood disforik, perilaku halusinatorik, bicara kacau,
meraasa dimata matai, RTA terganggu, dan tilikan derajat 1.
Kata Sulit : Kata/kalimat kunci :
1. RTA 1. Laki laki 35 tahun
2. Keluhan marah marah dan
2. Mood Disforik berteriak teriak dan
3. Perilaku mengancam ibu dan
kakaknya kurang dari 6 jam
Halusinatorik 3. Riwayat penyalahgunaan
ganja
4. Status mental :
• Psikomotor mondar mandir
• Mood disforik
• Perilaku halusinatorik
• Bicara kacau
• Merasa dimmatai matai
• RTA terganggu
• Tilikan derajat 1
Laki laki 35
tahun

Gangguan
BMD
psikotik
Alur
diagnosis
DD

Gangguan Gangguan
Gangguan
skizofrenia skizoafektif psikotik mental
mood
akut organik

Diagnosis

Prognosis

Tatalaksana
CEREBRUM

Lobus limbik terdiri dari tiga struktur yaitu 2. Area subkortikal


1. Area kortikal - Amigdala, berhubungan dengan proses
- Korteks orbitofrontal, merupakan suatu emosional
daerah di lobus frontal yang terlibat dalam - Nukleus accumbens, tertilbat dalam area
proses pengambilan keputusan kesenangan
- Korteks piriformis, merupakan bagian dari 3. Area diensephalon
sistem penciuman Terdiri dari hipotalamus yang merupakan pusat
- Korteks enthorinal, berhubungan dengan dari sistem limbik. Hipotalamus mengatur proses
memori otonom tubuh.
CEREBRUM
Area Brodman

Keterangan Area Brodman :


Pengatur bicara 44 45
Pusat pendengaran 41 42
Pengaturan sikap mental 9 10 11 12 46 47 23 24
Emosi 38
Pusat penglihatan 17 18 19
Pusat sensoris 1 2 3 5 40
Pusat penciuman 34
Pusat motorik 4 6 8 32
SISTEM SARAF OTONOM
Sel – Sel Sistem
NEUROHISTOLOGI Saraf

Sel Neuron Sel Neuroglia

Astrosit

Oligdendrosit

Mikroglia

Sel Ependim

Sel Schwann
Struktur dan Fungsi Neuron
Klasifikasi Sel neuron berdasarkan
bentuk
Neuroglia
Serat Saraf Tepi

Kumpulan serat saraf yang


terletak diluar SSP dan
diselubungi oleh jaringan
ikat.
Saraf Otonom

Memberikan persarafan
motorik ke otot polos
dan otot jantung serta
persarafan . Dibagi 2
menjadi :
• Simpatis
• Parasimpatis
• Thalamus: kolinergik
• Hipothalamus: dopamine,
norepinephrine, serotonin,
histamin, glutamat
Organ-organ di otak yang memproses suatu bentuk
emosi pada manusia disebut juga dengan limbic
system:
Limbic cortex: mengolah dan memproses
komponen yang dianggap sebagai rasa nyeri,
kemudian diproses ke dalam tubuh
Hippocampus: menyimpan memori, mengubah
short-term memory menjadi long-term
memory, menerima impuls dari amygdala,
mengendalikan hypothalamic stress-response
• Acetylcholine: proses belajar, mengingat, system
gerakan volunteer, tidur Amygdala: memproses stimulan eksternal
• Dopamine: atensi, belajar, gerakan
• Serotonin: mood, nafsu makan, tidur, perilaku
menjadi suatu bentuk emosi di dalam individu,
yg agresif mengatur perilaku individu, menyimpan
• Norepinephrine: nafsu makan, kewaspadaan memori mengenai rasa takut atau keberanian
• Epinefrin: metabolism glukosa & energi
• GABA: jika menurun menimbulkan eksitasi dan
sehingga dapat menimbulkan perilaku
kecemasan defensive atau ketakutan.
SKIZOFRENIA
DEFINISI
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum
diketahui), dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.

ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi sebesar 1% dari
populasi di dunia FAKTOR BIOLOGIS FAKTOR BIOKIMIA GENETIK
• Angka insidens: 1 per 10.000
orang pertahun • pelebaran ventrikel tiga dan
• Prevalensi jenis kelamin, ras, dan lateral; • Angka kejadian
budaya sama. • atrofi bilateral lobus skizofrenia meningkat
• Wanita cenderung mengalami temporomedial dan girus pada keluarga dengan
parahipokampus, riwayat yang sama dan
gejala yang lebih ringan daripada
hipokampus, dan amigdala; diturunkan secara
laki-laki. • Disorientasi spasial sel bermakna, kompleks,
• Onset puncak pada laki-laki piramid hipokampus; serta poligen
terjadi pada usia 15-25 tahun, • Serta penurunan volume
sedangkan pada wanit terjadi korteks prefontal dorsolateral
pada usia 25-35 tahun. • Gangguan neurotransmitter sentral, yaitu peningkatan aktivitas dopamin
(hipotesis dopamin).
PEDOMAN DIAGNOSTIK (PPDGJ-III)
MANIFESTASI KLINIK
• Minimal ada satu gejala dari kriteria:
 Thought echo, thought insertion, thought
• GANGGUAN PROSES PIKIR: withdrawal, thought broadcasting;
 Asosiasi longgar, neologisme, klang  Delusion of control, delusion of influence,
asosiasi, ekolalia, konkritisasi, dan
delusion of passivity, delusional perception;
alogia.
 Halusinasi auditorik;
• GANGGUAN ISI PIKIR:  Waham yang menetap
 Waham kejar, waham kebesaran, • Minimal terdapat 2 gejala dari kriteria:
waham rujukan, thought
 Halusinasi yang menetap dari panca indra;
broadcasting, thought insertion;
 Arus pikiran yang terputus atau mengalami
• TILIKAN YANG BURUK TERHADAP sisipan sehingga timbul inkoherensi;
PENYAKITNYA
 Gejala katatonik seperti gaduh gelisah, gangguan
• GANGGUAN PERSEPSI: postur, flexibilitas cerea, negativisme, mutisme,
 Halusinasi auditorik, visual, maupun dan stupor;
penghidu, ilusi, depersonalisasi, dan
 Gejala negatif: sikap apatis, jarang bicara, respons
derealisasi
emosional yang menumpul atau tidak wajar.
• GANGGUAN EMOSI • Gejala diatas berlangsung dalam jangka waktu satu
 Afek tumpul atau datar, afek tak bulan atau lebih
serasi dan labil
• Terdapat perubahan yang konsisten dan bermakna
dari aspek perilaku pribadi.
KLASIFIKASI
PROGNOSIS

