Anda di halaman 1dari 27

KELOMPOK 1

SURVEILANS TETANUS NEONATORUM


KETUA :

ANGGOTA :
ACHMAD MUKTAMAR
AGUS NAWAN
CHRISTIANUS GESNER
DEWI YUNI ASTUTI
DIANA MANDASARI
ESTI RAHAYU
HARIYANTO
SUGIANTO
SURYA SUPRIANTO
SUSANTY
PENUGASAN 1
PENUGASAN
1. GEJALA DAN TANDA
a. JELASKAN DEFINISI OPERASIONAL DARI KASUS TN
b. BAGAIMANA GEJALA DAN TANDA KHAS DARI PENYAKIT TN
c. SEBUTKAN FAKTOR RISIKO TN

DEFINISI TETANUS NEONATORUM


Penyakit Tetanus Yang Terjadi Pada Neonates (Usia < 28 Hari) Yang Disebabkan Oleh Clostridium
Tetani Dimana Bakteri Mengeluarkan Toksin (Racun) Dan Menyerang System Saraf Pusat.

GEJALA DAN TANDA KHAS TETANUS NEONATORUM


•Gejala Awal Adalah Kesulitan Minum Karena Terjadinya Trismus Atau Lock Jaw (Spasme Otot
Pengunyah). Mulut Mencucu Seperti Ikan (Karpermond), Sehingga Bayi Tidak Dapat Minum Dengan
Baik.
•Terdapat Risus Sardonicus Atau Wajah Seperti Senyum Terpaksa Dan Alis Terangkat.
•Dapat Terjadi Spasmus Otot Yang Luas Dan Kejang Umum, Seperti Opisthotonus Atau Tulang Belakang
Seperti Melengkung Ke Belakang
•Kejang Terjadi Terutama Apabila Terkena Rangsang Cahaya, Suara, Dan Sentuhan. Leher Menjadi
Kaku, Dinding Perut Kaku, Mengeras. Kalau Terdapat Kejang Otot Pernapasan, Dapat Terjadi Sianosis
(Wajah Bayi Membiru)
PENUGASAN
1. c. SEBUTKAN FAKTOR RISIKO TN

1. Faktor Yang Berkaitan Dengan Persalinan Yang Tidak Aman


a. Persalinan Atau Prosedur Medis Lainnya Yang Dilakukan Di Luar Fasilitas Kesehatan.
b. Persalinan Tidak Dilakukan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Kompeten Menangani Persalinan.
c. Praktek Persalinan Dan Perawatan Tali Pusat Yang Tidak Bersih Atau Tidak Steril, Misalnya:
∙ Terdapat Hewan Peliharaan Yang Tinggal Dalam Rumah Atau Dekat Rumah Tempat Bersalin (Kotoran Hewan
Peliharaan Dapat Mengandung Spora Clostridium Tetani).
∙ Instrumen Dan Tangan Penolong Yang Tidak Bersih.
∙ Penggunaan Tikar, Tanah, Atau Alas Persalinan Yang Tidak Bersih.
∙ Penggunaan Bahan Tradisional Untuk Membantu Persalinan.
2. Faktor Yang Berkaitan Dengan Imunisasi Yaitu Ibu Tidak Memiliki Status Imunisasi Minimum T2 Dengan Masa Perlindungan
Yang Optimal (Pab).

3. Faktor Yang Berkaitan Dengan Sosial Ekonomi Dan Budaya Perlu Menjadi Perhatian Bahwa Seorang WUS, Termasuk Ibu Hamil,
Harus Mencapai Status T5 Melalui Pemberian Imunisasi Td Sesuai Interval Agar Mendapatkan Perlindungan Jangka Panjang
a. Kemiskinan
b. Tingkat Pendidikan Orang Tua Yang Rendah
c. Pemeriksaan Antenatal Yang Tidak Rutin
d. Usia Ibu Yang Muda Atau Kondisi Kehamilan Pertama, Maupun Keduanya
4. Faktor Lainnya Yaitu Riwayat Kematian Anak Sebelumnya Dalam Keluarga Akibat TN
PENUGASAN

2. PENEMUAN KASUS:
a. SEBUTKAN KRITERIA APA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENETAPKAN ADANYA KASUS TN
b. BAGAIMANA MENILAI RISIKO WILAYAH TN

c. JELASKAN PROSES PENEMUAN KASUS TN DAN LAKUKAN WAWANCARA MEMASTIKAN HAL TERSEBUT .

