Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN DI

KOMUNITAS, POLINDES, BPS,


POSYANDU
Di susun oleh :
1. Annisa wulandari (2281A0072)
2. Citra angelina sholiyah (2281A0114)
Standar Pelayanan Minimal Asuhan antenatal Di Komunitas, BPS,
Polindes, Posyandu.

Pengertian Asuhan Antenatal


ANC adalah periksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental
dan fsik ibu hamil, sehingga, mampu menghadapi persalinan, ni as,
persiapkanpemberian ASI, dan kehamilan kesehatan reproduksi secara wajar
Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan
kebutuhan, sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat
lahir dengan sehat.
Tujuan Khusus
• Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
• mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
• Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan.
• Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi.
• Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI ekslusif
 STANDAR PELAYANAN ANTENATAL DI
KOMUNITAS

Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas merupakan bagian dari


ruang lingkup pelayanan kebidanan yaitu standar 3 sampai standar 8.
• Standar 3 identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota
keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya secara
dini dan secara teratur
•  Standar 4 Pemeriksaan Dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi


anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi
HIV ,memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta
tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. mereka harus dapat mencatat
data yang tepat pada setiap kunjungan. bila ditemukan kelainan, mereka harus
mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan
selanjutnya.
• Standar 5 palpasi abdominal
 Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi
untuk meperkirakan usia kehamilan. bila umur kehamilan bertambah,memeriksa
posisi, bagian terendah, msuknya kepala ke dalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

• Standar 6 pengelolaan anemia pada kehamilan


 Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Standar 7 pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan


 Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah padakehamilan dan
mengenali tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
• 8. Standar persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami dan keluarganya
pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan
suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan
gawat darurat.

STANDAR MINIMAL ASUHAN ANTENATAL 14T


Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu 14 T, meliputi :
1. Timbang berat badan T1
ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. kenaikan berat badan normal pada waktu
hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.
2. ukur tekanan darah T2
Tekanan darah yang normal 110/80-140/90 mmhg, bila melebihi dari 140/90 mmhg perlu
diwaspadai adanya preeklamsi.
3. Ukur tinggi fundus uteri T3
Untuk memantau perkembangan janin.
4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan T4
Diberikan untuk mencegah anemia dalam kehamilan. Setiap tablet mengandung FeSO4 320mg (zat
besi 60mg) dan asam folat 500mg. pemberian dimulai dengan dosis satu tablet sehari pada saat ibu
tidak merasa mual, dan pemberian selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet.
5. Pemberian imunisasi TT T5
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angkakematian bayi atau
neonatus yang disebabkan oleh tetanus TT1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT2 setelah
4 minggu dari TT1 diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum dalam
kurun waktu 3 tahun.
6. Pemeriksaan Hb T6
7. Pemeriksaan VDRL T7
8. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara T8
9. Pemeliharaan tingkat kebugaran/senam ibu hamil T9
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan T10
ditujukan untuk ibu hamil dengan msalah kesehatan atau komplikasi yang memerlukan rujukan
yang dimaksudkan untuk memberikan konsuultasi atau melakukan kerja sama penanganan
11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi T11
12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi T12
13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok T13
14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria T14
STANDAR ALAT ANTENATAL
Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi perlatan steril dan tidak steril,
bahan-bahan habis pakai, formulir yang disediakan dan obat-obatan.
STANDAR ALAT ANTENATAL
A. Peralatan Tidak Steril
Timbangan dewasa Refleks hammer Reagen untuk
Pengukur tinggi badan  Pita pengukur lingkar pemeriksaan urine

Sphigmomanometer (ten lengan atas Tempat Sampah


simeter) Pengukur Hb
Stetoskop Metline
Funduskup  Bengkok
Termometer aksila Handuk Kering
Pengukur waktu Tabung Urine
Senter Lampu spiritus
STANDAR ALAT ANTENATAL
B. Peralatan Steril
Bak Instrumen
Spatel Lidah
Sarung Tangan
Spuit (Jarum)
STANDAR ALAT ANTENATAL
C. Bahan Habis Pakai
Kasa bersih
Kapas
Alkohol 70%
Larutan Klorin
STANDAR ALAT ANTENATAL
C. Bahan Habis Pakai
Kasa bersih
Kapas
Alkohol 70%
Larutan Klorin
STANDAR ALAT ANTENATAL
D. Formulir Yang Disediakan
Buku KIA
Kartu status
Formulir rujukan
Buku register
Alat tulis kantor
Kartu penapisan dini
Kohort ibu/bayi
STANDAR ALAT ANTENATAL
E. Obat-obatan
Golongan robontia (vit b6 dan b kompleks)
Tablet zat besi
Vaksinn TT
Kapsul Yodium
Obat KB
Asuhan intranatal di komunitas

