Anda di halaman 1dari 32

ASKEB V

OLEH :
TRI NURBAITI
201813065

PRODI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2020

1
DAFTAR ISI

2
BAB I ASUHAN ANTENATAL DALAM KOMUNITAS
1.1 PENGERTIAN
pemeriksaan melihat dan Asuhan Antenatal : kehamilan untuk memeriksa keadaan ibu dan
janin yang dilakukan diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan selama kehamilan.

1.2 TUJUAN ASUHAN ANTENATAL 


Tujuan Umum 
Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan kebutuhan,
sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat. 
Tujuan Khusus 
 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan
perkembangan bayi
 Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin  
 Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan 
 Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi
 Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI Ekslusif
STANDAR PELAYANAN MINIMAL (10 T)
pelayanan pemeriksaan kéhamilan yang meliputi :
 Pengukuran tinggi badancukup 1 satu kali
Bila tinggi badan < 145cm, maka faktor risiko panggu melahirkan secara normal.
Penimbangan berat badan setiap kali periksa,
Sejak bulan ke-4 pertambahan BB paling sedikit 1 kg/bulan
 Pengukuran tekanan darah (tensi), Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmtg, ada faktor risiko hipertensi tekanan
darah tingg) dalam kehamilan.
 Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan
berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
 Pengukuran tinggi rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumhuhan janin
 Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut jantung janin
apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk panggul,
kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang
dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/ menit menunjukkan ada tanda GAWAT
JANIN, SEGERA RUJUK
 Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
oleh petugas untuk selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan tetanus
toksoid sesual anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada Ibu dan Bayi.
Tabel rentang waktu pemberian immunisasi TT dan lama perlindungannya:

Imunisasi Selang Waktu Minimal Lama Perlindungan


TT
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 >25 tahun

3
 Pemberian tablet tambah darah
dan ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah inimal selama 90 hari.
Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.
 Tes laboratorium :
1. Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan.
2. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia).
3. Tes pemeriksaan urine (air kencing).
4. Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria, HIV, Sifilis dan
lain lain. 
 Konseling atau penjelasan Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pence- gahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD),
nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada
bayi. 
Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.
 Tata laksana atau mendapatkan pengobatan, jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada
saat hamil.

1.3 STANDAR PELAYANAN ANTENATAL DI KOMUNITAS


 Identifikasi ibu hamil
 Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
 Palpasi abdomen
 Pengelolaan anemia pada kehamilan
 Pengelolaan dini pada kasus hipertensi kehamilan
 Persiapan persalinan
1.4 STANDAR ALAT ANTENATAL

Peralatan tidak steril


1. Timbangan dewasa
2. Pengukur tinggi badan
3. Sphygnomanometer
4. Stetoskop
5. Funandoskop
6. Termometer aksila
7. Pengukur waktu
8. Senter
9. Reflek hammer
10. Pita pengukur lingkar lengan atas
11. Pengukur HB
12. Metline
13. Bengkok
14. Handuk kering
15. Tabung urine
16. Lampu spirtus
17. Reagen untuk px urine
18. Tempat sampah
Peralatan steril
1. Bak instrumen
2. Spatel lidah
3. Sarung tangan

4
4. Spuit

Bahan-bahan habis pakai


1. Kassa bersih
2. Kapas
3. Alkohol 70%
4. Larutan klorin
Formulir buku KIA, Kartu status, stiker P4K, buku register, formulir rujukan

1.5 MANAJEMEN ASUHAN KEHAMILAN


Kunjungan Rumah
TM I : 1x
TM II :1x
TM III : 2 x

ASUHAN TM I (<12 mg)


 Menegakkan diagnosa
 Penapisan kebiasaan ibu yg kurang baik
 Penapisan penyakit penyerta
 Px BB
 Px tekanan darah Deteksi PMS termsuk HIV-AIDS
 Asam folat dan VIT D, B6 B12
 VIT A 700 U gram
 Siapkan psikologis
 Mengurangi keluhan
 Pemberian info sesuai temuan
 Deteksi dini komplikasi
 Libatkan kelurga
ASUHAN TM II (13-26 mg)
 Pemantauan BB
 px tekanan darah
 Px tinggi fundus uteri
 Palpasi abdomen
 Px lab
 Deteksi anemia
 Deteksi masalah psikologis
 Vaksin TT
 Mengurangi keluhan
 Asam folat dan kalsium, multivitamin dan suplemen
 Deteksi dini komplikasi
 Libatkan keluarga uteri

ASUHAN TM III (27-42 Mg)


 Pemantauan BB
 Px tekanan darah
 Px Tinggi fundus uteri
 Penentuan letak janin
 DJJ
 Deteksi psikologis
 Exercise
 Deteksi pertumbuhan janin

5
 Mengurangi keluhan
 Deteksi komplikasi
 Libtkan keluarga
 Persiapan laktasi
 P4K
 Kolaborasi USG
 Lakukan rujukan jika ada patologi

1.6 PERSIAPAN MELAHIRKAN (BERSALIN)


1. Tanyakan kepada bidan dan dokter tanggal perkiraan persalinan.
2. Suami atau keluarga mendampingi ibu saat periksa kehamilan.
3. Persiapkan tabungan atau dana cadangan untuk blaya persalinan dan biaya lainnya
4. Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama dan bersedia menjadi
pendonor jika diperlukan.
5. Suami, keluarga dan masyarakat. menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu dipertukan.
6. Rencanakan melahirkan ditolong oleh dokter atau bidan di fasilitas kesehatan.
7. Siapkan KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan Nasional dan keperluan lain unituk
ibu dan bayi yang akan dilahirkan
8. Untuk memperoleh Kartu JKN, daftarkan diri anda ke kantor BPIS Kesehatan setempat,
atau tanyakan ke petugas Puskesmas.
9. Pastikan ibu hamil dan keluarga menyepakati amanat persalinan dalam stiker P4K dan
sudah ditempelkan di depan rumah ibu hamil.
10. Rencanakan ikut Keluarga Berencana (KB) setelah bersalin. Tanyakan ke petugas
kesehatan tentang cara ber-KB