Penentuan Kriteria Kasus Konfirmasi TN Tidak Berdasarkan Pemeriksaan Laboratorium Tetapi


Berdasarkan Gejala Klinis Dan Diagnosis Dokter Atau Tenaga Kesehatan Terlatih

KRITERIA MENETAPKAN ADANYA KASUS TN


A. Kasus Atau Kematian TN Yang Didiagnosa Oleh Bukan Dokter Atau Petugas Kesehatan Terlatih
Dan Tidak Dilakukan Investigasi.
B. Kematian Neonatus Yang Tidak Diketahui Penyebabnya

KLASIFIKASI KASUS TN
• Kasus Konfirmasi Memenuhi Kriteria Berikut:
Bayi Lahir Hidup Dapat Menangis Dan Menyusu/Minum Dalam 2 Hari Pertama Kemudian
Muncul Gejala Seperti Mulut Mencucu (Trismus) Sehingga Sulit Menyusu/Minum Disertai
Kejang Rangsang, Yang Dapat Terjadi Sejak Umur 3-28 Hari.
• Bukan Kasus Tn (Discarded) :
Kasus Yang Setelah Dilakukan Investigasi Tidak Memenuhi Kriteria Klinis
B. BAGAIMANA MENILAI RISIKO WILAYAH TN .

DENGAN MELAKUKAN PEMETAAN RISIKO WILAYAH.


Yaitu melakukan Kriteria Pembagian Daerah Berdasarkan Tingkat Risiko Kejadian TN Adalah Daerah Risiko
Tinggi Dan Daerah Risiko Rendah. Selain itu Petugas Juga Diharapkan Mengevaluasi Daerah Silent (Tidak
Pernah Melaporkan Kasus Atau Zero Report).
Kriteria Pembagian Daerah Berdasarkan Tingkat Risiko Kejadian TN
A. Daerah Risiko Tinggi Adalah Kabupaten/Kota Dimana:
1) Ditemukan Kasus TN Selama Satu Tahun Terakhir > 1/1000 Kelahiran Hidup, Atau
2) Jika Insidensi <1/1000 Kelahiran Hidup Tetapi Surveilans Tidak Sensitif, Cakupan Persalinan Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan < 87%, Dan Cakupan Imunisasi Td 2+ Pada Ibu Hamil < 80% Pada Tahun Yang
Sama
B. DAERAH RISIKO RENDAH ADALAH KABUPATEN/KOTA DIMANA:
1) Insidensi TN <1/1000 Kelahiran Hidup Dan Kinerja Surveilans Yang Sensitive
2) Insidensi TN <1/1000 Kelahiran Hidup Dan Cakupan Persalinan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ≥ 87%
3) INSIDENSI TN <1/1000 KELAHIRAN HIDUP DAN CAKUPAN IMUNISASI TD 2+ PADA IBU HAMIL ≥ 80%.
PROSES PENEMUAN KASUS TN DAN WAWANCARA
•Penemuan kasus aktif melalui surveilans aktif di masyarakat (FKTP SEPERTI PUSKESMAS, klinik
swasta dan FKTP lainnya (BPM), yaitu dengan cara :
1.setiap minggu petugas surveilans melakukan surveilans aktif dengan mereview register mtbm
(manajemen terpadu bayi muda)
2.diagnosa dari semua suspek tn yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh
dokter.
3.penemuan kasus melalui kegiatan kunjungan neonatal (KN, KN dan KN) dengan menggunakan form
atau bagan MTBM. Jika ditemukan kasus dengan klasifikasi infeksi bakteri berat perlu ditelusuri
riwayat persalinan ibu atau hal lainnya yang mengarah kepada suspek TN dan segera dilaporkan ke
petugas surveilans
4.bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke puskesmas maka puskesmas melakukan laporan
nihil/ / zero report" mingguan melalui laporan rutin.
5.penemuan suspek TN terutama pada daerah dengan risiko tinggi dilakukan melalui koordinasi
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader, karena itu diperlukan pemberdayaan
masyarakat melalui pendekatan edukatif dan partisipatif dalam penemuan suspek tetanus
neonatorum.
6.jika ditemukan suspek TN atau kematian bayi usia 3-28 hari segera lapor ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat yang ada di wilayahnya
PROSES PENEMUAN KASUS TN DAN WAWANCARA
•Penemuan kasus TN di rumah sakit (RS Umum, Swasta dan RS Khusus seperti RS
ibu dan anak, Rumah bersalin, dll)
1.setiap minggu petugas surveilans kabupaten/kota melakukan surveilans aktif
dirumah sakit yang terintegrasi dengan kegiatan surveilans AFP dan PD3I lainnya
dengan mengunakan form SARS-PD3I
2.surveilans aktif dilakukan dengan merevieu register dibagian rawat jalan dan rawat
inap bagian anak, kebidanan, perinatologi/neonatologi, rekam medik, bagian gawat
darurat maupun register kematian perinatal/neonatal.
3.bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke rumah sakit maka dalam formulir
SARS-PD3I tetap dikirimkan dengan dituliskan nihil (zero report)
WAWANCARA

SETIAP SUSPEK TN HARUS DIINVESTIGASI SESEGERA MUNGKIN DALAM WAKTU 24 JAM SETELAH ADA ALERT DI SKDR

1. Menggunakan formulir investigasi TN ( form TN-


01)
2. Melakukan wawancara terhadap orang tua kasus,
penolong persalinan dan tenaga kesehatan
pemberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan
informasi faktor risiko kasus TN
3. Menanyakan identitas bayi, riwayat kelahiran dan
riwayat kesakitan/kematian bayi.
4. Kemudian dengan menggunakan kriteria
diagnosis, dilakukan penetapan diagnosis TN dan
faktor risikonya sesuai dengan definisi operasional.
5. Semua suspek TN atau kematian yang dilaporkan
harus diselidiki dengan menggunakan formulir
investigasi (Form TN-01)
PENUGASAN 2
DINKES MELAKUKAN REKAP KASUS KE FORM
TN 02
• Terjadi kasus meninggal dengan kasus tetanus neonatorium
di Puskemsas B, pada bulan september 2019, dengan bayi
usia 9 hari, jenis kelamin laki-laki.
• Di rawat di ruang anak selama 3 hari dengan dengan gejala
panas, kejang-kejang, mulut sukar di buka serta sesak nafas
di sertai bunyi.
3. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi TN?

• Meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi rutin tetanus yaitu 3 dosis DPT-HB-Hib saat bayi
dan 1 dosis DPT-HB-Hib saat baduta, DT dan Td pada anak usia sekolah dasar/madrasah serta Td bagi
WUS yang tinggi dan merata2. Melakukan pemetaan cakupan kunjungan antenatal, persalinan di
fasyankes, kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) dan kasus TN.