Tujuan Asuhan Intranatal


a.Memastikan persalinan yang telah direncanakan
b.Memast ikan persiapan persalinan bersih, aman, dan dalam suasana
yang menyenangkan
c.Mempersiapkan transportasi, serta biaya rujukan apabila
diperluka
STANDAR MINIMAL PELAYANAN INTRANATAL

• Standar 9 :Asuhan Persalinan Kala Satu


Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.
Pernyataan standar:
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai,kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang rnemadai, dengan
memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
C. Hasil yang diharapkan :
lbu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bia
diperlukan.
Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih
Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau hayi akibat partus lama.
D. Persyaratan
• Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan
dan kelahiran.
• Bidan mendampingi jika ibu sudah mulas/ketuban pecah.
• Bidan telah trampil dan terlatih
• Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa sarung tangan
DTT/steril.
• Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman, seperti air
bersih, sabun, handuk yang bersih, dua handuk/kain hangat yang bersih satu untuk
meneringan bayi yang Jain dipakai kemudian), pembalut wamta dan tempat plasenta
• Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
• Menggunakan KMS Ibu Hamil/ KIA, partograf dan kartu 1bu.
• Sistem rujukan untuk Kegawat Daruratan Obstetri yang efektif.
E. Tindakan yang harus dilakukan bidan adalah:
• Mengijinkan ibu'inemilih orang yang akan mendampi.nginya selama proses persalinan dan
kelahiran.
• Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah mulai/ketuban pecah.
• Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-
betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan
pasien.
• Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap.
• Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap (dengan '.11emberi.ka perhatian terhadap
tekanan darah, denyut Jantung Janm (DJJ), frekuensi dan lama kontraksi dan apakah ketuban
pecah).
• Lakukan pemeriksaan dalam secara aseptik dan sesuai dengan kebutuhan.
• Dalam keadaan normal periksa dalam cukup setiap empat jam dan harus selalu aseptik.
• Jangan melakukan periksa dalam jika ada perdarahan dari vagina yang lebih banyak dariju
mlah normal bercak darah/ show yang ada pada persalinan.
• Catat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada kartu ibu dan partograf
pada saat asuhan di berikan.
• Catat semua temuan dan pemeriksaan pada fase laten persalinan pada kartu ibu dan catatan
kemajuan persalinan. Ibu harus di evaluasi sedikitnya setiap 4 jam , lebih sering jika di
indikasikan.
• Catat semua temuan pada partograf dan kartu Ibu pada saat ibu mulai merasakan sakit/ tanda mau melahirkan
sampai dengan fase aktif pembukaan 4 cm atau lebih.
• Lengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Partograf adalah alat untuk mencatat
dan menila kemajuan persalinan, clan kondisi ibu dengan janin.
• Memantau dan mencatat denyut jantung janin sedikitnya setiap 30 menit selama proses persalinan, jika ada
tanda­tanda gawat janin (DJJ kurang dari 120kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit), harus di lakukan setiap
15menit.
• Melakukan dan mencatat pada partograf hasil pemeriksaan setiap jam (lebih sering jika ada indikasi medis).
Periksa dalam setiap 4 jam atau jika ada indikasi medis).
• Catat pada partograf :kontraksi uterus setiap 30 menit pada fase aktif. Palpasi jurnlah clan lamanya kontraksi
selama 10 menit.
• Catat pada partograf dan amati penurunan kepala janin dengan palpasi abdomen setiap 4 jam dan teruskan
setiap periksa dalam.
• Pantau dan catat pada patograf
• Tekanan darah setiap 4 jam lebih sering jika ada komplikasi
• Suhu setiap 2 jam lebih sering jika ada tanda atau gejala infeksi
• Nadi setiap setengah jam
• Minta ibu hamil agar sering buang air kecil sedikitnya setiap 2 jam.
• Anjurkan ibu untuk mandi dan tetap aktif bergerak seperti biasa, dan memilih posisi yang di rasakan nyaman,
kecuali jika belum terjadi penurunan kepala sementara ketuban sudah pecah
• Selama proses persalinan , anjurkan ibu untuk cukup minum guna menghindari
dehidrasi dan gawat janin.
• Selama persalinan, beri dukungan moril dan perlakuan yang baik dan peka
terhadap kebutuhan ibu hamil, suami/ keluarga/orang terdekat yang
mendampingi.
• Jelaskan proses persalinan yang seringterjadi pada ibu,suami dan keluarganya.
• Jelaskan proses persalinan yang seringterjadi pada ibu,suami dan keluarganya
• Saat proses persalinan berlangsung, bersiaplah untuk menghadapi kelahiran bayi
• Lakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Standar 10 :Persalinan Kala Dua yang Aman
a.Tujuan :
Memastikan persalinan yang.bersih dan aman untuk ibu dan bayi
b.Pernyataan standar:
Menggunakan mengu rangi kejadian perdarahan pasca persalinan, mempercepat untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
c.Persyaratan yang harus diketahui bidan dan pasien:
• Bidan di panggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah.
• Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman
• Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan dalam keadaan desinfeksi
tingkat tinggi/steril.
• Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman
• Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
• Menggunakan KMS Ibu hamilBuku KIA, Kartu Partograf.
• Sistem rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obstetri yang efektif.
d.Tindakan yang harus dilakukan bidan adalah:
• Menghargai ibu selama proses persalinan.
• Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran,
• Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
• Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
• Bantu ibu mengambil posisi yang paling nyaman baginya.
• Pada kala dua anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan.
• Pada kala dua fase aktif, dengarkan DJJ setiap 5menit setelah his berakhir.
• Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya ke arah luar
• Pakai sarung tangan DTT,saat kepala bayi kelihatan .
• Jika ada kotoran keluar dari rektum bersihkan dengan kain bersih.
• Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya di antara his.
• Begitu kepala hayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar.
• Begitu bahu sudah pada posisi anterior -posterior yang benar, bantulah persalinan dengan cara yang tepat.
• Segera setelah lahir, periksa keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang
hangat,
• Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klemdua tempat, lalu potong di antara dua klem
dengan gunting tajam steril/ DTT.
• Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.
• Menghisap lendir dari jalan nafas bayi tidak selalu di perluka.
• Memulai langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala III
• Segera sesudah plasenta di keluarkan, periksa apakah terjad laserasi pada vagina atau perineum
• Perkiraan jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat perdarahan sulit di ukur clan sering di
perkirakan lebih sedikit).
• Bersihkan perineum dengan air matang dan tutupi dengan kain bersih/ telah di jemur.
• Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu
• Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk di beri ASI
• Catat semua temuan dengan seksama
Standar 11:Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

a. Tujuan :Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek
kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta
b. Pernyataan standar: Bidan melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan
benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
c.Hasil yang diharapkan :
• Menurunkan terjadinya perdarahan yang hilang pada persalinan aktif kala III.
• Menurunkan terjadinya antonia uteri
• Memperpendek waktu persalinan kala III
• Menurunkan terjadinya perdarahan post partum akibat salah penanganan kala lIl
d. Persyaratan :
• Bidan sudah terlatih dan trampil dalam melahirkan plasenta secara lengkap dengan melakukan
penatalaksanaan aktif persalinan kala III secra benar.
• Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan plasenta,termasuk air bersih,larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi,sabun dan handuk yang bersih untuk cuci tangan,juga tempat
untuk plasenta.
• Bidan seharusnya menggunakan sarung tangan DTT atau steril
• Tersedia obat-obat oksitosin dan metode yang efektif untuk penyirnpanan dan pengirimannya
yang dijlankan dengan baik
• Sistem rujukan untuk perawatan kegawat-daruratan obstetri yang efektif.
e.Langkah -langkah yang harus dilakukan Bidan adalah :
• Berikan penjelan pada ibu,sebelum melahirkan tentang prosedur penatalaksanaan aktif
persalinan kala III
• Masukan oksitosin 10 lU lewat IM kedalam alat suntiksteril menjelang persalinan.
• Setelah bayi lahir (lihat standart 10 ),tali pusat diklem di dua tempat.lalu dipotong diantara 2
klem dengan gunting tajam steril atau DTT.
• memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan ganda.
• tunggu kontraksi uterus ,lakukan penegangan tali pusat terkendali sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kearah punggung ibu ,atau kearah atas ( dorsal karnial).
• bila plasenta belum lepas setelah melaku.kan penatalaksanaan aktif kala III dalam waktu 15 menit:
ulangi 10 unit oksitosin IM
periksa kandung kemih ,melakukan katerisasi bila perlu
berita tahu keluarga tmtuk persiapan merujuk
teruskan melakukan penatalaksanaan aktif kala III selam 15 lagi
rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit.
• setelah plasenta tampak pada vulva ,teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati.
• segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan Jakukan masas uterus supaya berkontraksi
• sambil melakukan masase fundus uteri,periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan
lengkap
• perkirakan jurn lah kehilangan darah secara akurat
• bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tutup dengan pembalut wanita/kain bersih/telah dijemur
• periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan dengan seksama
• berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu
• catat semua perawatan dan temuan dengan seksama
Standar 12: Penanganan Kala II Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomy
a. Tujuan :
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat jan in pada saat kepala
janin meregangkan perineum.
b.Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakuka n
episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
c. Hasil yang diharapkan adalah :
• Penurunan kejadian asfiksia neonatus berat
• Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua.
d. Persyaratan :
• Bidan sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomy dan menjahit perineum secara benar
• Tersedia sarung tangan/alat/perlengkapan untuk melakukan episiotomy, termasuk gunting tajam yang
steril/DTT, dan alat/bahan yang steril untuk penjahitap.
• Menggunakan kartu ibu, partograf dan buku KIA.
e. Langkah-langkah yang harus dilakukan bidan adalah :
• jika ada tanda gawat janin berat dan kepala sudah terlihat divulva, episiotomy
mungkin salah satu dari beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh
bidan untuk menyelamatkan bayi.
• Yang harus di ingat bidan adalah :
• Gawat janin pada kala satu selalu memerlukan rujukan segera
• Episiotomy hanya bermanfaat pada kala dua, ketika perineum sudah
meregang dan kepala sudah tampak divulva. Jika kepala masih tinggi ibu
segera dirujuk, kecuali bidan terlatih dan terampil dalam melakukan ekstrasi
vakum.
• Melakukan dorongan pada fundus adalah berbahaya dan tidak akan
mempercepat proses persalinan
• Tanda-tanda gawat janin :DJ] dibawah 120 kali/menit atau diatas 160
kali/menit atau DH tidak segera kembali normal setelah his.
Pelaksanaan Intranatal