6
BAB II ASUHAN INTRANATAL
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalah pertolongan persalinan yang aman
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu doktersepesialis kebidanan, dokter umum
dan bidan.
Dengan memberikan asuhan intranatal yang tepat dan sesuai dengan standar, diharapkan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Pendekatan yang membutuhkan kemampuan analisis yang berhubungan dengan aspek sosial, nilai-
nilai dan budaya setempat

2.1 STANDAR PELAYANAN MINIMAL


1.Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudianmemberikan asuhan
dan pemantauan yang memadahi, denganmemperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung
2. Persalinan yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopandan penghargaan
terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
3. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantupengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap
4. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi.
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yanglama, dan segera
melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan diikuti dengan
penjahitan perineum

2.2 PERSIAPAN BIDAN


• Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan.
• Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan
kelahiran bayi.
• Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan pastikan
kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai
pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
• Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena jika terjadi
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan membahayakan
keselamatan ibu dan bayinya. Apabila itu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan
yang telah diberikan.
• Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional,membantu pengaturan
posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi,memberikan keleluasan untuk menggunakan kamar
mandi secara teratur,serta melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
denganteknik pencegahan infeksi

7
2.3 PERSIAPAN RUMAH DAN LINGKUNGAN
Ruangan atau lingkungan dimana proses persalinan akan berlangsung harus memiliki:
• Tersedia ruangan yang bersih dan layak 
• Terdapat sumber air bersih, air panas dan air dingin
• Tersedianya penerangan yang baik, ranjang sebaiknya diletakan ditengah-
tengah ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun kanan,dan cahaya sedapat mungkin
tertuju pada tempat persaalinan.
• Terdapat fasilitas telepon yang bisa diakses untuk menghubungi ambulan jika diperlukan
saat melakukan rujukan atau tersedianya mobil yang bisadigunakan saat diperlukan untuk
merujuk. Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh berlebihan, perlu
disiapkan juga lingkungan yang sesuai bagi bayi baru lahir dengan memastikan bahwa
ruangan bersih, hangat, pencahayaan yang cukup dan bebas dari tiupan angin. Apabila lokasi
tempat tingggal ibu di daerah pegunungan atau yang beriklim dingin, sebaiknya sediakan
minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan
menjaga kehangatan tubuh bayi.
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu : 
• Rumah cukup aman dan hangat
• Tersedia ruangan untuk proses persalinan
• Tersedia air mengalir
• Terjamin kebersihannya
• Tersedia sarana media komunikasi rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu dan syarat rumah
diantaranya :
• Ruangan sebaiknya cukup luas
• Adanya penerangan yang cukup
• Tempat nyaman
• Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan

2.4 PERSIAPAN ALAT/BIDAN KIT


Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di rumah : 
• Tensimeter
• Stetoskop
• Monokuler
• Jam yang mempunyai detik
• Termometer
• Partus set
• Heacting set
• Bahan habis pakai ( injeksi oksitosin, lidokain, kapas, kasa, detol/lisol)
• Set kegawatdaruratan
• Bengkok
• Tempat sampah basah,kering dan tajam
• Alat –alat proteksi diri
• Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi, bidan harus memastikan semua peralatan
sebelum dan sesudah memberikan asuhan.

8
• Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum menolong persalinan dan melahirkan
bayinya.
• Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan bersih dan siap pakai, partus set, peralatan
untuk melakukan penjahitan atau laserasi jalan lahir dan peralatan untuk rersusitasi sudah
dalam keadaan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

2.5 PERSIAPAN IBU DAN KELUARGA


Persalinan adalah saat yang menegangkan bahwa dapat menjadi saat yang menyakitkan dan
menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang
menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan sayang ibu selama proses persalinan.
Adapun persiapan ibu dan keluarga diantaranya:
• Waskom besar
• Tempat/ember untuk penyediaan air
• Kendi atau kwali untuk ari-ari
• Tempat untuk cuci tangan (air mengalir) +sabun+handuk kering
• Satu baju
• Dua kain panjang, satu untuk ibu dan satu untuk ditaruh diatas alas plastik atau karet.
• BH menyusui
• Pembalut
• Satu handuk 
• Sabun
• Dua waslap.
• Perlengkapan pakaian bayi
• Selimut bayi
• Kain halus atau lunak untuk mengeringkan dan membungkus bayi

-Asuhan Persalinan Kala I


Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan
persalinan yang bersih dan aman
Bidan perlu mengingat tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis
waspada atau ada kejadian penting lainnya 
-Asuhan Persalinan Kala II
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi. Bidan dapat
mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan
-Asuhan Persalinan Kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen
aktif kala III 
Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah kejadian perdarahan,
karena penyebab salah satu kematian pada ibu. 
-Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta
lahir.
Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan
persalinan kala IV. 

9
Kegawatdaruratan Persalinan
• Jangan menunda untuk melakukan rujukan
• Mengenali masalah dan memberikan instruksi yang tepat
• Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan pendampingan secara
terus menerus
• Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
• Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
• Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat kasus dengan
singkat

BAB III ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH


10
3.1 JADWAL KUNJUNGAN RUMAH
Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi
baru lahir dan untuk mencegah,  mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
a. Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan:
 Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia  uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
 Membenkan konseling pada ibu atau satah satu  anggota keluarga, bagaimana
mencegah perdarahan  masa nifas karena atonia uteri
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi
 Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus  tinggal dengan ibu dan bayi baru
lahir untuk 2 jam  pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi  dalam keadaan
stabil.
b. Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)
Tujuan:
• Memastikan involusi uterus berjalan normal,  uterus berkontraksi dengan baik, fundus di 
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal  atau tidak ada bau
• Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
• Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
• Memstikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
• Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar
tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah  persalinan)


Tujuan: sama dengan kunjungan II

d. Kunjungan IV ( 6 minggu setelah  persalinan)


Tujuan:
 Menanyakan pada ibu tentang penyulit  yang ia atau bayi alami
 Memberikan konseling untuk KB  secara dini.

3.2 MANAJEMEN IBU POST PARTUM


 Defenisi
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang  diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, 
sampai 6 minggu setelah kelahiran
 Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan  terstandar pada ibu segera setelah  melahirkan
dengan memperhatikan riwayat  selama kehamilan, dalam persalinan dan  keadaan segera
setelah melahirkan
 7 Iangkah manajemen
menurut Helen Vamey
1) Pengkajian
 Melakukan pemeriksaan awal postpartum
Meninjau catatan pasien:
 Catatan perkembangan antepartum dan intrapartum
 Berapa lama (jam/han) pasien postpartum
 Pesanan sebelumnya dan catatan perkembangan
 Suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah  postpartum

11
 Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan  tambahan
 Catatan obat-obat
 Catatan bidan/perawat
 Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu
 Mobilissi, buang air kecil, buang air besar, nafsu makan,
ketidaknyamanan/rasa sakit, kekhawatiran, hal yang tidak
jelas, makanan bayi, reaksi pada bayi, reaksi terhadp
proses melahirkan dan persalinan.

 Pemeriksaan fisik
 Tekanan darah, suhu badan, denyut nadi
 Tenggorokan, jika diperlukan
 Buah dada dan puting susu
 Auskultasi paru-paru, jika diperlukan
 Abdomen : kandung kencing, uterus, diastasis
 Lochea: wama, jumlah, bau
 Perineum: edema, inflamasi, hematoma,  pus, bekas luka episiotomi/robek
jahitan,  memar, haermorrhoid
 Ekstremitas : varises, betis apakah lemah  dan panas, edema, tanda-tanda
hodman,  refleks
2) Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu  postpartum
 Diagnosa
• Postpartum hari pertama
• Perdarahan nifas
• Sub involusio
• Anemia postpartum
• Pre eklampsia
• Post Sectio Caeseria
 Masalah
• Ibu kurang informasi
• Ibu tidak pernah ANC
• Keluhan mulas yang mengganggu rasa nyaman
• Buah dada bengkak dan sakit
 Kebutuhan
• Penjelasan tentang pencegahan infeksi
• Tanda-tanda bahaya
• Kontak dengan bayi sesering mungkin (bonding and attachment)
• Penyuluhan perawatan buah dada
• Bimbingan menyusui
• Menjelaskan tentang metode KB
• Imunisasi bayi
• Kehiasaan yang tidak bermanfaat bahkan dapat mambahayakan
3) Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
 Diagnose potensial
• Hipertensi postpartum
• Anemia postpartum
• Sub involusio
• Perdarahan postpartum
• Febris postpartum

12
• Infeksi postpartum
 Masalah potensial
• Potensial bermasalah dengan ekonomi
• Sakit pada luka bekas episiotomi
• Sakit kepala
• Mulas
4) Identifikasi tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan  segera oleh bidan atau dokter dan  atau
untuk dikonsultasikan atau  ditangani bersama dengan anggota  tim yang lain
sesuai dengan kondisi  pasien
5) Membuat rencana asuhan
Merencanakan asuhan menyeluruh  yang rasional sesuai dengan temuan  dan
langkah sebelumnya
6) Implementasi asuhan
• Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
• Kontak dini sesering mungkin dengan tenaga kesehatan
• Mobilsasi/istirahat baring di tempat tidur
• Pengaturan gizi (diet)
• Perawatan perineum
• Buang air kecil spontan/kateter
• Pemberian obat penghilang rasa sakit, bila diperlukan
• Pemberian obat tidur, bila diperlukan
• Pemberian obat pencahar, bila diperlukan
• Pemberian methergine, bila diperlukan
• Tidak dilanjutkan IV, jika diberikan
• Pemberian tambahan vitamin atau zat besi, atau keduanya, jika diperlukan
• Bebas dari ketidaknyamanan postpartum
• Perawatan buah dada
• Pemeriksaan laboratorium terhadap komplikasi, jika diperlukan
• Rencana KB
• Rh Immune globulin, jika diperlukan
• Rubella vaccine 0,5 cc, jika diperlukan
• Tanda-tanda bahaya Penjelasan tentang kebiasaan rutin yang tidak
bermanfaat bahkan membahayakan
7) Evaluasi Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum
terlaksana
3.3 POSR PARTUM GROUP
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya adalah dalam
bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara
satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum lainnya.
• Kebersihan diri (personal hygiene)
• Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi) minimal 2 kali sehari
• Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan sabun dan air
dari arah depan ke belakang
• Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2-3 kali sehari
• Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
membersihkan genitalia

13
• Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu untuk tidak
menyentuh daerah luka
Istirahat
• Sarankan ibu untuk beristirahat dengan cukup, sebaiknya ibu istirahat di saat
bayinya sedang tidur
• Sarankan ibu agar mengerjakan pekerjaan rumah pertahan-lahan
Gizi
• Nasi 200 gram (1 piring sedang)
• Lauk 1 potong sedang
• Tahu/tempe 1 potong sedang
• Sayuran 1 mangkuk sedang
• Buah 1 potong sedang
• Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
• Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
• Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
• Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
• Minum kapsul vitamin A

3.4 MENYUSUI
• Tanda-tanda ASI cukup
• Meningkatkan suplai ASI
• Perawatan payudara
 Lochea
 Involusi uterus
 Involusi uterus
 Senggama
 Keluarga berencana

BAB IV PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI DAN BALITA

14
4.1 PERAWATAN KESEHATAN BAYI
pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelayanan Kesehatan Bayi
Umur 3-5 bulan
Umur 6-8 bulan
Umur 9-11 bulan
Umur 29 hari-2 bulan
1. Pelayanan neonatal esensial dan tatalaksana neonatal
• Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan aman
• Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini 
• Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan
• Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
• Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir
• Membebaskan Jalan Nafas 
• Merawat tali pusat
• Pencegahan Kehilangan Panas
• Pencegahan infeksi
• Pemeriksaan fisik
• Imunisasi  
2. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada 0 – 28 hari (kunjungan
neonatus)
Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan
bayi juga memberikan konseling perawatan bayi kepada ibu.
3. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif
dan makanan pendamping ASI (MPASI)
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini
(IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI ekslusif setelahnya.
4. Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
5. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai dengan
obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada dokter

4.2 PEMANTAUAN KESEHATAN PADA BALITA


Faktor
• Keluarga Berencana
Dalam mempersiapkan anak yang berkualitas, maka sejak dari mulai terjadi pembuatan
sampai dianya menjadi dewasa haruslah dilakukan pemeliharaan dan penjagaan yang
seksama agar tumbuh kembang anak tersebut tidak mengalami kegagalan
• Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik Pada Anak
Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak, pemberian makanan yang bergizi
mutlak sangat diperlukan
• Pemberian Kapsul Vitamin A

15
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh
tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk
kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan
penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
• Pencegahan muntah dan mencret
• Pencegahan infeksi saluran
• Vaksinasi atau imunisasi pernapasan akut Posyandu

4.3 PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA/ DETEKSI DINI


Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
• Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
• Pengukuran lingkar kepala
Deteksi dini penyimpangan perkembangan
• Skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining
perkembangan (KPSP)
• Tes daya dengar
• Tes daya lihat
Deteksi dini penyimpangan mental omosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya masalah mental emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi 
4.4 IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap
infasi mikroorganisme (bakteri dan virus)
 Tujuan Imunisasi menguranggi angka penderitaan suatupenyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada penderitanya
 Macam-macam Imunisasi
1) Imunisasi Aktif. kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh
yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio
ataucampak.
• Imunisasi aktif alamiah adl kekebalan tubuh yang secara ototmatis di
peroleh sembuh dari suatu penyakit.
• Imunisasi aktif buatan adl kekebalan tubuh dapat dari vaksinasi
mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
2) Imunisasi Pasif
kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalantubuhnya di dapat
dari luar
• Imunisasi pasif alamiah adl antibodi yang di dapat seorang karena di
turunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
beradadalam kandungan.
• Imunisasi pasif buatan adl kekebalan tubuh peroleh karena suntikan
serumuntuk mencegah penyakit tertentu yang
 Jenis-jenis Imunisasi
• Imunisai BCG adalah memberi kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium
tuberculosisdengan cara menghambat penyebaran kuman.
• Imunisasi hepatitis B adalah pemberianvaksin hepatitis B ke tubuh bertujuan
memberi kekebalan dari penyakithepatitis.
• Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di
kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari
penyakit poliomelitis. Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.

16
• Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral)atau di
kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberikekebalan dari
penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empatkali dengan 4-6 minggu.
• Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberivaksin DPT
(difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan
memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri,pertusis,dantetanus. Pemberian
vaksin pertama pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu.
• Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada
anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat
di berikan pada usia 9 bulan secara subkutan, kemudian ulang dapat diberikan
dalam waktu interval 6 bulan atau lebih setelah suntikan pertama

BAB V PEMBINAAN KADER


5.1 KADER
 KADER

17
Tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat
dan sebagai pengerak atau promotor kesehatan.
 Kader Direktorat bina serta masyarakat departemen kesehatan RI (1992) memberikan
batasan "kader merupakan warga masyarakat yang dipilih dan ditinjau masyarakat dan
dapat bekerja secara sukarela melaksanakan kegiatan keluarga berencana di desa.
 WHO 1995
kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki/wanita yg dipilih oleh masyarakat dan dilatih
untuk menangani masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat.
Syarat menjadi kader posyandu
Syarat menjadi kader kesehatan itu sendiri adalah anggota masyarakat yang memenuhi kriteria
berikut : (Runjati, 2010)

Dipilih dan oleh Dalam Mau dan mampu Sebaiknya dapat Masih mempunyai
masyarakat melaksanakan bekerja secara membaca dan cukup waktu
setempat yang kegiatan sukarela menulis huruf untuk bekerja
disetujui dan bertanggung dimasyarakat
dibina oleh LKMD jawab pada disamping
masyarakat usahanya mencari
melalui LKMD nafkah

Berikut ini merupakan persyaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon
kader. (Efendi, 2009)
 Dapat membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia dengan baik
 Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
 Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan
 Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
 Berwibawa, dikenal masyarakat, dan dapat bekerja sama dengan masyarakat calon kader
lainnya
 Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan keadaan
kesehatan lingkungan

5.2 TUJUAN ADANYA KADER kESEHATAN


 Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan,
bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai
objek tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
 Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar
pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana dalam operasional pelayanan kesehatan akan
mendorong masyarakat memanfaatkan sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
 Menurut K. Santoso (1979), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa
ternyata mampu melaksanakan beberapa kegiatan yang sederhana tetapi tetap berguna
bagi masyarakat kelompoknya (Efendi Ferry dan Makhfudli, 2009: 288).
Tugas kader menurut WHO 1995 dibagi 3 kelompok:
1) tugas kader pada saat akan buka posyandu
a. menyiapkan alat timbangan bayi, KMS, alat peraga, alat ukur Lila untuk ibu
hamil dan bayi dan obat yang dibutuhkan (misal: Tab Fe, Vit A.Oralit, díl) dan
materi penyuluhan
b. Menggundang dan menggerakan masyarakat
c. Menghubungi kelompok kerja (POKJA) posyandu
d. Melaksanakan tugas kader posyandu dari persiapan maupun pelaksanaan 
2) Tugas kader pada hari buka posyandu
a. Meja 1: meja pendaftaran

18
b. Meja 2: penimbangan
c. Meja 3: pengisian KMS
d. Meja 4: penyuluhan
e. Meja 5: pelayanan
Hal penting yang perlu diperhatikan kader agar kegiatan di 5 meja dapat berjalan
dengan baik :
• selama menunggu makanan tambahan (PMT), dan mainan pada balita
• Untuk menghilangkan takut, penimbangan dilakuka dengan teknik bermain
• Lakukan penyuluhan kelompok sebelum pendaftaran
• Disiplin  waktu pada saat pembukaan posyandu
3) Tugas kader setelah membuka
memindahkan catatan pada KMS ke buku register atau buku bantu kader menilai
hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan berikutnya diskusi kelompok bersama ibu-
ibu kunjungan rumah, dan tindak lanjut
5.3 PERAN DAN MACAM KADER
• Merencanakan kegiatan seperti mawas diri, membahas hasil survai, menentukan masalah
dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan
masalahkesehatan bersama masyarakat dan pembagian jadwal tugas sesuai jadwal
• Melakukan komunikasi, memberikan informasi, dan motivasi serta demonstrasi
• Menggerakan masyarakat,mendorong masyarakat untuk gotong royong dan memberikan
informasi
• Memberikan pelayanan dg pemberian obat, mengumpulkan bahan pemeriksaan, mengawasi
dan melaporkan pendataan masyarakat
• Melakukan pencatatan
 KB/ jumlah PUS
 Kesehatan ibu dan anak , jmlah ibu hamil, vit A
 Imunisasi
 Gizi, data bayi atau ibu yang memiliki masalah gizi
 Diare , kecukupan oralit
• Melakukan pembinaan mengenai program KB dan lainnya
• Melakukan kunjungan rumah (keluarga binaan)
• Melakukan pertemuan kelompok
5.4 PEMBINAAN KADER KESEHATAN
 Pembinaan pada kader kesehatan akan tergantung pada tugas-tugas mereka, masalah yang
dihadapi, tingkat pembangunan yang sudah dicapai oleh masyarakat setempat serta
tingkat pendidikan terakhir mereka.
 Bagi para kader kesehatan masyarakat yang bekerja di pedesaan, mungkin saja lama
pelatihan yang mereka butuhkan adalah selama 6 hingga 8 minggu, tetapi mungkin saja
akan lebih lama lagi dari telah diperkirakan.
 Tentu saja pelatihan itu harus amat praktis dan juga dilakukan di wilayah pelayanan
kesehatan itu diberikan serta tempat dimana mereka tinggal dan akan bekerja. (Heru,
1993) yang
 Pembinaan kader kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan atau petugas
puskesmas dilakukan dengan cara sebagai berikut : (Kementerian Kesehatan RI, 2011)
• Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan
yang sedang dihadapi.
• Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah
potensial terjadinya penyakit.

19
• Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan
tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan
dengan berkoordinasi dengan pihak- pihak terkait.

5.5 PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP PELATIHAN KADER


 Pelatihan kader dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri yang berkoordinasi dengan
petugas kesehatan dan melibatkan sektor lain dibawah bimbingan dan pengawasan dari
puskesmas setempat.
 Materi yang diberikan pada kader dan dukun sama
 Metode yang digunakan: ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi, studi kasus, pemecahan
masalah, bermain peran, brain stroming/simulasi

BAB VI PENGEMBANGAN WAHANA /FORUM PERAN SERTA


MASYARAKAT BERPERAN DALAM KEGIATAN POSYANDU,
POLINDES DAN KB-KIA

20
6.1 PENGEMBANGAN WAHANA PERAN SERTA MASYARAKAT
 Mengembangkan wahana yang ada dengan menggunakan pendekatan edukatif dan
persuasif dapat berkembang secara maksimal
 Bentuknya sendiri ada Posyandu, Desawisma, Tabulin, dan Darsolin
 Adapun dari pengertian pengembangan peran serta masyarakat merupakan bentuk
pemberdayaan masyarakat dalam membangun dan memperkuat struktur masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan terutama dalam hidup sehat.

6.2 TUJUAN PENGEMBANGAN WAHANA PERAN SERTA MASYARAKAT


 Secara umum mendidik masyarakat untuk mandiri dalam pemenuhan kebutuhan hidup
sehat
 Khususnya agar masyarakat dapat:
a. Hidup dalam lingkungan bersih sehat
b. Berprilaku hidup sehat
c. Mampu menjangkau pelayanan yg bermutu, adil dan merata
d. Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

6.3 PRINSIP PENGEMBANGAN WAHANA PERAN SERTA MASYARAKAT


 Merupakan kegiatan terpadu dalam mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan
masyarakat
 Proses yang berkesinambungan dg mengoptimalkan sumber daya yang ada
 Upaya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
 Mengembangkan potensi agar tidak bergantung pada pihak lain
 Memiliki tujuan yg dirumuskan dan disepakati bersama dan bersifat terbuka
 Menghargai nilai, budaya, dan keunikan masyarakat setempat
 Mengutamakan kepentingan masyarakat dan berupaya mempersatukan masyarakat
 Menggunakan pendekatan sistem yaitu input, proses dan hasil
 Menekankan kerjasama antar masyarakat
6.4 BENTUK WAHANA PERAN SERTA MASYARAKAT
Posyandu
• diperkenalkan di masyarakat th 1984
• Merupakan alternatif pelayanan kesehatan harus dipertahankan
• Dengan biaya yg lebih murah namun target luas
• Sempat terpuruk karena krisis pada th 1998, pada 1999 dan dibuatlah kebijakan
revitalisasi posyandu
• Surat edaran mendagri th 1999 no: 4111.3/536/SJ tanggal 3 maret d. 1999
• Dan penyesuaian mendagri dan otonomi daerah no: 411.3/1116/SJ tanggal 13 juni
2001, mengenai pedoman umum revitalisasi posyandu untuk gubernur, bupati dan
walikota seindonesia.

6.5 ENAM POIN MENINGKATKAN KEGIATAN POSYANDU


1) Desawisma (Kelompok Kesepuluhan)
 Merupakan wahana masyarakat dibidang keschatan secara swadaya di tingkat
keluarga.
 Salah satu keluarga pada kelompok kesepuluh dipilih untuk dijadikan kelompok
penghubung/pembina.
 Bidan desa sebagai pembina bertugas melakukan pembinaan secara berkaladan
menerima rujukan masalah kesehatan
 Terutama selama masa pandemi ini desawisma sangat penting perannya untuk
meningkatkan kewaspadaan masyarakat dala melindungi diri dari bahaya covid 19

21
dengan selalu mengingatkan untuk tetap jaga jarak, menggunakan masker selama
berinteraksi dan rajin mencuci tangan
2) Tabungan Bersalin (TABULIN)
 Diperuntukan untuk dana selama kehamilan dan persalinan
 Ibu hamil diberi kotak tabungan yang dikunci dan disimpan bidan
 Tujuannya untuk ibu hamil rajin menabung dan disiplin memeriksakan diri
 Pada saat ibu periksa kotak tabungan dapat dibuka dan dihitung jumlahnya.
 Tentunya ada pengeluaran tambahan bagi ibu hamil pada masa pandemi ini dengan
adanya tenaga kesehatan yang mewajibkan pemeriksaan covid 19.
3) Dana Sosial Bersalin (DARSOLIN)
 Ditujukan untuk masyarakat terutama PUS termasuk ibu yang memiliki balita
 Digunakan sebagai bantuan untuk ibu selama hamil dan untuk menutupi kekurangan
dari Tabulin.
 Adanya darsolin ini juga sangat membantu selama masa pandemi terutama dalam
memenuhi kebutuha masyarakat yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
karena hilangnya pendapatan. Dana ini bisa dialokasikan untuk penanganan
pandemi dan bersalin di sebuah desa

BAB VII PERTOLONGAN PERTAMA KEGAWAT


DARURATANOBSTETRIK DAN NEONATUS (PPGDON)
7.1 KEGAWATDARURATAN OBSTETRIC

22
Definisi
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan
bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)

7.2 PENYEBAB UTAMA KEMATIAN IBU


1.Perdarahan
 Perdarahan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok.
Tanda-tanda syok diantaranya:
a) Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun sampai tidak
sadar
b)Berkeringat
c) Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada kojungtiva
d)Bernapas cepat, frekuensi pernapasan 30 x per menit atau lebih
e) Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih
f) Tekanan darah rendah, sistol 90 mmHg atau lebih rendah (Saifudin, 2006)
 Penanganan awal syok perdarahan
a) Tindakan umum
•   Periksa tanda-tanda vital
•   Bebaskan jalan napas
•   Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut
•   Miringkan kepala pasien dan badannya ke samping
•   Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat
•   Naikkanlah kaki pasien
b)  Pemberian oksigen
Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 – 8 liter per menit.
c)  Pemberian cairan intravena
Infus RL guyur
d)  Rujuk
Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan, keluarga,
dan dampingi selama merujuk. (Saifudin, 2006)

2. Infeksi Akut dan Sepsis


a) Tanda dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor artinya
panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan atau
pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain infeksi
akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah infeksi berwarna
kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi
organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi
mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia
dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006)
b) Diagnosa
Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut :

23
 Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak
 Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak
 Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya,
misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat
menyebabkan sepsis atau syok sepsis
 Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function
lesa.
 Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi :
 Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina
 Pus keluar dari servik
 Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak
 Subinvolusi rahim
 Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut
bagian bawah, nyeri bagian adneksa. (Saifudin, 2006)
c) Penanganan
 Tindakan umum
Pantaulah tanda-tanda vital
 Pemberian Oksigen
•   Pastikan bahwa jalan napas bebas.
•   Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil resiko
mengalami syok septic.
•   Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam
kecepatan 6-8 L/menit. 
 Pemberian Cairan Intravena
Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati-hati, tidak
sebebas seperti syok pada perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan
jumlah cairan yang banyak.
 Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat
tanda-tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu
diberikan. Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat
penting untuk memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain
ampisilin, sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah
 Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit,
sekaligus golongan darah dan cross-match
 Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia
juga menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia
dan biasanya trombositopenia.
 Periksa kemungkinan DIC
 Serum laktat dehidrogenase meningkat pada asidosis metabolic

24
 Kultur darah harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman
 Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan
parsial oksigen, peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis
respiratorik pada tahap awal
 Pemeriksaan urin
 Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan
tidak ada
 Berat jenis urin meningkat lebih dari 1.020 (Saifudin, 2006)

3. Ruptur uteri
 Diagnosis
Ruptur uteri mengancam
1) Peningkatan aktivitas kontraksi persalinan
2) Terhentinya persalinan
3) Regangan berlebihan dengan nyeri pada segmen bawah rahim
4) Pergerakan cincin Bandl’s ke atas
5)  Tegangan pada ligamentum rotundum
Ruptur uteri yang sebenarnya
1)  Kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak
2)  Berhentinya DJJ atau pergerakannya
3)  Keadan syok peritoneum
4)  Perdarahan eksternal (hanya pada 25 % kasus)
5)  Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim yang
menunjukkan hematoma karena ruptur inkomplit ( Andrianto, 1986 )
 Penatalaksanaan
Terapi suportif
Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan
intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.
Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk pembedahan.
Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. ( Melfiawati,
1994)

4. Inversio uteri
 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan ketika dalam catatan tenaga kesehatan terdapat penurunan
abnormal tinggi fundus atau tidak bisa melakukan palpasi pada fundus abdominal
setelah kelahiran janin atau ketika uterus terlihat di rongga vagina atau introitus.
Inversio biasanya disertai oleh perdarahan dan syok pada ibu.  (Walsh, 2001)

 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang lebih penting adalah pencegahan inversio uteri. Ketegangan pada
pelepasan tali pusat yang tergesa-gesa pada kala III tidak baik dilakukan dan mungkin
berbahaya bagi ibu. Diperlukan penanganan segera pada uterus yaitu dengan melakukan

25
gerakan tinju atau memasukkan beberapa jari pada tangan yang dominan atau kompresi
bimanual dapat menurunkan perdarahan. Pemberian cairan IV dapat memperbaiki
keadaan umum dan oksitosin atau metilergonovine dapat mencegah atonia. Jika
penanganan segera tidak dilakukan, anastesi dan operasi harus dilakukan. (Walsh,
2001)

7.3 KEGAWATDARURATAN NEONATUS


1. Asfiksia
a. Diagnosa
- Observasi DJJ:
Normal  = 120-160X per menit
 Takikardi = 160-180X per menit; membahayakan janin
Di atas 180 X per menit; sangat membahayakan bagi janin
 Bradikardi = 120 – 100 X per menit; membahayakan janin
Di bawah 100 X per menit; sangat membahayakan janin
 Ketidakteraturan
•   DJJ  tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi
membahayakan janin.
•   DJJ tidak teratur bersama bradikardi; sangat membahayakan janin
•   DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi
selama periode persalinan.
b. Evaluasi cairan amnion
Cairan amnion kehijauan atau mengandung mekonium pada presentasi kepala sering 
menjadi
petunjuk bahwa janin dalam keadaan bahaya (Andrianto, 1986).
Metode diagnosis:
- Amnioskopi pada permulaan persalinan
- Pecahnya selaput ketuban (Andrianto, 1986)

c. Penatalaksanaan :
• Persalinan yang maju; kepala pada atau tepat di atas dasra panggul, os
uteri .berdilatasi sempurna lakukan  ekstraksi dengan forceps atau vakum.
• Pada kasus multipara tunggal selama masa pengeluaran: episiotomy adekuat : tekanan
dari atas; persalinan spontan dengan 1-2 kontraksi lahir.
• Persalinan yang tidak maju ; kepala relative tetap tinggi, os uteri tidak membuka
sempurna lakukan SC. (Andrianto, 1986)

2. Prolapsus tali pusat


a. Diagnosa
Sewaktu-waktu ada suatu faktor yang mempengaruhi prolaps tali pusat, pemeriksaan
vagina harus segera dilakukan mengikuti ruptur membrane untuk merasakan adanya
tali pusat. Ketidaknormalan DJJ, bradikardi bisa mengindikasikan prolaps tali pusat.
Putaran dari tali pusat tampak pada vulva. Hal ini lebih banyak terjadi pada saat
pemeriksaan vagina, bisa terletak pada vagina atau jika bagian presentasi sangat
tinggi, letaknya pada tulang. (Brown, 1996)

26
b. Penatalaksanaan
Resiko pada janin yaitu hipoksia dan kematian sbagai hasil kompresi tali pusat. Resiko
tertinggi pada presentasi kepala dan terendah pada presentasi lengkap atau sebagian
kaki. Sepuluh menit adalah waktu maksimum bayi dapat membebaskan diri dari lilitan
tali pusat, tapi jika tekanan dapat dibbaskan dengan cepat adalah peningkatan yang
baik.

Kala I persalinan yaitu melakukan SC dengan segera jika janin masih hidup.
Kala II persalinan, letak adalah factor yang menentukan. Jika letaknya adalah
longitudinal,

pesalinan dengan forceps atau vakum ekstraksi mungkin dapat dilakukan. Jika
kemungkinan persalinan pervaginam sulit dilakukan, SC seharusnya dapat dilakukan.
Pada kasus multipara, bidan bisa menganjurkan ibu untuk di episiotomi.
Pada masyarakat, jika janin masih hidup sebaiknya segera dirujuk dengan ambulan,
pada saat itu bidan membebaskan tekanan yang terjadi pada tali pusat. Posisi lutut-
dada adalah tidak nyaman bagi wanita untuk waktu yang cukup lama, yang bagus yaitu
posisi sim yang maksimal. (Brown, 1996)

3. Distosia bahu
a .Diagnosa
•   Terhentinya persalinan setelah lahirnya kepala
•   Pada pemeriksaan vagina didapatkan
•   Bahu dalam diameter lurus
•   Bahu anterior berhenti baik di dalam pelvis di belakang simfisis atau terfiksasi di
atas simfisis. (Andrianto, 1986)

b. Pencegahan
Ketika bayi lahir dengan presentasi verteks, bidan harus menunggu sampai bahu
berputar dalam diameter anteoposterior pada panggul sebelum berusaha melahirkan
seluruhnya. (Brown, 1996)

c. Penatalaksanaan
Dua macam metode yang paling sering dianjurkan adalah rotasi tulang bahu dan
melahirkan lengan belakang. Keduanya dipermudah dengan episiotomi dan anastesi yang
adekuat.

4. Presentasi bokong
a, Diagnosa
1)  Bagian presentasi : ujung pelvis
Dapat dipalpasi :
- Sakrum (bagian lunak, ani, mungkin skrotum)
- Satu atau dua kaki
- Satu atau dua lutut
2)  Kepala di dalam fundus
3)  Letak DJJ lebih tinggi (Andrianto, 1986)

27
b. Penatalaksanaan
1)  Persalinan harus berjalan secara spontan di dalam vulva sampai munculnya ujung   
scapula, hanya menunjang sacrum. Pada kasus manapun, jangan menarik sacrum
dikhawatirkan tangan menjungkit kecuali ekstraksi pada ujung pelvis dalam indikasi
khusus untuk mengakhiri persalinan.
2 Bila ujung scapula nampak di bawah vulva atau kepala telah memasuki PAP  segera
selesaikan persalinan dalam lima menit jika tidak janin mati.
(Andrianto, 1986)

5. Letak lintang
  a. Diagnosa
- Uterus oval melintang
- Dapat diraba ke arah samping kanan atau kiri
- Bunyi jantung di daerah umbilicus
- Pada pemeriksaan vagina diraba pelvis minor kosong (Andrianto, 1986)
b. Penatalaksanaan
- Jangan mencoba versi secepat mungkin rujuk karena kontraksi yang kuat karena
pecahnya selaput ketuban berpotensi rupture uteri
- Berikan Demerol (meperidin) 0,05-0,1 IV
- Didalam RS lakukan SC. (Andrianto, 1986)