• Meningkatkan cakupan kunjungan antenatal, persalinan di fasyankes, kunjungan neonatal lengkap (KN
lengkap). Memastikan fasilitas pelayanan kesehatan mampu memberikan pelayanan persalinan sesuai
standar. Melakukan pemetaan alat pemotong tali pusat dan perawatan tali pusat pada kasus TN (peralatan
dan pengobatan). Memastikan perawatan tali pusat sesuai dengan standar pedoman pelayanan kesehatan
neonatal esensial. Meningkatkan KIE kepada ibu dan keluarga melalui pemanfaatan buku KIA
• Melakukan pemetaan cakupan kunjungan antenatal, persalinan di fasyankes,
kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) dan kasus TNMeningkatkan cakupan
kunjungan antenatal, persalinan di fasyankes, kunjungan neonatal lengkap (KN
lengkap)Memastikan fasilitas pelayanan kesehatan mampu memberikan pelayanan
persalinan sesuai standarMelakukan pemetaan alat pemotong tali pusat dan perawatan
tali pusat pada kasus TN (peralatan dan pengobatan)Memastikan perawatan tali pusat
sesuai dengan standar pedoman pelayanan kesehatan neonatal esensialMeningkatkan
KIE kepada ibu dan keluarga melalui pemanfaatan buku KIA
• Melakukan sosialisasi terkait tanda atau gejala TN kepada kader dan tokoh
masyarakatMelakukan peningkatan kapasitas terkait penemuan kasusMenyusun
media KIE untuk masyarakat terkait TNMelakukan pendampingan dalam penemuan
kasusMelakukan pendampingan dalam kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) terkait peningkatan kesehatan anak (posyandu dan kelas ibu)
• Penemuan suspek dan kematian TN melalui skrining neonatus sakit dan
meninggal.
• Melibatkan kader dan anggota masyarakat lainnya dalam penemuan kasus
dan kematian akibat TN
• Melaporkan segera setiap suspek dan kematian TN melalui pelaporan List
kasus TN dan SKDR
• Investigasi suspek TN dan kematian TN Membuat peta desa risti TN
• Melaksanakan Rapid Community Assessment dan Rapid Convenience
Assessment
• Melaksanakan skrining status imunisasi tetanus pada ibu hamil dan WUS
serta melengkapinya hingga memiliki status imunisasi tetanus T5
• Melaksanakan upaya penguatan imunisasi rutin dengan melibatkan Camat,
Kepala Desa/Lurah, dan perangkat lainnya serta tokoh agama, tokoh
masyarakat dan pihak terkait lainnya Diseminasi hasil analisis investigasi
kepada program terkait termasuk Pokja KIA guna memantapkan tindakan
korektif/respons
4. INFORMASI APA SAJA YANG HARUS DIKUMPULKAN UNTUK MELENGKAPI LAPORAN TN?

Data/Informasi yang dikumpulkan pada saat investigasi


▪ Tempat dan tanggal lahir
▪ Tanggal dan usia kematian
▪ Usia gestasi/kehamilan
▪ Berat badan bayi lahir
▪ Persalinan di Fasilitas pelayanan kesehatan, jelaskan jika persalinan tidak dilakukan di
Fasilitas pelayanan kesehatan
▪ Status imunisasi ibu
▪ Pelayanan neonatal esensial termasuk pemotongan dan perawatan tali pusat
▪ Gejala yang timbul
▪ Faktor risiko lain (yang diperlukan untuk rekomendasi respon) seperti berapa lama ibu tinggal
di wilayah tersebut, frekuensi kegiatan pelayanan imunisasi di wilayah tempat tinggal, kegiatan
ANC, dan alasan-alasan mengapa tidak PAB jika ibu tidak menerima imunisasi tetanus
5. Apa rencana tindak lanjut dan rekomendasi saudara terkait kasus TN
tersebut?

• Meningkatkan kualitas pelayanan antenatal, persalinan dan


neonatal esensial di faskes layanan,
• Meningkatkan dan mempertahankan cakupan status imunisasi TT
sd TT lengkap,
• Melaksanakan upaya penguatan imunisasi rutin, mencabut status
KLB TN
REKOMENDASI
1. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN RESPON/TINDAKAN KOREKTIF SEGERA SETELAH KEGIATAN ANALISIS
HASIL INVESTIGASI.

2. PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT OLEH PROGRAM TERKAIT SESUAI HASIL ANALISIS INVESTIGASI.

3. DISEMINASI HASIL ANALISIS INVESTIGASI KEPADA PROGRAM TERKAIT TERMASUK POKJA KIA GUNA
MEMANTAPKAN TINDAKAN KOREKTIF/RESPONS.

4. MONITORING DAN EVALUASI SURVEILANS TN.

5. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DAN PEMENUHAN LOGISTIK ESENSIAL, SELAIN PERBAIKAN PROSES-
PROSES YANG TERKAIT DENGAN KEBIJAKAN, SISTEM KESEHATAN, DAN PERAN SERTA LINTAS SEKTOR.

6. PENYUSUNAN LAPORAN TAHUNAN SURVEILANS TN SECARA BERJENJANG PROVINSI, KAB/KOTA DAN PUSKESMAS
REKOMENDASI
REKOMENDASI HASIL ANALISIS INVESTIGASI DAPAT DIBERIKAN, SEBAGAI BERIKUT :
1. IMUNISASI
• MENINGKATKAN DAN MEMPERTAHANKAN CAKUPAN IMUNISASI RUTIN TETANUS YAITU 3 DOSIS
DPT-HB-HIB SAAT BAYI DAN 1 DOSIS DPT-HB-HIB SAAT BADUTA, DT DAN TD PADA ANAK USIA
SEKOLAH DASAR/MADRASAH SERTA TD BAGI WUS YANG TINGGI DAN MERATA, MELALUI UPAYA-
UPAYA PENGUATAN IMUNISASI RUTIN YAITU:
a. MELAKUKAN PENYUSUNAN MIKROPLANING PROGRAM IMUNISASI DI SETIAP TINGKATAN
MELIBATKAN LP/LS TERKAIT
b. MELAKUKAN UPAYA PELACAKAN BAYI DAN BADUTA YANG BELUM/TIDAK LENGKAP STATUS
IMUNISASINYA (DEFAULTER TRACKING) DAN MENINDAKLANJUTINYA DENGAN MELAKSANAKAN
IMUNISASI KEJAR ATAU CATCH UP UNTUK MELENGKAPI STATUS IMUNISASI SASARAN
c. MENINGKATKAN SKRINING STATUS T PADA WUS TERUTAMA CALON PENGANTIN DAN IBU HAMIL
KEMUDIAN MELENGKAPI STATUS IMUNISASINYA DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TD HINGGA
MEMILIKI STATUS IMUNISASI T5 AGAR MENDAPATKAN MASA PERLINDUNGAN YANG OPTIMAL
REKOMENDASI
d. MENINGKATKAN KUALITAS DATA PROGRAM IMUNISASI DI TINGKAT PROVINSI,
KABUPATEN/KOTA, SERTA PUSKESMAS DAN TEMPAT PELAYANAN LAINNYA
TERMASUK POSYANDU
e. MELAKUKAN ANALISIS DAN PEMANFAATAN DATA PWS TERINTEGRASI DENGAN
SURVEILANS, KIA DAN PROMKES YANG SECARA RUTIN DIDISEMINASIKAN MELALUI
MINI LOKAKARYA TINGKAT PUSKESMAS MAUPUN KECAMATAN
f. MEMASTIKAN PENGELOLAAN RANTAI DINGIN VAKSIN YANG EFEKTIF SESUAI
DENGAN PROSEDUR
g. MEMASTIKAN KETERSEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS DAN
DALAM JUMLAH YANG MEMADAI
h. MELAKUKAN UPAYA PENGUATAN SURVEILANS KIPI DENGAN MEMASTIKAN
PENCATATAN DAN PELAPORAN BERJALAN SESUAI PROSEDUR SERTA TERSEDIA
SISTEM RUJUKAN YANG TERKOORDINASI DENGAN BAIK
i. MENGOPTIMALKAN UPAYA PEMANTAUAN DAN EVALUASI DENGAN MELIBATKAN
LP/LS TERKAIT
REKOMENDASI
2. PROGRAM KIA
a. MELAKUKAN PEMETAAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL, PERSALINAN DI FASYANKES,
KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP (KN LENGKAP) DAN KASUS TN
b. MENINGKATKAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL, PERSALINAN DI FASYANKES, KUNJUNGAN
NEONATAL LENGKAP (KN LENGKAP)
c. MEMASTIKAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN MAMPU MEMBERIKAN PELAYANAN PERSALINAN
SESUAI STANDAR
d. MELAKUKAN PEMETAAN ALAT PEMOTONG TALI PUSAT DAN PERAWATAN TALI PUSAT PADA KASUS
TN (PERALATAN DAN PENGOBATAN)
e. MEMASTIKAN PERAWATAN TALI PUSAT SESUAI DENGAN STANDAR PEDOMAN PELAYANAN
KESEHATAN NEONATAL ESENSIAL
f. MENINGKATKAN KIE KEPADA IBU DAN KELUARGA MELALUI PEMANFAATAN BUKU KIA
REKOMENDASI
3. SURVEILANS
a. PENINGKATAN CAPAIAN LAPORAN NIHIL MINGGUAN
b. PENINGKATAN SENSITIVITAS PENEMUAN KASUS DAN KECEPATAN
KELENGKAPAN INVESTIGASI
c. OPTIMALISASI ANALISIS DAN PEMAMFAATAN DATA SECARA RUTIN OLEH
PENGELOLA PROGRAM, PEMANGKU KEBIJAKAN DAN LS TERKAIT
d. OPTIMALISASI MONITORING DAN EVALUASI SERTA UMPAN BALIK SECARA
BERJENJANG
4. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus
a. Melakukan sosialisasi terkait tanda atau gejala TN kepada kader dan tokoh masyarakat
b. Melakukan peningkatan kapasitas terkait penemuan kasus
c. Menyusun media KIE untuk masyarakat terkait TN
d. Melakukan pendampingan dalam penemuan kasus
e. Melakukan pendampingan dalam kegiatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
terkait peningkatan kesehatan anak (posyandu dan kelas ibu)
REKOMENDASI
5. PUSKESMAS
a. MENINGKATKAN AKSES DAN KUALITAS PELAYANAN PELAYANAN ANTENATAL, PERSALINAN DI
FASILITAS KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL ESENSIAL
b. PENEMUAN SUSPEK DAN KEMATIAN TN MELALUI SKRINING NEONATUS SAKIT DAN MENINGGAL.
c. MELIBATKAN KADER DAN ANGGOTA MASYARAKAT LAINNYA DALAM PENEMUAN KASUS DAN KEMATIAN
AKIBAT TN
d. MELAPORKAN SEGERA SETIAP SUSPEK DAN KEMATIAN TN MELALUI PELAPORAN LIST KASUS TN DAN
SKDR
e. INVESTIGASI SUSPEK TN DAN KEMATIAN TN
f. MEMBUAT PETA DESA RISTI TN
g. MELAKSANAKAN RAPID COMMUNITY ASSESSMENT DAN RAPID CONVENIENCE ASSESSMENT
h. MELAKSANAKAN SKRINING STATUS IMUNISASI TETANUS PADA IBU HAMIL DAN WUS SERTA
MELENGKAPINYA HINGGA MEMILIKI STATUS IMUNISASI TETANUS T5
i. MELAKSANAKAN UPAYA PENGUATAN IMUNISASI RUTIN DENGAN MELIBATKAN CAMAT, KEPALA
DESA/LURAH, DAN PERANGKAT LAINNYA SERTA TOKOH AGAMA, TOKOH MASYARAKAT DAN PIHAK
TERKAIT LAINNYA
j. DISEMINASI HASIL ANALISIS INVESTIGASI KEPADA PROGRAM TERKAIT TERMASUK POKJA KIA GUNA
MEMANTAPKAN TINDAKAN KOREKTIF/RESPONS

Anda mungkin juga menyukai