SKIZOFRENIA PARANOID SKIZOFRENIA KATATONIK SKIZOFRENIA TAK TERINCI

• Skizofrenia bersifat kronis dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghilangkan gejala;
• Indikasi prognosis
SKIZOFRENIA HEBEFRENIK DEPRESI
baik: Gejala psikotik timbul secara mendadak (akut); PASKASKIZOFRENIA
Awitan gejala timbul setelah 30
tahun. Jenis kelamin perempuan dikaitkan dengan prognosis yang lebih baik:
• Pasien dengan gejala positif
SKIZOFRENIA LAINNYA
• Adanya penyebab skizofreniaSKIZOFRENIA RESIDUAL
yang jelas (tidak terkait dengan gangguan SSP), salah satu pencetusnya
adalah gangguan suasana persaan (khususnya gangguan depresi)
SKIZOFRENIA SIMPLEKS
• Aktivitas sosial dan pekerjaan berlangsung baik Sebelum timbul gejala;
• Tidak ada keluarga yang menderita skizofrenia;
• Pasien yang menikah dan telah berkeluarga;
• Dukungan Penuh keluarga untuk kesembuhan pasien.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Prognosis buruk dalam kesembuhan pasien umumnya terkait dengan: riwayat trauma perinatal, tidak
ada remisi dalam waktu 3 tahun, sering timbul relaps, riwayat kekerasan, riwayat penyalahgunaan zat,
dan tidak adanya dukungan
UJI DARAH kelurga untuk EEGkesembuhan pasien.
NEUROIMAGING UJI GENETIK

UJI URINE PENGGOLONGAN


UJI NEUROPSIKOLOGIS
HLA
Skizoafektif
Skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai adanya kombinasi gejala skizofrenia (gangguan berpikir, delusi dan
halusinasi) dan gejala afektif (gejala depresif atau mania) .

Epidemiologi
Menurut data statistik, prevalensi terjadinya gangguan skizoafektif ini adalah sekitar 0,3 %
Orang muda dengan gangguan skizoafektif cenderung memiliki subtipe bipolar, sedangkan orang tua cenderung
memiliki subtipe depresi.

Etiologi Dan Patofisiologi


Meskipun penyebab gangguan schizoafektif tidak diketahui, mungkin mirip dengan skizofrenia. Sampai saat ini, tidak
ada penanda genetik spesifik yang telah diidentifikasi. Pajanan dalam rahim terhadap virus, malnutrisi, atau bahkan
komplikasi kelahiran dapat berperan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan sepenuhnya penyebab
gangguan schizoafektif.
Patofisiologi yang tepat dari gangguan skizoafektif tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan ketidakseimbangan
neurotransmitter di otak. Abnormalitas neurotransmiter serotonin, norepinefrin, dan dopamin dapat berperan
dalam gangguan ini. Mengurangi volume hippocampal, kelainan thalamik, dan kelainan pada white matter telah
dicatat pada pasien dengan gangguan schizoafektif
Gejala klinis

gangguan skizoafektif bisa bervariasi pada tiap orang, dan bisa dalam level ringan maupun parah. Gejala yang paling
sering terlihat adalah:

Depresi
• Hilang nafsu makan
• Berat badan turun atau naik tanpa disengaja
• Perubahan kebiasaan tidur (menjadi jarang tidur atau malah tidur lama sekali)
• Gelisah
• Hilang energi
• Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dilakukan setiap hari
• Merasa diri tak berarti dan tak punya harapan
• Perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri
• Kesulitan berpikir dan konsentrasi
• Memikirkan kematian atau bunuh diri
Mania
• Terlihat lebih aktif dari biasanya, termasuk di kantor, di pergaulan, dan secara seksual
• Lebih cerewet dan bicara lebih cepat
• Banyak pikiran berseliweran di kepala
• Tidak merasa perlu tidur
• Gelisah, tidak sabaran
• Berbangga diri
• Konsentrasi muah pecah
• Perilaku membahayakan/merugikan diri sendiri (menghambur-hamburkan uang, kebut-kebutan di jalan, melakukan
seks bebas tanpa pengaman, dll)

Skizofrenia
• Delusion (percaya pada hal yang jelas-jelas tidak benar, dan tetap bersikukuh bahwa hal tersebut adalah nyata meski
sudah diperlihatkan bukti dan fakta)
• Halusinasi (melihat/mendengar/merasakan hal yang tidak nyata, misalnya mendengar suara yang berbicara padanya)
• Pola pikir tidak teratur
• Perilaku aneh atau tidak biasa
• Gerak tubuh lambat
• Ekspresi wajah dan cara berbicara datar, tidak menunjukkan emosi apa-apa
• Tidak termotivasi dalam hidup
• Masalah dalam berbicara/berkomunikasi
Alur diagnosis
• anamnesis
• Wawancara Klinis Terstruktur untuk DSM-5 untuk membantu diagnosis pasti.
Di dalam spektrum tersebut, pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis gangguan skizoafektif menurut DSM-5, dengan
kriteria diagnosis berikut (hlm. 105):
A. Masa sakit yang tidak terputus di mana terdapat Episode Mood Mayor (Depresi Mayor atau Manik) bersamaan dengan
Kriteria A Skizofrenia.
B. Waham atau halusinasi selama dua minggu atau lebih di luar Episode Mood Mayor (Depresi Mayor atau Manik) selama
durasi penyakit dalam kehidupan.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood mayor harus ada untuk sebagian besar dari masa aktif dan residual dari
penyakit tersebut.
D. Gangguan ini bukan karena dampak zat (contoh penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medis lainnya.

• computed tomography [CT]


• pencitraan resonansi magnetik [MRI])
• electroencephalography (EEG).

Prognosis
Prognosis buruk pada pasien dengan gangguan skizoafektif umumnya dikaitkan dengan riwayat premorbid yang buruk,
faktor pencetus tidak diketahui,atau memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia.
Gangguan Psikotik Singkat
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV)
mengombinasikan dua konsep diagnostik menjadi diagnosis gangguan psikotik singkat (brief
psychotic disorder).
1. Pertama, gangguan berlangsung singkat, didefinisikan di dalam DSM-IV sebagai kurang dari
satu bulan tetapi sekurangnya satu hari; gejala mungkin memenuhi atau tidak memenuhi
kriteria diagnosis untuk skizofrenia.
2. Kedua, gangguan mungkin berkembang sebagai respons terhadap stresor psikosisial yang
parah atau kelompok stresor

EPIDEMIOLOGI
Beberapa penelitian telah dilakukan tentang epidemiologi diagnosis psikosis reaktif
singkat DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), dan belum ada yang dilakukan dengan
menggunakan kriteria DSM-IV. Dengan demikian, perkiraan yang dapat dipercaya tentang
insidensi, prevalensi, rasio jenis kelamin, dan usia onset rata-rata untuk gangguan tidak
terdapat. Pada umumnya gangguan ini dianggap jarang, seperti yang dinyatakan oleh
satu penelitian tentang perekrutan militer di mana insidensi psikosis reaktif singkat DSM-
III-R diper- kirakan adalah 1,4 per 100.000 yang direkrut
ETIOLOGI

Pasien dengan gangguan psikotik singkat yang pernah memiliki gangguan kepribadian mungkin memiliki
kerentanan biologis atau psikologis ke arah perkembangan gejala psikotik. Walaupun pasien dengan
gangguan psikotik singkat sebagai suatu kelompok mungkin tidak memiliki peninggian insidensi skizofrenia di
dalam keluarganya, beberapa data menyatakan bahwa adanya suatu peninggian insidensi gangguan mood.
Perumusan psikodinamika telah menyadari adanya mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak
adekuat dan kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik. Seperti pada teori
biologis tentang gangguan, teori psikologis belum disahkan oleh penelitian klinis yang terkontrol cermat
GAMBARAN KLINIS
PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

STRESOR PENCETUS pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat


Contoh yang paling jelas dari stresor pencetus adalah memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa telah
peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua
menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pasien tidak memiliki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.
pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian
anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan
yang berat
Klinisi lain berpendapat bahwa stresor mungkin
merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stres
sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulkan
stres dengan jelas. Tetapi, penjumlahan derajat stres
yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan
suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak
mungkin
Definisi Napza
 Singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
 Narkotika: Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi
sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi).
 Psikotropika: Merupakan bahan alami maupun bukan alami yang memiliki khasiat
psikoaktif. Dampak mengonsumsi psikotropika dapat mempengaruhi susunan saraf
pusat yang bisa menyebabkan perubahan mental dan perilaku.
 Zat adiktif lain: Merupakan bentuk inhalasi dan penggunaanya dapat menimbulkan
ketergantungan. Mudah ditemukan di kehidupan sehari-hari, misalnya Nikotin pada
rokok, Etanol pada minuman beralkohol, dan pelarut yang mudah menguap pada
thiner, lem, dan lain-lain.
(UU No. 22 Tahun 1997)
ADIKSI
 Adiksi berasal dari bahasa Inggris addiction yang berarti ketagihan atau kecanduan.
 Morse dan Flavin mendefinisikan Adiksi sebagai penyakit primer kronis yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik, psikososial dan lingkungan dalam proses
perkembangannya.
 Gangguan adiksi merupakan gangguan yang bersifat kronis dan kemungkinan
kekambungan sangat tinggi, yang ditandai dengan:
1. Perilaku kompulsif dalam mencari NAPZA dan ketergantungan lainnya
2. Kehilangan control dalam menggunakan NAPZA atau ketergantungan lainnya.
3. Timbulnya keadaan emosi yang negatif ketika tidak mendapatkan NAPZA atau
ketergantungan lainnya.
Ketergantungan Dan Penyalahgunaan
Napza
Ketergantungan NAPZA merupakan gangguan yang menunjukkan
adanya perubahan dalam proses kimiawi otak sehingga memberikan efek
ketergantungan (craving, withdrawal, tolerance)

Penyalahgunaan dikaitkan dengan tingkah laku bereksperimentasi,


megalami rasa kecewa, perilaku membangkang,”masalah keuangan” dan
self medication
Cara Kerja Masing-masing Golongan
Golongan Cara Kerja

Stimulan Memblok pengambilan dopamine sehingga pelepasan


dopamine akan menstimulasi nukleus akumbens lebih
banyak.
Depresan Meningkatkan aktivitas neurotransmitter GABA 
menekan aktivitas otak
Halusinogen Mengaktivasi reseptor spesifik di otak, yaitu reseptor 5-
HT2A (2ARs), yang biasanya dipicu oleh neurotransmitter
serotonin
Efek Klinis Masing-masing Golongan
Stimulan

Hambat rasa lapar, tidak, kebutuhan tidur ↓,


hipertensi, mudah tersinggung, rasa haus ↑

Depresan
Membantu agar cepat tidur, menimbulkan rasa
nyaman & tenang, menghilangkan/me↓kan rasa
sakit

Halusinogen

Halusinasi, gangguan koordinasi motorik, keringat


berlebihan, pandangan mata kabur
Jenis Napza Menurut Cara Kerja
Depresan Stimulan Halusinogen
Alkohol Amfetamin LSD, DMT
Benzodiazepine Metamfetamin Meskalin
Opioid Kokain PCP
Solven Nikotin Ketamin
Barbiturat Khat Kanabis (dosis tinggi)
Kanabis (dosis rendah) Kafein Magic mushrooms
MDMA MDMA
Alkohol
• Alkohol umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol.
• Jenisnya sangat bervariasi dari tradisional sampai fermentasi buatan yang berkadar
tinggi hingga rendah

Intoksikasi Euforia, cadel, nistagmus, ataksia, bradikardi, hipotensi, kejang, koma


Keadaan putus Halusinasi,ilusi (bad dream), kejang, delirium tremens, gemetar, keluhan
alkohol gastrointestinal, muka merah, mata merah dan hipertensi
Gangguan fisik Mulai dari radang sampai kanker hati, gastritis, ulkus peptikum, pneumonia,
gangguan vaskuler dan jantung, defisiensi vitamin, fetal alcoholic syndrome
Gangguan mental Gangguan depresi hingga skizofrenia
Gangguan lain Kecelakaan lalu lintas, perkelahian, problem domestik, tindak kekerasan
OPIOID
• Opioid merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat potensi
ketergantungannya sehingga disebut “horror drug”. Termasuk golongan opioid
adalah morfin, petidin, heroin, metadon, kodein.

Masalah Fisik Abses pada kulit sampai septikemia, Infeksi karena emboli, Endokarditis, Hepatitis (B dan
C), HIV/AIDS, Injeksi menyebabkan trauma pada jaringan local, Opiate neonatal
abstinence syndrome
Masalah Psikiatri Gejala putus obat menyebabkan perilaku agresif, Suicide, Depresi berat sampai
skizofrenia
Masalah Sosial Gangguan interaksi dirumah tangga sampai lingkungan masyarakat, kecelakaan lalu
lintas, perilaku criminal sampai tindak kekerasan,gangguan perilaku sampai anti-social
Sebab kematian • Reaksi heroin akut menyebabkan kolaps kardiovaskular dan akhirnya meninggal
• Overdose karena heroin menekan SSP, kesulitan bernapas dan menyebabkan
kematian
• Tindak kekerasan
• Bronkopneumonia
• Endokarditis
GANJA
Daun ganja (termasuk kembangnya) berasal dari tanaman perdu Cannabis sativa
Bentuk umumnya : serpihan daun atau kembang ganja yang diperjual-belikan dalam
bentuk lintingan, gram-graman dan kilo-kiloan hingga berton-ton.

Masalah Fisik Gangguan system reproduksi, Foetal damage selama kehamilan, Infeksi saluran
pernapasan, Mengandung agen penyebab timbulnya sel epitel kanker
Emphysema, Gangguan kardiovaskuler, Gangguan imunitas, Gangguan saraf

Masalah Gangguan memori sampai kesulitan belajar, Sindroma amotivasional, Ansietas,


Psikiatri panic sampai reaksi bingung, Psikosis paranoid sampai skizofrenia, Depresi
berat sampai suicide, Apatis, perilaku antisosial
Masalah Sosial Kesulitan belajar sampai dikeluarkan dari sekolah
Kenakalan remaja
Sebab Suicide
kematian Infeksi berat
Tindak kekerasan
Kokain
• Kokain dihasilkan dari daun tumbuhan yang disebut Erythroxylon coca. Bentuk kokain
yang diperjual-belikan di Indonesia adalah dalam bentuk bubuk putih.

Masalah Fisik Dengan penggunaan snorting : pilek terus-menerus, sinusitis, epistaksis, perforasi
septum nasi
Dengan suntikan : infeksi local pada kulit sampai sistemik
Inhalasi : radang tenggorokan, melanoptysis
Cocaine baby
Masalah Toleransi dan ketergantungan
psikiatri Gejala putus obat (agitasi,depresi, fatigue, high craving,cemas, marah meledak-
ledak, gangguan tidur, mimpi aneh, mudah tersinggung, mual, otot pegal)
Masalah Sosial Masalah interpersonal, finansial, pekerjaan, legal
Kematian Umumnya disebabkan karena overdose, kelumpuhan otot pernapasan, artimia
kordis, kejang berulang, stroke
AMFETAMINE
• Senyawa kimia yang bersifat stimulant dikenal dengan Amphetamine Type
Stimulans atau ATS. Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah Amfetamin,
Ectasy, Shabu.

Masalah Fisik Malnutrisi, denyut jantung meningkat, gangguan ginjal,emboli paru,


stroke,hepatitis, HIV/AIDS
Masalah Perilaku agresif,Confusional state,psikosis paranoid,skizofrenia,kondisi putus zat (
Psikiatri lethargy,fatigue,exhausted,serangan panic,gangguan tidur), depresi berat,halusinasi
Masalah Tindak kekerasan, kecelakaan lalu lintas,aktivitas criminal
Sosial
Sebab Suicide, serangan jantung,tindak kekerasan,kecelakaan lalu lintas, dehidrasi,
kematian sindrom keracunan air
BENZODIAZEPINE

• Nama lain: benzo, lekso, emji, rohip, R Jerman, nipam, pil kebo, koplo, boat, steso,
sedatin.

Masalah Fisik Penggunaan suntikan dapat menyebabkan abses, infeksi sistemik, hepatitis,
HIV/AIDS
Gangguan gastrointestinal, gangguan neurologic, malnutrisi
Masalah Psikiatri Perilaku agresif terutama dalam keadaan intoksikasi, anxietas, panic,
confusional state, withdrawal state menimbulkan agresif atau violence
Masalah Sosial Mengganggu interaksi dalam rumah tangga dan lingkungan masyarakat,
masalah marital, tinggal kelas, berkelahi, tindak pidana dan terlibat hukum
Kematian Kecelakaan lalu lintas, infeksi sistemik, depresi berat sampai suicide , dehidrasi,
malnutrisi
Narkotika golongan I

• Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan


pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang
hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar
morfinnya.
3. Opium masak terdiri dari :
a. Tanaman koka, tanaman dari semucandu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa
penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk
pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan
daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan
bijinya.
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus
Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui
perubahan kimia.
6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk
mendapatkan kokaina.
7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.
8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah,
jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
10. Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.
11. Asetorfina : 3-0-acetiltetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina.
12. Acetil – alfa – metil fentanil N-[1-(α-metilfenetil)-4-piperidil] asetanilida.
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
13. Alfa-metilfentanil : N-[1 (α-metilfenetil)-4-piperidil] propionanilida
14. Alfa-metiltiofentanil : N-[1-] 1-metil-2-(2-tienil) etil]-4-iperidil] priopionanilida
15. Beta-hidroksifentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-4-piperidil] propionanilida
16. Beta-hidroksi-3-metil-fentanil : N-[1-(beta-hidroksifenetil)-3-metil-4 piperidil] propio-nanilida.
17. Desmorfina : Dihidrodeoksimorfina
18. Etorfina : tetrahidro-7α-(1-hidroksi-1-metilbutil)-6, 14-endoeteno-oripavina
19. Heroina : Diacetilmorfina
20. Ketobemidona : 4-meta-hidroksifenil-1-metil-4propionilpiperidina
21. 3-metilfentanil : N-(3-metil-1-fenetil-4-piperidil) propionanilida
22. 3-metiltiofentanil : N-[3-metil-1-[2-(2-tienil) etil]-4-piperidil] propionanilida
23. MPPP : 1-metil-4-fenil-4-piperidinol propianat (ester)
24. Para-fluorofentanil : 4‘-fluoro-N-(1-fenetil-4-piperidil) propionanilida
25. PEPAP : 1-fenetil-4-fenil-4-piperidinolasetat (ester)
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
26. Tiofentanil : N-[1-[2-(2-tienil)etil]-4-piperidil] propionanilida
27. BROLAMFETAMINA, nama lain DOB : (±)-4-bromo-2,5-dimetoksi- α -metilfenetilamina
28. DET : 3-[2-( dietilamino )etil] indol
29. DMA : ( + )-2,5-dimetoksi- α -metilfenetilamina
30. DMHP : 3-(1 ,2-dimetilheptil)-7 ,8,9, 10-tetrahidro-6,6,9-trimetil-6H-dibenzo[b, d]piran-1-ol
31. DMT : 3-[2-( dimetilamino )etil] indol
32. DOET : (±)-4-etil-2,5-dimetoksi- α –metilfenetilamina
33. ETISIKLIDINA, nama lain PCE : N-etil-1-fenilsikloheksilamina
34. ETRIPTAMINA. : 3-(2aminobutil) indole
35. KATINONA : (-)-(S)- 2-aminopropiofenon
36. ( + )-LISERGIDA, nama lain LSD, LSD-25 : 9,10-didehidro-N, N-dietil-6-metilergolina-8 β –karboksamida
37. MDMA : (±)-N, α -dimetil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
38. Meskalina : 3,4,5-trimetoksifenetilamina
39. METKATINONA : 2-(metilamino )-1- fenilpropan-1-on
40. 4- metilaminoreks : (±)-sis- 2-amino-4-metil- 5- fenil- 2-oksazolina
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
41. MMDA : 5-metoksi- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
42. N-etil MDA : (±)-N-etil- α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamin
43. N-hidroksi MDA : (±)-N-[ α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetil]hidroksilamina
44. Paraheksil : 3-heksil-7,8,9, 10-tetrahidro-6,6, 9-trimetil-6H-dibenzo[b,d] piran-1-ol
45. PMA : p-metoksi- α -metilfenetilamina
46. psilosina, psilotsin : 3-[2-( dimetilamino )etil]indol-4-ol
47. PSILOSIBINA : 3-[2-(dimetilamino)etil]indol-4-il dihidrogen fosfat
48. ROLISIKLIDINA, nama lain PHP,PCPY : 1-( 1- fenilsikloheksil)pirolidina
49. STP, DOM : 2,5-dimetoksi- α ,4-dimetilfenetilamina
50. TENAMFETAMINA, nama lain MDA : α -metil-3,4-(metilendioksi)fenetilamina
51. TENOSIKLIDINA, nama lain TCP : 1- [1-(2-tienil) sikloheksil]piperidina
52. TMA : (±)-3,4,5-trimetoksi- α -metilfenetilamina
53. AMFETAMINA : (±)-α –metilfenetilamina
54. DEKSAMFETAMINA : ( + )-α –metilfenetilamina
55. FENETILINA : 7-[2-[( α -metilfenetil)amino]etil]teofilina
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN I
56. FENMETRAZINA : 3- metil- 2 fenilmorfolin
57. FENSIKLIDINA, nama lain PCP : 1-( 1- fenilsikloheksil)piperidina
58. LEVAMFETAMINA, nama lain levamfetamina : (- )-(R)- α -metilfenetilamina
59. Levometamfetamina : ( -)- N, α -dimetilfenetilamina
60. MEKLOKUALON : 3-( o-klorofenil)- 2-metil-4(3H)- kuinazolinon
61. METAMFETAMINA : (+ )-(S)-N, α –dimetilfenetilamina
62. METAKUALON : 2- metil- 3-o-to lil-4(3H)- kuinazolinon
63. ZIPEPPROL : α - ( α metoksibenzil)-4-( β-metoksifenetil )-1-Piperazinetano
Narkotika golongan II

• Narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan


digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
1. Alfasetilmetadol : Alfa-3-asetoksi-6-dimetil amino-4,4-difenilheptana
2. Alfameprodina : Alfa-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
3. Alfametadol : alfa-6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
4. Alfaprodina : alfa-l, 3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
: N-[1-[2-(4-etil-4,5-dihidro-5-okso-l H-tetrazol-1-il)etil]-4-(metoksimetil)-4-pipe ridinil]-N-
5. Alfentanil fenilpropanamidas
6. Allilprodina : 3-allil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
7. Anileridina : Asam 1-para-aminofenetil-4-fenilpiperidina)-4-karboksilat etil ester
8. Asetilmetadol : 3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana
9. Benzetidin : asam 1-(2-benziloksietil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
10. Benzilmorfina : 3-benzilmorfina
11. Betameprodina : beta-3-etil-1-metil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina
12. Betametadol : beta-6-dimetilamino-4,4-difenil-3–heptanol
13. Betaprodina : beta-1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksipipe ridina
14. Betasetilmetadol : beta-3-asetoksi-6-dimetilamino-4, 4-difenilheptana
15. Bezitramida : 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-(2-okso-3-propionil-1-benzimidazolinil)-piperidina
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
16. Dekstromoramida : (+)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)butil]-morfolina
17. Diampromida : N-[2-(metilfenetilamino)-propil]propionanilida
18. Dietiltiambutena : 3-dietilamino-1,1-di(2’-tienil)-1-butena
19. Difenoksilat : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
20. Difenoksin : asam 1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4-fenilisonipekotik
21. Dihidromorfina
22. Dimefheptanol : 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heptanol
23. Dimenoksadol : 2-dimetilaminoetil-1-etoksi-1,1-difenilasetat
24. Dimetiltiambutena : 3-dimetilamino-1,1-di-(2'-tienil)-1-butena
25. Dioksafetil butirat : etil-4-morfolino-2, 2-difenilbutirat
26. Dipipanona : 4, 4-difenil-6-piperidina-3-heptanona
27. Drotebanol : 3,4-dimetoksi-17-metilmorfinan-6ß,14-diol
28. Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina dan kokaina.
29. Etilmetiltiambutena : 3-etilmetilamino-1, 1-di-(2'-tienil)-1-butena
30. Etokseridina : asam1-[2-(2-hidroksietoksi)-etil]-4fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
31. Etonitazena : 1-dietilaminoetil-2-para-etoksibenzil-5nitrobenzimedazol
32. Furetidina : asam 1-(2-tetrahidrofurfuriloksietil)4 fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester)
33. Hidrokodona : dihidrokodeinona
34. Hidroksipetidina : asam 4-meta-hidroksifenil-1-metilpiperidina-4-karboksilat etil ester
35. Hidromorfinol : 14-hidroksidihidromorfina
36. Hidromorfona : dihidrimorfinona
37. Isometadona : 6-dimetilamino- 5 -metil-4, 4-difenil-3-heksanona
38. Fenadoksona : 6-morfolino-4, 4-difenil-3-heptanona
39. Fenampromida : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-propionanilida
40. Fenazosina : 2'-hidroksi-5,9-dimetil- 2-fenetil-6,7-benzomorfan
41. Fenomorfan : 3-hidroksi-N–fenetilmorfinan
42. Fenoperidina : asam1-(3-hidroksi-3-fenilpropil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat Etil ester
43. Fentanil : 1-fenetil-4-N-propionilanilinopiperidina
44. Klonitazena : 2-para-klorbenzil-1-dietilaminoetil-5-nitrobenzimidazol
45. Kodoksima : dihidrokodeinona-6-karboksimetiloksima
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
46. Levofenasilmorfan : (1)-3-hidroksi-N-fenasilmorfinan
47. Levomoramida : (-)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1pirolidinil)butil] morfolina
48. Levometorfan : (-)-3-metoksi-N-metilmorfinan
49. Levorfanol : (-)-3-hidroksi-N-metilmorfinan
50. Metadona : 6-dimetilamino-4, 4-difenil-3-heptanona
51. Metadona intermediate : 4-siano-2-dimetilamino-4, 4-difenilbutana
52. Metazosina : 2'-hidroksi-2,5,9-trimetil-6, 7-benzomorfan
53. Metildesorfina : 6-metil-delta-6-deoksimorfina
54. Metildihidromorfina : 6-metildihidromorfina
55. Metopon : 5-metildihidromorfinona
56. Mirofina : Miristilbenzilmorfina
57. Moramida intermediate : asam (2-metil-3-morfolino-1, 1difenilpropana karboksilat
58. Morferidina : asam 1-(2-morfolinoetil)-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
59. Morfina-N-oksida
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah
60.
satunya kodeina-Noksida
61. Morfina
62. Nikomorfina 3,6-dinikotinilmorfina
63. Norasimetadol (―)-alfa-3-asetoksi-6metilamino-4,4-difenilheptana
64. Norlevorfanol (-)-3-hidroksimorfinan
65. Normetadona 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-heksanona
66. Normorfina dimetilmorfina atau N-demetilatedmorfina
67. Norpipanona 4,4-difenil-6-piperidino-3-heksanona
68. Oksikodona 14-hidroksidihidrokodeinona
69. Oksimorfona 14-hidroksidihidromorfinona
70. Petidina intermediat A 4-siano-1-metil-4-fenilpiperidina
71. Petidina intermediat B asam4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
72. Petidina intermediat C Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat
73. Petidina Asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilat etil ester
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN II
74. Piminodina asam 4-fenil-1-( 3-fenilaminopropil)- piperidina-4-karboksilat etil ester
75. Piritramida asam1-(3-siano-3,3-difenilpropil)-4(1-piperidino)-piperdina-4-karboksilat amida
76. Proheptasina 1,3-dimetil-4-fenil-4-propionoksiazasikloheptana
77. Properidina asam1-metil-4-fenilpiperidina-4-karboksilatisopropil ester
78. Rasemetorfan (―)-3-metoksi-N-metilmorfinan
79. Rasemoramida (―)-4-[2-metil-4-okso-3,3-difenil-4-(1-pirolidinil)-butil]-morfolina
80. Rasemorfan (―)-3-hidroksi-N-metilmorfinan
81. Sufentanil N-[4-(metoksimetil)-1-[2-(2-tienil)-etil -4-piperidil] propionanilida
82. Tebaina
83. Tebakon Asetildihidrokodeinona
84. Tilidina (―)-etil-trans-2-(dimetilamino)-1-fenil-3-sikloheksena-1-karboksilat
85. Trimeperidina 1,2,5-trimetil-4-fenil-4-propionoksipiperidina
86. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas.
Narkotika golongan III

• Narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak


digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan Ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam
ketergantungan.
DAFTAR NARKOTIKA GOLONGAN III
NO. JENIS OBAT KANDUNGAN
1. Asetildihidrokodeina
2. Dekstropropoksifena
3. Dihidrokodeina α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-butanol propionat
4. Etilmorfina 3-etil morfina
5. Kodeina 3-metil morfina
6. Nikodikodina 6-nikotinildihidrokodeina
7. Nikokodina 6-nikotinilkodeina
8. Norkodeina N-demetilkodeina
9. Polkodina Morfoliniletilmorfina
10. Propiram N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2-piridilpropionamida
11. Buprenorfina 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2-trimetilpropil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina
12. Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas
13. Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika
14. Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika
CARA PENGGUNAAN NAPZA
Disedot melalui Disuntikkan
Dihisap melalui
hidung dengan jarum
bibir (inhalasi, melalui pembuluh
(snorting,
merokok) vena
sniffing)
Ditempelkan pada kulit
(terutama lengan Mengunyah dan
bagian dalam) yang
telah diiris dengan lalu ditelan
cutter
Menetapkan diagnosis
Gambaran klinisi utama dari fenomena ketergantungan dikenal dengan istilah sindrom
ketergantingan (PPDGJ-III). Sehingga diagnosis ketergantungan napza di tegakkan jika ditemukan
tiga atau lebih dari gejala dibawah selama masa setahun sebelumnya :

1. Adanya keinginan kuat atau dorongan yang memaksa menggunakan Napza

2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku

3. Keadaan putus Napza atau pengurangan

4. Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosisi Napza

5. Secara progresif mengabaikan alternative menikmati kesenangan karena penggunaan Napza.

6. Meneruskan penggunaan Napza meskipun ia menyadari dan memahami akibat dan kerugian.
Narkoba jenis baru
• New Psychoactive Substances (NPS)
• Obat-obatan yang
dirancang untuk
• “Legal highs”
meniru efek zat-
zat terlarang
Istilah
Definisi
lain

Lebih Belum
dari 800 diatur
jenis oleh
NPS hukum • UU no. 35 tahun 2009
• Di Indonesia: • Permenkes RI no. 58 tahun
2017
94 jenis NPS
Beberapa efek
dari nps
• Mediasi aksi dopamin,
norepinefrin dan • Aktivasi kompleks
Sedatif/ reseptor GABA di otak
Stimulan serotonin
hipnotik

• Terjadi pengikatan
• Terjadi pengikatan ke terhadap reseptor spesifik
reseptor cannabinoid  opioid  Efek mirip
SCRA Efek mirip THC Opioid morfin (contoh:
analgesia)

• Mediasi aktivitas reseptor • Memodulasi efek pada


spesifik-serotonin  Efek reseptor N-methyl-D-
Halusinogen halusinasi
klasik Disosiatif aspartate (NMDA)
Aminoindane
 Nama di pasaran: “MDAI golds” , “Pink champagnes”
 Bentuk sediaan: Bubuk dan kristal
 Cara penggunaan: Umumnya ditelan, dapat pula
diendus
 Efek yang ditimbulkan: Stimulan SSP
phencyclidine-type substances
 Struktur yang sama dengan phencyclidine (PCP) dan ketamin
 Paling banyak dilaporkan oleh negara anggota PBB:
4-methoxyphencyclidine (4-MeO-PCP)
 Efek yang ditimbulkan: Stimulan SSP, disosiatif
 Efek merugikan:
• Kelainan neurologis dan fisiologis ringan, stupor atau koma
ringan hingga koma yang dalam
• Gangguan perilaku menyerupai sindrom kejiwaan
• Perilaku kekerasan
• Hipertensi dan edema paru
phenetylamine
 Nama di pasaran:  Efek yang ditimbulkan:
• “Europa” untuk 2C-E Stimulan SSP, halusinogen klasik
• “4-FMP” untuk 4-FA  Efek merugikan:
• “Methyl-MA” untuk MMPA • Turunan ’D-series’: Agitasi,
 Bentuk sediaan: Pil, bubuk, atau takikardia, midriasis, halusinasi,
dosis oral (pada selembar blotter kejang, gagal ginjal
paper)
• Bromo-Dragonfly: Kematian
 Cara penggunaan: Umumnya
ditelan • 2C-T-4: Psikosis akut
• PMA dan PMMA: Hipertermia berat
PIPERAZINE
 1-benzylpiperazine (BZP) sering digunakan sebagai NPS
 Nama di pasaran: “Party pills”, “Jax”, ”Benny bear”, ”Flying
angel”, ”Legal X”
 Bentuk sediaan: Pil (menyerupai pil ekstasi), bubuk atau
loose powder
 Cara penggunaan: Ditelan, injeksi, merokok, diendus
 Efek yang ditimbulkan: Stimulan SSP, pada kasus yang
jarang dapat sebagai opioid
 Efek merugikan:
Kejang, asidosis respiratorik, hipertermia, rhabdomyolisis,
gagal ginjal
Plant-based substances
• Cara penggunaan: Mengunyah daun segar
• Efek merugikan: Euforia, hipertermia, anoreksia, peningkatan
frekuensi napas, detak jantung dan tekanan darah, psikosis hingga
Khat depresi

• Cara penggunaan: Mengunyah daun segar, ditelan atau diseduh


sebagai teh
• Efek yang ditimbulkan: Stimulan (dalam dosis rendah), efek sedatif-
Kratom narkotika (dalam dosis tinggi)