1. a. Persiapan ibu dan keluarga menjelang persalinan • BH menyusui


Persiapan ibu dan keluarga menjelang persalinan • Pembalut
Adapun persiapan ibu dan keluarga.
• Satu handuk
• Baskom besar
• Sabun
• Tempat ember untuk penyediaan air
• Waslap
• Tempat untuk ari-ari
• Perlengkapan pakaian bayi
• Tempat untuk cuci tangan + sabun + handuk kering
• Selimut bayi
• Baju gantii ibu
• Kain halus atau lunak untuk mengeringkang dan
• 2 kain Panjang membungkus bayi
b. Persiapan Bidan
• Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai
• Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan kelahiran bayi.
• Persiapan perlengkapan, bahan -bahan dan obat-obatan yang diperlukan.
• Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya.
• Memberikan asuhan sayang ibu.

2. Pelayanan persalinan
Setelah bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai maka biclan tetap memperhatikan kebutu han
ibu selama proses persalinan berlangsung sebagai berikut.
• Upayakan proses persalinan berlangsung dengan lancar dan aman
• Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat terkendali.
• Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
STANDAR TEMPAT PELAYANAN IIINTRANATAL DIKOMUNITAS

1. Kondisi tempat persalinan


a. Ruangan atau lingkungan ctimana proses persalinan akan berlangsung harus memiliki:
b. Tersedia ruangan yang bersih, cukup luas dan layak
c. Tersedianya Ternpat tidur yang layak untuk proses persalinan
d. Tempat nyaman dan lebih rileksbaik bagi penolong maupun ibu bersalin
e. Terdapat sumber air bersih, air panas dan air dingin
f. Tersedianya penerangan yang baik
g. Terdapat fasilitas telepon yang bisa diakses untuk menghubungi ambulanjika diperlukan
saat melakukan rujukan
h. Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh berlebihan
Tempat pelayanan persalinan.
Di rumah ibu bersalin
Yang perlu diperhatikan bidan untuk pelaksanaan persalinan di rumah sebagai berikut :
Bidan tetap mengawasinya dengan sabar pada waktu ibu menunjukkan tanda-tanda mulainya
persalinan dan tidak melakukan tindakan j ika tidak indikasi.
Bidan menenangkan ibu agar kontraksi rahirn teratur dan adekuat, sehingga persalinan
berjalan lancar.
Kala pengeluaran bayi hendak.nya jangan terburu-buru, karena dapat menyebabkan robekan
pada jalan lahir dan terjadinya perdarahan pasca-persalina n sebab rahim tidak bisa
berkontraksi dengan baik
Setelah bayi lahir,penolonghendaknya jangan memijat-mijat rahim atau menarik tali pusat
dengan maksud melepaskan dan melahirkan uri, tunggulah dengan tenang.
Jika terjadi perdarahan setelah uri lahir, berilah obat penguat kontraksi rahim, karenabiasanya
perdarahan itu disebabkan rahim yang berkontraksi lemah.
Bidan hendaknya memeriksakan kembali ibu bersalin sebelum meninggalkan rumahnya.
STANDAR TEMPAT PELAYANAN IIINTRANATAL DIPOLINDES
Polindes, atau kepanjangan dari pondok bersalin desa, adalah salah satu bentuk partisipasi atau peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
termasuk KB yang mana tempat dan lokasinya berada di desa.
polindes dalam pelaksanaan pelayanannya sangat tergantung pada keberadaan bidan. Hal inikarena pelayanan di