6. Presentasi muka
a. Diagnosa
Diagnosa dapat dengan palpasi abdominal, dengan adanya kepala di belakang yang
sejajar dengan punggung. Pada pemeriksaan vagina agak sukar di diagnosa karena
membingungkan dengan presentasi bokong. Pemeriksaan dengan ultrason dapat
digunakan untuk mengetahui presentasi muka dan untuk menghilangkan dugaan
anensepali. (Walsh, 2001 )
b. Manajemen
Presentasi muka dengan dagu anterior dapat segera ditangani dengan cepat, tapi
karena meningkatnya resiko persalinan abnormal, konsultasi dengan obgin dibutuhkan
ketika presentasi sudah diketahui. Bila dagu terletak posterior, rujukan ke obgin
untuk persalinan sesar harus segera dilakukan. (Walsh, 2001 )

7. Gemeli yang tidak terdeteksi


a. Diagnosa
Pemeriksaan abdomen mungkin terlihat fundus lebih tinggi dari perkiraan, teraba dua
kepala bayi dan banyak bagian kecil. Konfirmasi banyaknya janin dapat dilakukan
dengan ultrason : kehamilan kembar haarus dicurigai jika bayi yang dilahirkan memiliki
berat yang kurang dari yang diperkirakan pada palpasi abdominal. (Walsh, 2001 )

b. Manajemen
Di masyarakat, jika bidan menemukan kehamilan kembar, maka wanita itu dirujuk ke
obgin untuk perawatan selanjutnya. Setelah kelahiran bayi pertama segera rujuk ibu.

28
Jika mungkin, saat membantu di klinik siap atau mampu untuk melahirkan kedua bayi.
Presentasi kepala pada bayi pertama terjadi 75 % dari kasus gemeli. (Walsh, 2001 )

8. Vasa previa
a. Diagnosis Banding
Ini meliputi penyebab-penyebab maternal perdarahan trimester ketiga (plasenta
previa, pelepasan plasenta premature, bloody show dan sebagainya). (Melfiawati, 1994)

Kelalaian pada penilaian perdarahan segar pervaginam, khususnya jika terjadi pada
waktu yang sama dengan ruptur membran. Jika pada penilaian DJJ ada tanda
disproporsi fetal distress untuk mengetahui jumlah kehilangan darah, maka diagnosis
ini harus dipertimbangkan. Untuk menentukan apakah terjadi kehilangan darah pada
janin dan ibu secara nyata, tes alkalidenaturasi mungkin dilakukan tetapi dalam
praktek jarang dilakukan.  ( Brown, 1996)
b. Manajemen
Bidan sebaiknya berkolaborasi dengan dokter dan melanjutkan untuk memantau DJJ.
Jika ini terjadi pada kala II persalinan, wanita dianjurkan untuk mengedan. Jika
terjadi pada kala I persalinan SC dapat dilakukan jika janin masih hidup.  Dokter anak
sebaiknya hadir dalam proses persalinan. Darah tali pusat diambil untuk perkiraan HB
pada kelahiran. Bayi akan memerlukan transfusi darah jika ia masih bisa selamat.
(Brown, 1996)

BAB VIII SISTEM RUJUKAN


8.1 PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN

29
Sesuai SK Menteri Kesehatan No.23 / 1972 pengertian sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit
yang berkemampuan kurang unit yang lebih mampu, atau horizontal dalam arti antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya.

8.2 JENJANG TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN


1. Tingkat Rumah Tangga : yankes oleh individu atau oleh keluarga sendiri
2. Tingkat Masyarakat : kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri →
posyandu, polindes,
3. Fasilitas pelayanan Tingkat pertama/ strata primer : upaya kesehatan tingkat pertama
dilakukan puskesmas dan unit fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan
swasta, dokter keluarga
4. Fasilitas pelayanan tingkat kedua : upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesialis) oleh
Balai kesehatan penyakit paru (BKPM)
5. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga : upaya kesehatan rujukan spesialis lanjutan atau
konsultan oleh rumah sakit provinsi aatau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan provinsi
dan departemen kesehatan

8.3 MEKANISME RUJUKAN


1. Menentukan kegawadaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih
Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/
dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b., Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Sebaiknya bayi yang akan dirujuk harus sepengathuan ibu atau keluarga bayi yang
bersangkutan dengan cara petugas kesehatan menjelaskan kondisi atau masalah bayi
yang akan dirujuk dengan cara yang baik.
d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
2) Meminta petunjuk apa yan perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam
perjalanan ke tempat rujukan
3) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.

e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

30
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat “BAKSOKUDA”
yang diartikan sebagi berikut :
 B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
 A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus
set, tensimeter dan stetoskop
 K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
(klien) ke tempat rujukan.
 S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
 (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
 K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
 U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
 DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah
apabila terjadi perdarahan
f. Pengiriman Penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
g. Tindak lanjut penderita
 Untuk penderita yang telah dikemalikan
 Harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor

BAB IX PEMBINAAN DUKUN BAYI

31
9.1 PENGERTIAN DUKUN BAYI
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapat
kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara turun menurun, belajar
secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan ketrampilan tersebut serta
memiliki petugas kesehatan.

9.2 TUJUAN PEMBINAN DAN KEMIRAAN DUKUN BAYI DAN BIDAN


Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia utamanya mempercepat penurunan AKİ
dan AKB.

9.3 LANGKAH PEMBINAAN DUKUN BAYI


Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-
masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk
mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun
adalah sebagai berikut:
a. Fase I : Pendaftaran Dukun
1. Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftarkan
2. Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka dalam
penanganan kehamilan dan persalinan
b.  Fase II : Pelatihan
     1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment
     2) Diberikan sertifikat
     3) Diberikan penataan kembali tgs dan wewenang bidan dalam pel kes ibu
     4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek
c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih
    1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
    2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun

9.4 UPAYA PEMBINAAN DUKUN BAYI


Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat
masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran
penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan dapat melakukan
pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai
berikut:
• Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
• Melakukan pendekatan dengan para dukun.
• Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan
aman.
• Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya
proses persalinan.
• Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
• Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada
tenaga kesehatan.

32

Anda mungkin juga menyukai