• Cara penggunaan: Mengisap dan mengunyah daun segar dari


gulungan seperti cerutu, menghirup uap ekstrak tanaman, merokok
Salvia daun kering
divinorum • Efek yang ditimbulkan: Halusinogen
GANJA SINTETIS
 Nama di pasaran: “Spice gold”, “Spice diamond”, “K2”, “Bliss”
 Umumnya ditambahkan ke bahan tanaman dengan merendam
atau menyemprot, tetapi dalam beberapa kasus bentuk padatnya
(bubuk kristal) ditambahkan ke bahan tanaman, yang mengarah ke
campuran tidak homogen
 Cara penggunaan: Merokok
 Cara kerja: Agonis reseptor ganja sintetis
 Efek merugikan:
Gangguan kardiovaskular, kelainan psikologis, kejang, takiaritmia
Katinon sinteTis
 Nama di pasaran: ”Bath salts”
 Bentuk sediaan:
• Mefedron dan Metilon: Bubuk putih atau coklat atau dalam
bentuk pil yang sering dijual sebagai ‘ekstasi’
 Cara penggunaan: Menelan bubuk yang dibungkus dengan
kertas (’bombing’), disuntikkan, atau dicampur dalam
minuman
 Efek yang ditimbulkan: Stimulan SSP
 Efek merugikan: Agitasi ringan hingga psikosis berat,
takikardi, hipertensi
TRYPTAMINE

 Nama di pasaran: ”Foxy-Methoxy”


 Bentuk sediaan:
• Tryptamine alami: Jamur kering
• Turunan tryptamine: Kapsul, bubuk, tablet atau cairan
 Cara penggunaan: Ditelan, dihirup, dihisap, disuntikkan
 Efek yang ditimbulkan: Halusinogen klasik
 Efek merugikan: Kegelisahan, agitasi, gangguan pencernaan
dan ketegangan otot, rhabdomyolisis, kematian
ZAT-zat lainnya

 Contoh: 1,3-dimethylamylamine (DMAA)


 Efek yang ditimbulkan:
• Halusinogen klasik
• Opioid
• Sedatif/hipnotik
• Stimulan
Skizofrenia dan Psikotik Akut Gangguan Mental akibat
Antipsikotik Dosis
Waktu Paruh (jam)
Generasi I (mg/hari) Zat Psioaktif
Fenotiazin
Klorpromazin 300-1000 30 FASE PENILAIAN
Flufenazin 5-20 336
Perfenazin 16-64 24
Thioridazin 300-800 FASE TERAPI
Trifluoperazin 15-50 DETOKSIFIKASI
Butirofenon
Haloperidol 5-20 21 FASE TERAPI
Lainnya LANJUTAN
Loksapin 30-100 4
Antipsikotik Waktu Paruh
Dosis (mg/hari)
Generasi II (jam)
PROGRAM TERAPI
Aripriprazol 10-30 75
BERORIENTASI
Klozapin 150-600 12
Olanzapin 10-30 33
ABSTINENSIA
Quetiapin 300-800 6
Risperidon 2-8 24
TERAPI ELEKTROKONVULSI

INDIKASI

• Gangguan depresi berat. Pada pasien yang telah gagal dengan


pengobatan, tidak mentoleransi obat, memiliki gejala yang berat atau
gejala psikotik. Memiliki kecenderungan akut untuk bunuh diri atau
membunuh atau memiliki gejala agitasi atau stupor yang nyata.
• Episode manik
• Skizofrenia. Sangat efektif untuk gejala skizofrenia akut tetapi tidak untuk
skizofrenia yang kronis. Pasien yang memiliki gejala positif nyata,
katatonia, atau gejala afektif dianggap cenderung untuk memberikan
respons terhadap ECT.
• Indikasi lain. ECT merupakan terapi yang efektif untuk katatonia, suatu
gejala yang terkait dengan gangguan mood, skizofrenia, dan gangguan
medis serta neurologis.
TERAPI PSIKOLOGI DAN TERAPI SOSIAL
PSIKOEDUKASI COGNITIVE-BEHAVIORAL FAMILY-FOCUSED
THERAPY THERAPY

 Bertujuan untuk  Menciptakan lingkungan


 Bertujuan untuk menghilangkan
mengurangi episode depresif dan mencegah
yang nyaman untuk
tingkat ekspresi pasien
rekuransinya dengan membantu
emosi pasien mengidentifikasi uji
 Mengurangi beban
kognitif negatif
emosional keluarga
 Meningkatkan  Mengembangkan cara berpikir
pasien
keterampilan alternatif, berpikir fleksibel, dan
 Dapat lebih memahami
berpikir positif serta melatih
berkomunikasi respon kognitif yang baru
pasien atas penyakit
yang dideritanya
PELATIHAN
KETERAMPILAN SOSIAL
Sering juga disebut dengan keterampilan motorik adalah
KETERAMPILAN mengidentifkasikan disfungsi perilaku social, kemudian dipilah
1. menjadi tugas-tugas yang lebih sederhana, dipelajari melalui
SOSIAL DASAR pengulangan dan elemen-elemen tersebut dikombinasikan
menjadi perbendaharaan fungsional yang lebih lengkap

 Manajemen Medikasi
2.
MODEL PEMECAHAN  Manajemen Gejala
 Rekreasi
MASALAH  Percakapan Dasar
 Pemeliharaan Diri

3.
COGNITIVE Meningkatkan kapasitas individu untuk mempelajari berbagai
variasi dari keterampilan sosial dan dapat hidup mandiri
REMDIATION
Gangguan Mental akibat
Skizofrenia Skizoafektif Psikotik Akut
Zat Psikoaktif

Laki-laki 35 tahun V V V V

Marah-marah V V V V

Berteriak-teriak V V V V

Mengancam < 6 jam V V V V

Riwayat
V V V V
penyalahgunaan ganja

Psikomotor mondar-
V V V V
mandir

Mood disforik V V V V

Perilaku halusinatorik V V V V
Bicara kacau V V V V
Merasa dimata-matai V V V V

RTA terganggu V V V V

Tilikan derajat 1 V V V V
KESIMPULAN

Perlu dilakukan anamnesis yang lebih dalam seperti menanyakan onset


gejala, gejala nya baru dirasakan pertama kali atau sudah sering. Gejala
timbul setelah konsumsi ganja atau sebelum konsumsi ganja. Pemeriksaan
urine penting, untuk melihat apakah gejala yang ada disebabkan oleh karena
pemakaian ganja atau bukan.

Anda mungkin juga menyukai