polindes merupakan pelayanan profesi kebidanan.
beberapa makna polindes sebagai berikut:
• Polindes merupakan bentuk peran serta masyarakat di bidangkesehatan ibu dan anak (KIA), termasuk KB.
• Pollndes sebagai bentuk peran serta masyarakat, secara organisatoris berada di bawab Seksi 7 LKMD;
namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas, karena bidan dalam
menjalankan tugasnya di desa merupakan bagian dari perpanjangan tangan puskesmas.
• Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk pelayanan KIA,
termasuk lempat untuk pertolongan persalinan, yang dilengkapi dengan sarana air bersih.
• Mengingat tanggung-jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan operasional berasal dari
masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat. melalu i wadah LKMD.
• Dalam memberikan pelayanan pertolongan persalinan di polindes, bidan di desa memanfaatkannya
untuk membina kemitraan dukun bayi dengan bidan, dalam melakukan pembinaan persalinan "3
bersih" bagi dukun bayi.
• Dengan adanya polindes, tidak berarti bahwa bidan di desa hanya memberikan pelayanan di dalam
gedung polindes. Bidan masihtetapmempunyaikewajiban untuk mengunjungi dukun yang
mempunyai ibu hamil bayi berisiko yang tidak melakukan pemeriksaan ulangan, sasaran yang
belum memeriksakan diri, mendatangi dukun hayi yang tidak pernah datang ke polindes dan tugas-
tugas luar gedung lainnya.
Pengembangan polindes merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan sebagi berikut. .
• Kesenjangan geografis dalam memperoleh pertolongan persalinan yang aman dan bersih.
• Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, serta perilaku hidup sehat pada umumnya
• Kesenjang an social budaya antara petugas kesehatan dan masyarakat yang dilayaninya.
• Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan pelayanan kebidanan profesiona1. melalui wadah
LKMD. Maka diharapkan sasaran dapat menjangkau pelayanan yang dibutuhkan.
• Kesenjangan dalam memperoleh pelayanan rujukan.
STANDAR TEMPAT PELAYANAN II
INTRANATAL DIPOLINDES
Pelayanan persalinan ditempat praktik bidan dilaksanakan sesuai dengan standar sebagai berikut :
1. Asuhan Persalinan Kala I
• Dimulai dari his pembukaan yang pertama sampai pembukaan serviks lengkap his lambat
laun menjadi kuat. Interval panjang lebih pendek. lamanya kala 1 untuk :
 Primi 12 - 14jam tapi tidak melebihi 16 jam
 Multi adalah 7 - 9 jam dan tidak melebihi 11jam. Proses membukanya serviks sebagai
akibat dari his dibagi menjadi 2 fase yaitu :
o fase laten berlangsung selama 8jam, pembukaan serviks terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter < 4 cm.
o fase aktif berlangsung selama 7 jam. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus secara
umum meningkat, serviks membuka dari 4 cm ke 10 cm.
Fase aktif dibagi menjadi tiga periode :
o Periode Akselarasi yaitu dimulai dari pembukaan 3 - 4 cm lamanya 2 jam
o Periode Dilatasi maksimum yaitu dimulai dari pembukaan 4-9 cm lamanya 2 jam
o Periode deselerasi yaitu dimulai dari pembukaan 9 - 10 cm lamanya 2 Jam.
Langkah -langkah yang hams di laluiseperti yang dijabarkan di
bawah ini:

o Melakukan penilaian secara tepat kapan persalinan dimulai


o Mampu memberikan asuhan yang memadai denga·n
memperhatikan kebutuhan ibu.
o Terampil dalam melakukan pertolongan persalinan
o Menghargai hak dan pribadi ibu serta tradisi setempat.
o Mengizinkan adanya pendamping.
Langkah-langkah asuhan intranatal kala I meliputi :
Mengizinkan ibu memilih pendamping persalinan;
Bidan harus segera datang kerumah ibu apabila dipanggil;
Memperhatiakan proses pencegahan infeksi;
Melakukan anarnnesissecara lengkap tentangkehamilan ibu;
Melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap;
Melakukan pemeriksaan dalam sesuai kebutuhan/ indikasi;
Melakukan peman tauan kemajuan persali nan menggunakan partograf;
Dokumentasikan secara lengkap semua kejadian dalam lembar observasi clan partograf;
Berikan dukungan moral pada ibu,suami, dan keluarga;
Libatkan keluarga secara aktif dalam proses persalinan;
Jelaskan proses persalianan yang sedang berlangsung dan beritahu setiap kemajuan;
Lakukan manajemen nyeri non farmakologi (masase punggung, relaksasi, dan lain-lain);
Lakukan persiapan untuk pertolongan persalinan .
2. Asuhan Persalinan Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm ) sampai lahirnya bayi, gejala utama kala II adalah :
o His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 40-50 detik.
o Pasien mulai meneran.
o Kepala sudah sampai di bawah panggul, perineum menonjol, vulva membuka dan rectum terbuka .
o Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan l jam pada multi.
Adapun mekanisme persalina.nnya sebagai berikut :
o Fleksi dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil.
o Putaran paksi dalam,kepalayang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang
atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma
o pelvis dan tekanan intrauterine disebabkan oleh hisyang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi.
o Extensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah extensi.
o Putaran paksi luar, gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terja di untuk menyesuaikan
kedudukan kepala dengan punggung anak.
o Expulsi, setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang.
Manajemen asuhan persalianan kala II bertujuan untuk
memsatikan proses persalinan aman, baik untuk ibu dan bayi,
tugas yang harus dilakukan bidan dalam asuhan kala II adalah
sebagai berikut :
•Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman;
•Menghargai hak ibu secara pribadi;
•Menghargai tradisi setempat;
•Mengizinkan ibu untuk memilih pendamping persalianan;
Langkah-langkah asuahan intranatal kala II yaitu sebagai berikut :
(a) Berikan pendampingan clan hargai ibu selama proses persalinan;
(b) Memsatikan tersedianya ruangan dibutuhkan;
(c) Cuci tangan dengan air mengalir sebelum dan setelah melakukan tindakan;
(d) Bantu ibu untuk memilih posisi yang diinginkan;
(e) Kosongkan kantong kemih setiap 2 jam;
(f) Anjurkan ibu mengejan hanya jika ada dorongan ingin mengejan;
(g) Berikan pujian kepada ibu;
(h) Berikan minum yang mengandung gula, pada saat tidak ada his;
(i) Lakukan observasi ketat denyut jantung janin setiap tidak ada his,jika terjadi gawat janin
percepat persalinan dengan melakukan episiotomi;
j) Hindari peregangan vagina secara manual;
k) Lakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar normal (APN);
l) Apabila rektum ibu mengeluarkan feses, bersihkan dengan kain bersih;
m) Lakukan inisiasi menyusui dini;
n) Berikan injeksi fitamin K pada paha bayi;
o) Berikan salep mata pada bayi;
p) Dokumentasikan secara lengkap semua temuan;
Hal-ha!yangmenjadi perhatian bidan pada saatmemberikan asuhan intranatal kala II antara lain
sebagai berikut :
(a) Hindari untuk meminta ibu mengejan jika dalam posisi terlentang;
(b) Ingat tiga bersih, yaitu bersih alat, tempat persalinan, pengikat dan pemotong tali pusat;
(c) Pimpin ibu mengejan jika ada keinginan untuk mengejan;
(d) Hindari intervensi apabila tidak dibutuhkan;
(e) Terapkan konsep sayang ibu;
(f) Lakuakan pengambilan keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan.
3. Asuhan Persalinan Kala III
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya placenta. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri
ada di atas pusat. Pelepasan placenta hanya memakan waktu 6 - 15 menit. Lepasnya placenta sudah
diperkirakan dengan memperhatikan tanda - tanda, uterus globular, adanya semburan darah, dan tali pusat
memanjang.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh bidan dalam asuhan kala Ill yaitu
bidan sebagai penolong persalinan harus terlatih dan terampil melakukan manajemen aktif kala lll,
tersedianya peralatan dan perlengkapan manajemen aktif kala III dan pencegahan infeksi,
tersedianya obat-obatan dan metode efektif untuk penyimpanan ,
berjalannya sistem rujukan untuk kegawatdaruratan obstetri yang efektif.
Tujuan asuhan persalinan kala III adalah
a. Untuk membantu mengeluarkan plas enta dan selaput janin secara lengkap,
b. Untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca -salin,
c. Untuk memperpendek kala Ill,
d. Untuk mencegah terjadinya komplikasi,
e. Untuk mencegah terjadinya retensio pl asenta.
Yang perlu menjadi perhatian bidan pada saat memberikan asuhan intranatal kala
IIIadalah sebagai berikut :
a. Penyimpanan oksitosin harus didalam lemari pada suhu 2-80C dan hindarkan dari
paparan cahaya secara langsung.
b. Pada suhu 300C oksitosin dapat, bertahan selama 1 bulan dan pada suhu 400C
oksitosin dapat bertahan selama 2 minggu
c. Tidak dianjurkan untuk memberikan ergometrin atau metergin sebelum bayi lahir.
d. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah fundus naik dan berkontraksi dengan baik,
keluar darah dari vagina, serta tali pusat memanjang.
e. Pada saat melahirkan plasenta, jangan mendorong fundus dan menarik tali pusat
secara berlebihan.
f. Lakukan peregangan tali pusat dengan hati-hati
g. Hentikan peregangan tali pusat apabila ibu mengeluh nyeri atau tali pusat tertahan.
h. Apabila merasa tidak yakin plasenta dapat dilahirkan dengan lengkap, ikuti prosedur
tetap penatalaksanaan plasenta , bila perlu rujuk.
4. Asuhan Persalinan Kala IV
Dimulai setelah lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post partum dimaksudkan untuk
mengobservasi perdarahan post partum. Observasi y<mg dilakukan antara lain :tingkat kesadaran
penderita, pemeriksan tanda - tanda vital, kontaksi uterus, terjadinya perdarahan dan memeriksa
bayi.
Asuhan persalinan kala IV adalah asuhan persalinan yang meliputi
a. Pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
b. Kemungkinan akan terjadi perdarahan dan atonia uteri.
c. Kehilangan darah biasanya terjadi karena pelepasan plasenta dan robekan serviks dan
perinium..
Hal-hal yang herus diperhatikan pada asuhan persalinan kala IV adalah sebagai berikut :
d. Kontraksi uterus
e. Perdarahan
f. Kandung kemih
g. Adanya Iuka
h. Keadaan plasenta dan selaputnya harus lengkap
i. Tanda-tanda vital
j. Keadaan bayi
Kegawatan Persalinan
Beberapa Tindakan yang akan dilakukan bidan apabila menghadapi kasus
kegawat daruratan persalinan adalah sebagai berikut.
1. Jangan menunda untuk melakukan rujukan
2. Menali masalah dan memberikan instruksi yang tepat.
3. Selama proses merujuk dan menunggu Tindakan selanjutnya lakukan
pendampingan secara terus menerus.
4. Lakukan observasi vital sign secara ketat
5. Rujuk segara bila terjadi fetal distress
6. Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat Riwayat
kasus dengan singkat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai