Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN PENGENDALIAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

DI INDONESIA

PUSKESMAS GODONG II
DINKES KABUPATEN GROBOGAN

TAHUN 2016
BAB I

DEFINISI

A. Sejarah Dan Penyebaran Penyakit


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma.
Dalam 3 dekade terakhir, penyakit DBD meningkat insidennya terutama di
daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, kasus DBD berfluktuasi setiap
tahunnya dan cenderung makin meningkat dan sebaran wilayahnya makin luas.
Akan tetapi angka kematiannya semakin menurun.
Faktor – faktor yang mempengaruhi penyebarluasan DBD antara lain:
1. Kepadatan dan mobilitas penduduk
2. Perilaku masyarakat
3. Perubahan iklim
4. Pertumbuhan ekonomi
5. Ketersediaan air bersih.

B. Epidemiologi
Epidemiologi penyakit Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang
kejadian dan distribusi frekuensi penyakit Dengue (DD/ DBD/ SRD/ EDS).
Ukuran – ukuran epidemiologi yang sering digunakan dalam kegiatan
pengendalian DBD adalah:
1. Angka kesakitan / insidens rate (IR)
2. Angka kematian / case fatality rate (CFR)
3. Attack rate (AR)
4. Angka bebas jentik (ABJ)

C. Vektor Penular Chikungunya


Penyebab penyakit dengue adalah Arthrophod borne virus, family
flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single
standard RNA. Virus dengue ditularkan dari orang – orang melalui gigitan
nyamuk aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemic yang paling utama,
namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae.polynesiensis, Ae.scutelaris dan
Ae. Niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pedoman pengendalian DBD meliputi:


A. Epidemiologi, meliputi:
1. Gambaran epidemiologi
2. Penyebab penyakit
3. Distribusi penyakit
4. Penularan DBD
5. Ukuran epidemiologi

B. Surveillans Kasus, meliputi:


1. Pengertian
2. Tujuan surveillans
3. Definisi operasional kasus
4. Pelaporan kasus DBD

C. Diagnosis dan Tata Laksana Kasus


1. Definisi operasional
2. Penegakkan diagnosis
3. Gejala dan tanda utama DBD
4. Tata laksana DBD

D. Pengendalian Vektor DBD


1. Surveillans Vektor
2. Metode pengendalian Vektor
3. Kegiatan Pengendalian vektor sesuai tingkat administrasi
4. Pelaporan dan Evaluasi Pengendalian Vektor
5. Pengoprasian alat dan bahan pengendalian vector

E. KewaspadaanDini dan Penanggulangan KLB


1. Kewaspadaan Dini
2. Penyelidikan epidemiologi (PE)
3. Penanggulangan Fokus
4. Pengendalian Sebelum Musim Penularan
5. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
F. Penyuluhan dan Peran Serta Masyarakat
1. Penyuluhan
2. Peran Serta Masyarakat
3. Penyuluhan dan Motivasi Kepada Masyarakat
4. Pemantauan dan Evaluasi Penggerakan PSN DBD

G. Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring
2. Evaluasi
BAB III

TATA LAKSANA

A. Definisi Operasional
1. Suspek infeksi dengue
Bila terdapat dua kriteria yaitu demam tinggi mendadak tanpa sebab
berlangsung 2 – 7 hari dan adanya manifestasi pendarahan.
2. Demam dengue
Demam disertai dua atau lebih gejala seperti sakit kepala, nyeri belakang bola
mata, pegal, nyeri sendi, dan ruam. Adanya manifestasi pendarahan
leucopenia (leukosit ≤ 5000 / mm³), jumlah trombosit ≤ 150.000 / mm³ dan
peningkatan hematokrit 5 – 10 %
3. Demam berdarah dengue (DBD)
Demam 2 – 7 hari disertai manifestasi pendarahan, jumlah trombosit
≤ 100.000 / mm³, adanya tanda kebocoran plasma, dan atau efusi pleura,
ascites dan atau hypoproteinemia/ hypoalbuminemia.
4. Sindrom renjatan dengue (SRD)
Kasus DBD yang masuk derajad III dan IV disertai kegagalan sirkulasi
ditandai dengan nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab,
pasien gelisah/ syok.
5. Expanded dengue syndrome (EDS)
Demam dengue disertai manifestasi klinis ditandai dengan kegagalan organ
seperti hati, ginjal, otak, dan jantung.
B. Diagnosis Demam Berdarah Dengue
1. Penegakan diagnosis
a. Klinis : demam tinggi, tanda – tanda pendarahan, syok.
b. Laboratorium : trombositopenia ≤ 100.000 / mm³
2. Derajat beratnya penyakit DBD
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan menjadi 4:
a. Derajat I: demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan
b. Derajat II: seperti derajat I disertai pendarahan spontan seperti kulit, gusi,
dll.
c. Derajat III: derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, nadi cepat,
tekanan darah rendah, kulit dingin dan lembab.
d. Derajat IV: seperti derajat III disertai syok berat, nadi tidak dapat diraba,
tekanan darah tidak dapat diukur.
3. Gejala atau tanda utama DBD
Meliputi hal – hal berikut:
a. Demam tinggi mendadak berlangsung 2 – 7 hari.
b. Tanda – tanda pendarahan.
c. Hepatomegali (pembesaran hati)
d. Syok (renjatan)

C. Tata Laksana DD dan DBD


1. Pertolongan pertama pada penderita DBD
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan oleh keluarga antara lain:
a. Tirah baring selama demam
b. Pemberian antipiretik (paracetamol)
c. Kompres hangat
d. Minum banyak (1 – 2 liter / hari)
e. Bila terjadi kejang (jaga lidah agar tidak tergigit dan longgarkan pakaian)
2. Langkah – langkah pemeriksaan DBD
Langkah – langkah pemeriksaan dilakukan sebagai berikut:
a. Anamnesis ( wawancara ) dengan penderita atau keluarga
b. Observasi kulit
c. Pemeriksaan umum ( kesadaran, tekanan darah, suhu, dan nadi)
d. Penekanan pada hipokondrium kanan
e. Perabaan hati
f. Uji tourniquet
g. Pemeriksaan laboratorium trombosit dan hematokrit
3. Tata laksana rujukan penderita DBD
Sebelum merujuk pasien DBD perlu memperhatikan:
a. Tanda vital pasien harus stabil
b. Disertakan formulir dengan hasil parameter klinis dan laboratorium serta
terapi penting yang sudah diberikan.
Penderita dirujuk ke rumah sakit bila ditemukan tanda – tanda:
1) Anak tampak lemas
2) Badan dingin terutama tangan dan kaki
3) Muntah terus menerus
4) Kejang
5) Mimisan
6) Perdarahan lain (hematemesis, melena)
4. Tata laksana DD dan DBD
a. Tata laksana DD
Pasien DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam
pasien dianjurkan:
1) Tirah baring selama masih demam.
2) Obat antipiretik atau kompres hangat
3) Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol
4) Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit
5) Monitor suhu, jumlah trombosit dan hematokrit.
b. Tata laksana DBD
Tata laksana DBD dapat dilakukan pada dua fase yaitu:
1) Fase demam
Bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk
mencegah dehidrasi. Antipiretik kadang-kadang diperlukan.
2) Fase kritis
3) Periode kritis adalah waktu transisi ketika suhu turun umumnya hari
ke 3 – 5 fase demam, pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian
syok yang mungkin terjadi. Diperlukan pemeriksaan laboratorium
untuk cek hematokrit, trombosit, juga haemoglobin.
4) Fase penyembuhan
Pada fase penyembuhan, ruam konvalesen akan muncul pada daerah
ekstremitas, terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskuler ke dalam
intravaskuler
BAB IV
KEWASPADAAN DINI DAN PENANGGULANGAN KLB

A. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini DBD adalah suatu upaya kewaspadaan yang berupa
pemantauan/ survellans terhadap kemungkinan peningkatan kasus dan atau
vector resiko DBD.

B. Penyeledikian Epidemiologi
Penyeledikian epidemiologi adalah kegiatan peningkatan kasus infeksi
dengue atau suspek infeksi dengan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di
tempat tinggal penderita dan rumah atau bangunan sekitar.

C. Penanggulangan Fokus
Peanggulangan focus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular
DBD yang dilaksanakan mencakup radius minimal 200 m dengan melakukan
pemberantasan saran nyamuk penular DBD (PSN 3M plus), larvasidasi,
penyuluhan, pengasapan, dan pengabutan.

D. Pengendalian Sebelum Musim Penularan


Adalah periode bulan berdasarkan analisis data kasus rata – rata perbulan
selama 3 – 5 tahun terakhir memiliki jumlah rata-rata kasus paling rendah di
suatu wilayah.

E. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)


Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya pennggulangan
yang meliputi pengobatan/ perawatan, penderita, pemberantasan vector penular,
penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi penilaian penanggulangan KLB.
BAGAN PENANGGULANGAN SEPERLUNYA
(Penanggulangan Penderita Chikungunya di Lapangan)

Penderita Infeksi Dengue

(DD/ DBD/ DSS/ EDS)

Penyelidikan Epidemiologi (PE)

POSITIF NEGATIF
- Bila ditemukan 1 atau lebih
- Jika tidak memenuhi 2 kriteria
penderita infeksi dengue lainnya
dan atau ≥ 3 penderita suspek positif
infeksi dengue

- Ditemukan jentik (HI) ≥ 5 %

Pada area minimal 200m dilakukan Pada area radius minimal 200m
tindakan: dilakukan tindakan:

1.Intensifikasi PSN 1.Intensifikasi PSN

2.Larvasidasi 2.Larvasidasi

3.Penyuluhan 3.Penyuluhan

4.Fogging Focus
BAB V
PENYULUHAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

A. Penyuluhan
Metode dan tehnik menyampaiakn informasi memang sangat
beragam, namun dalam pemilihannya harus dipertimbangkan secara cermat
dengan memperhatikan kemasan informasinya.
1. Penyuluhan di RS atau fasilitas kesehatan lainnya
Dilakukan oleh tenaga kesehatan.
2. Penyuluhan di sekolah
Dilakukan oleh guru melalui program UKS.
3. Penyuluhan di desa (Pemukiman)
Dilakukan oleh kader kesehatan, kelompok tenaga kesehatan maupun
media massa.
4. Penyuluhan di tempat umum
Dilakukan melui media massa.

B. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam gerakan PSN DBD diharapkan


menurunkan angka kesakitandan kematian akibat DBD. Sasaran gerakan PSN
DBD adalah semua keluarga dan pengelola tempat umum, melaksanakan
PSN DBD (3M) serta menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing,
sehingga bebas dari jentik nyamuk aedes. Selain itu, peran serta
masyarakatdiharapkan:

1. Mengenal tanda dan gejala DBD

2. Melaporkan kepada RT, kepala desa/ lurah.

3. Membantu kelancaran pengendalian vector penyakit DBD.


BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan pengumpulan informasi selama pelaksanaan
program sehingga dapat dilakukan penilaian dan identifikasi.
B. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian pelaksanaan program, evaluasi ini dilakukan
secara sistematis Dan mencakup semua unsur dalam program. Evaluasi harus
mencakup hal – hal berikut:
1. Evaluasi kebutuhan
2. Evaluasi perencanaan
3. Evaluasi pelaksanaan
4. Evaluasi hasil
5. Evaluasi dampak.

Anda mungkin juga menyukai