Surveilans Pertusis
KETUA :
ANGGOTA :
ACHMAD MUKTAMAR
AGUS NAWAN
CHRISTIANUS GESNER
DEWI YUNI ASTUTI
DIANA MANDASARI
ESTI RAHAYU
HARIYANTO
SUGIANTO
SURYA SUPRIANTO
SUSANTY
PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
BAGI PETUGAS SURVEILANS DI KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI
Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit menular pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyakit ini merupakan penyakit endemik di hampir
seluruh negara di dunia dengan puncak epidemik biasanya terjadi setiap 2-5 tahun (rata-rata 3-4
tahun).
b. Bagaimana gejala dan tanda khas dari penyakit pertussis
Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung minimal
selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
• Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)
• Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)
• Muntah tanpa ada penyebab yang jelas
• Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1 tahun
dengan batuk
tanpa ada batasan durasi.
•Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
2. Penemuan Kasus:
2.a. Sebutkan kriteria apa yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus pertussis
Jawab
Adanya tanda dan gejala Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung
minimal selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :
a. Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)
Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1 tahun dengan batuk
tanpa ada batasan durasi.
Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
2.b. Bagaimana klasifikasi kasus pertusis dan bagaimana membedakannya
Klasifikasi Kasus:
a. Konfirmasi laboratorium: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan hasil pemeriksaan
spesimen (kultur atau PCR) adalah positif.
b. Terhubung secara epidemiologis: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan memiliki
hubungan epidemiologis (kontak erat) dengan kasus terkonfirmasi laboratorium dalam waktu
tiga minggu sebelum timbulnya batuk.
c. Kompatibel klinis: kasus yang memenuhi kriteria suspek tetapi tidak memenuhi kriteria
konfirmasi laboratorium maupun epidemiologis.
d. Discarded (bukan kasus pertusis): pasien yang tidak memenuhi kriteria klinis berdasarkan
hasil investigasi.
2.c. Jelaskan proses penemuan kasus pertusis dan Lakukan wawancara
memastikan hal tersebut.
Menggali lebih dalam informasi tentang tanda dan gejala serta
perjalanan penyakit dari semua kasus meninggal di atas,
Gali, apakah semua kasus meninggal saling berhubungan, apakah
sering ketemu (jadi kontak) erat,
Gali, apakah ada masyarakat sekitar yang mengalami gejala/ sakit
yang mirip dengan kasus yang meninggal, bila ada, maka segera
lakukan penyelidikan lebih lanjut sesuai pedoman di form Pertusis
01.
Kalau ada indikasi ke arah pertusis, maka dilanjutkan dengan
menganalisa hasil cakupan imunisasi pada wilayah tersebut.
PELATIHAN SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
BAGI PETUGAS SURVEILANS DI KABUPATEN/KOTA DAN PROVINSI
A. Tujuan
Setelah melakukan Latihan ini, peserta mampu melakukan:
1. Pencatatan dan pelaporan penyakit pertusis
2. Pengolahan dan analisa data surveilans pertusis
3. SKD dan respon penyakit pertusis
4. Penanggulangan KLB pertusis
B. Langkah-langkah:
1. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok 10 orang
2. Fasilitator menjelaskan langkah-langkah latihan sebagai berikut:
a. Peserta mengisi format laporan dari data yang tersedia
b. Peserta melakukan pengolahan dan Analisa data
c. Peserta melakukan SKD dan respon
d. Peserta melakukan penanggulangan KLB pertussis
3. Peserta menngerjakan latihan sesuai instruksi fasilitator dalam kelompok (60 menit)
4. Fasilitator meminta salah satu wakil kelompok menyajikan hasil latihan kelompoknya juga
beri kesempatan untuk tanya jawab dan memberikan usulan (10 menit)
5. Fasilitator memberikan pembulatan (5 menit)
Waktu : 75 menit
Lembar Kasus (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB 8.6,IHB 8.7)
• Berdasarkan laporan W1 dari Dinas Kesehatan Kabupaten PM pada tanggal 12 Mei 2015 yang diterima
oleh Dinas Kesehatan Propinsi S bahwa telah terjadi KLB Pertusis di Desa T Kecamatan L Kabupaten PM
dengan jumlah penderita sebanyak 11 orang. Kasus index dengan insial A usia 7 tahun jenis kelamin laki-
laki terjadi pada tanggal 5 April 2015 dengan gejala batuk-batuk. Sumber penularan dari index cases tidak
bisa dipastikan karena menurut keterangan dari orang tua kasus insial M, 1 sampai 2 minggu sebelumnya
tidak mempunyai riwayat berpergian kemana-mana, kasus pertama bersekolah di SD Negeri T kemudian,
kontak penularan berikutnya terjadi serumah (2 penderita) dan tetangga (1 penderita) sebagai kasus
primer, kasus primer bersaudara dengan kasus pertama. Kasus tidak mendapatkan imunisasi waktu balita.
Penularan berikutnya berasal dari kasus primer melalui kontak rumah tetangga dan sekolah (kasus
sekunder). Seluruh kasus KLB pertusis yang terjadi di desa T masih memiliki ikatan keluarga satu sama
lain bisa dikatakan serumpun dalam satu desa kejadian luar biasa yang terjadi diwilayah puskesmas L ini
merupakan common source walaupun pada gambar kurve epidemi seperti propagated epidemic. Hal ini
bisa terjadi karena ketidak telitian (kesalahan) dalam penulisan tanggal mulai sakit, masa inkubasi penyakit
pada masing-masing penderita yang tidak sama serta adanya pebedaan kepekaan terhadap penyakit
pertusis, puncak kasus kemungkinan terjadi pada tanggal 19 Mei 2015. Di desa T, AR tertinggi berada
pada golongan umur 0 – 11 bulan.
Lembar Pertanyaan (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB 8.6,IHB 8.7)
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam form
pencatatan pelaporan yang tersedia.
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil
Penyelidikan Epidemiologi pertussis tersebut.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB pertusis, dasar apa yang dipakai
untuk penetapan KLB?
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas/Kab/Kota/Provinsi setelah tahu
bahwa telah terjadi KLB pertusis?
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB pertusis?
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB
pertusis, dasar apa yang dipakai untuk penetapan KLB?
KLB
Wilayah padat penduduk, kumuh, terdapat pekerja migran, kelompok marjinal dan
pengungsi yang berdomisili, wilayah pedesaan dan sulit secara geografis atau wilayah
pemukiman baru
Status gizi dan PHBS masyarakat secara umum kurang baik
Kegiatan pelayanan imunisasi di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
dilaksanakan kurang dari 2 kali setiap minggu dan pelayanan imunisasi
Trend cakupan imunisasi rutin DPT-HB-Hib1, DPT-HB-Hib2, DPT-HB-Hib3 dan DPT-
HB-Hib4 (dosis lanjutan) selama 3 tahun terakhir kurang dari 80%e. Kontak Serumah
Daris Pertusif.
Masyarakat Sekitar
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir