Anda di halaman 1dari 37

A.

Pengkajian pada ibu hamil

1. Anamnesa pada ibu hamil

Anamesa pada ibu hamil sebagai berikut :

a. Riwayat sosial

Nama, usia, alamat, pendidikan, usia kurang dari 18 tahun atau lebih

dari 35 tahun dianggap beresiko tinggi bagi ibu

b. Riwayat keluarga

Untuk mengetahui kecenderungan genetis terhadap penyakit –

penyakit tertentu

c. Riwayat medis

Beberapa penyakit yang diderita sebelumnya mungkin telah

merusakkan susunan atau organ-organ tertentu yang dapat

menimbulkan komplikasi selama kehamilan dan kelahiran.

d. Riwayat pembedahan/operasi

1) Operasi pada sistem/bagian genital

2) Berbagai operasi bagian abdominal

e. Riwayat kandungan/kehamilan

1) Riwayat kandungan sebelumnya

Catatan mengenai kandunga/kehamilan dan kelahiran sebelumnya.

Apakah bayi lahir secara premature atau post matur, spontan,

diinduksi, riwayat bantuan alat dalam kelahiran, komplikasi

kandungan-kandungan sebelumnya dan bagaimana kondisi bayi

sebelumnya ?
2) Riwayat kehamilan sekarang

Apakah siklus menstruasi terakir normal, kemudian hitung usia

kehamilan dan perkirakan tanggal kelahirannya.

2. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil

a. Tujuan Pemeriksaan fisik pada ibu hamil

1) Mendiagnosa kehamilan

2) Mengidentifikasi resiko kehamilan

3) Memberi saran bagi ibu hamil

b. Tampilan umum

Ketika dia berjalan, amati berbagai kelainan bentuk, tumbuh

mengerdil, berjalan pincang dan sebagainya. Apakah dia terlihat baik-

baik saja, pucat atau lelah ?

c. Observasi klinis

d. Pemeriksaan fisik

1) Tampilan

a) Rambut wanita yang sehat akan bersinar dan mengkilap

sedangkan mata bercahaya dan jernih

b) Wajah tidak ada oedem, tanda anemia

c) Leher kelenjar-kelenjar membengkak

2) Pemeriksaan payudara

a) Perkirakan ukuran, adanya gumpalan/benjolan-benjolan di

payudara

b) Putting, apakah membaik atau datar. Ajari ibu untuk melakukan

pemeriksaan diri terhadap payudara


c) Jantung dan paru-paru diuji untuk mendeteksi adanya penyakit

3) Pemeriksaan uji abdominal

AIMS :

a) Untuk mengamati tanda-tanda kehamilan

b) Untuk memperkirakan ukuran dan pertumbuhan janin

c) Untuk memperkirakan kesehatan janin

d) Untuk mendiagnosa letak bagian-bagian janin

e) Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi normal

Langkah – langkah uji abdominal

a) Pemeriksaan

b) Pemeriksaan bagian tubuh melalui sentuhan

c) Auskultasi (mendengarkan suara jantung, paru-paru dan organ-

organ fetus lain dengan stetoskop).

e. Pemeriksaan penunjang pada ibu hamil

1) Urin

2) Darah

B. Masalah keperawatan pada ibu hamil

1. Pelayanan Antenatal Care (ANC)

a. Standart minimal asuhan antenatal care (10T)

b. Timbang Berat Badan dan Ukur tinggi Badan

Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 11,5 sampai 16 kg.

Bila berat badan naik lebih dari semestinya, anjurkan untuk

mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat. Lemak jangan

dikurangi, terlebih sayur mayur dan buah-buahan. Ada pula cara untuk
menentukan status gizi dengan menghitung IMT (Indeks Massa

Tubuh) dari berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil menurut

Manuaba (2019):

BB
Rumus IMT =
TBcm 2

Status gizi ibu dikatakan normal bila nilai IMT nya antara 18,5-

25,0. Kriteria IMT adalah sebagai berikut:

1) Nilai IMT < 18,5 : Status gizi kurang.

2) Nilai IMT 18,5-25 : Status gizi normal.

3) Nilai IMT >25 : Status gizi lebih/obesitas.

Tinggi badan yang baik untuk ibu hamil adalah >145 cm.

c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara untuk

mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau kekurangan

gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin

berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi

melahikan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR

berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis

atau KEK (ukuran LILA < 23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan

pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun kualitasnya.

Cara melakukan pengukuran LILA:

1) Ukur dengan menggunakan meteran dari akromnion sampai

olekranon.

2) Menentukan titik tengah antara akromnion dan olekranon dengan

meteran.
3) Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita

LiLA. Baca menurut tanda panah.

d. Ukur Tekanan Darah

Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan kunjungan, hal

ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kemungkinan kenaikan tekanan darah

yang disebabkan kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal

yaitu dibawah 140/90 mmHg.

e. Ukur Tinggi Fundus Uteri

TFU (Tinggi Fundus Uteri) digunakan sebagai salah satu cara untuk

mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat bila dilakukan pada

kehamilan yang pertama.

Tabel 2.1  Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri

Umur kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus
xifoideus
Sumber: (Manuaba, 2010)
f. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung janin

Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi secara dini ada

atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal tersebut

(hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi).

Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk memantau

janin.

Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil.

Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4

bulan. Gambaran DJJ:

1) Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit.

2) Takikardi ringan: antara 160-180x/menit.

3) Normal: antara 120-160x/menit.

4) Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit.

5) Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit.

6) Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit.

g. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT (Tetanus Toxoid).

Pada ibu hamil diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan

dengan interval  waktu 4 minggu. Imunisasi ini dianjurkan pada setiap ibu

hamil, karena diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat

tetanus neonaturum. Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5 cc/IM dalam

satu kali penyuntikan.

Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Interval Lama
Antigen Dosis
(selang waktu) perlindungan
TT 1 - - 0,5 cc
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc
Sumber : DEPKES RI, 2012

h. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia pada wanita hamil

diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan segera

mungkin setelah rasa mual hilang, setiap tablet Fe mengandung  FeSO4 320

mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg. Tablet Fe diminum 1 x 1 tablet

perhari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak bersamaan dengan teh

atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan.

i. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang disarankan menjelang

persalinan. Di antaranya yaitu tes darah, tes urin dan hbsag (hepatitis). Tes

darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, sel darah putih (leukosit),

trombosit. Dari kadar Hemoglobin untuk mengetahui apakah seorang ibu

anemia atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan kecukupan suplai

darah ke janin dan risiko jika terjadi perdarahan saat persalinan. Sel darah

putih menunjukkan apakah terjadi infeksi di tubuh ibu. Trombosit untuk

melihat apakah ada kelainan faktor pembekuan darah, ini berhubungan dengan

resiko perdarahan. Pemeriksaan urin dimaksudkan untuk mengetahui adanya

infeksi saluran kencing, adanya darah, protein, dan gula pada urin yang

menunjukkan adanya penyakit tertentu yang bisa mempengaruhi kehamilan.

Pemeriksaan HBsAg untuk mengetahui adanya infeksi hepatitis B pada

ibu.Infeksi hepatitis bisa ditularkan lewat darah dan hubungan seksual.

Pemeriksaan pemeriksaan tersebut di atas tidak harus dilakukan seorang ibu


hamil, dan jika tidak dilakukan pun tidak mengapa, akan tetapi pemeriksaan

tersebut dianjurkan sebagai skrining untuk mengetahui kondisi kehamilan dan

resiko saat persalinan terhadap ibu dan janin. Jika dari hasil pemeriksaan

diketahui ada hal-hal yang tidak normal maka diharapkan masih bisa diterapi

sebelum persalinan sehingga ibu menjalani persalinan dalam kondisi yang

benar-benar optimal, sehingga diharapkan ibu dan bayi selamat dan sehat

j. Tatalaksana Kasus

Namun, dalam penerapan praktis pelayanan ANC standar minimal

pelayanan ANC adalah 14 T yaitu:

1) Timbang berat badan.

2) Tekanan darah.

3) Tinggi fundus uteri.

4) Tetanus toxoid lengkap.

5) Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.

6) Tes penyakit menular seksual (PMS).

7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

8) Terapi kebugaran.

9) Tes VDRL.

10) Tes reduksi urine.

11) Tes protein urine.

12) Tes Hb.

13) Terapi iodium.

14) Terapi malaria.


k. Temu Wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan

Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan

kunjungan.Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan

rujukan.Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan,

riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan

klien.Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan.

Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:

1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi  dan menolong ibu menentukan

pilihan yang tepat.

2) Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan.

3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat

hasil rujukan.

4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.

l. Menghitung HTP ( Hari Taksiran Partus )

Memperkirakan usia kehamilan dan tanggal perkiraan kelahiran yang

dihitung berdasarkan rumus Naegele rule, cara menghitungnya yaitu tentukan

hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama

menstruasi terakhir (LMP = Last Menstrual Periode).

1. Jika HPHT Ibu ada pada bulan 1 Januari-24 Maret

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0).

Misal,

HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 + 0)=17-

10-2010 atau 17 Oktober 2010.


2. Jika HPHT Ibu ada pada bulan 25 Maret-31 Desember

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1).

Misal,

HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir  (10 + 7), (10 - 3), (2010 +

1)=17-7-2011 atau 17 Juli 2011.

Catatan:

1) Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya

teratur, yakni antara 28-30 hari.

2) Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau

setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan

ini.

3) Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada

wanita yang daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari

dari hari-H. Sedang yang daur haidnya panjang, akan dikurangi

beberapa hari.

3. Jadwal kunjungan ANC

Kunjungan Waktu Alasan


Trimester I Sebelum 14 1. Mendeteksi masalah yg dapat
minggu ditangani sebelum membahayakan
jiwa.
2. Mencegah masalah, misal : tetanus
neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya)
3. Membangun hubungan saling
percaya
4. Memulai persiapan kelahiran &
kesiapan menghadapi komplikasi.
5. Mendorong perilaku sehat (nutrisi,
kebersihan, olahraga, istirahat, seks,
dsb).
Trimester II 14 – 28 minggu Sama dengan trimester I ditambah:
kewaspadaan khusus terhadap
hipertensi kehamilan (deteksi gejala
preeklamsia, pantau TD, evaluasi
edema, proteinuria)
Trimester III 28 – 36 minggu Sama, ditambah : deteksi kehamilan
ganda.
Setelah 36 Sama, ditambah : deteksi kelainan letak
minggu atau kondisi yang memerlukan
persalinan di RS.
4. Pemeriksaan Obstetrik

Gambar 2.1 Palpasi abdomen

5. Pemeriksaan Leopold I

Gambar 2.2 Leopold I

Untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan usia kehamilan,

menentukan bagian janin yang ada pada fundus uteri. Cara : Petugas

menghadap kemuka ibu, uterus dibawa ketengah, tentukan tinggi fundus uteri
dan bagian apa yang terdapat didalam fundus. Hasil : jika kepala teraba benda

bulat dan keras, jika bokong teraba tidak bulat dan lunak.

6. Pemeriksaan Leopold II

Gambar 2.3 Leopold II

Untuk menetukan bagian yang ada di samping uterus, menentukan

letak. Cara: uterus didorong kesatu sisi sambil meraba bagian janin yang

berada disisi tersebut dengan cara yang sama pada sisi uterus yang lain. Hasil:

punggung janin teraba membujur dari atas kebawah pada letak kepala.

Pada letak lintang dapat ditemukan kepala.

7. Pemeriksaan Leopold III

Gambar 2.4 Leopold III

Untuk menentukan bagian janin yang berada di uterus bagian bawah.

Cara: tangan kanan diletakan diatas simfisis dengan ibu jari disebelah kanan

ibu dengan empat jari lainnya disebelah kiri ibu sambil meraba bagian bawah

tersebut. Hasil : teraba kepala/bokong/bagian kecil janin.


8. Pemeriksaan Leopold IV

Gambar 2.5 Leopold IV

Untuk menetukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin masuk ke

dalam panggul. Hasil:

1) 5/5 jika bagian terbawah seluruh teraba diatas simpisis pubis.

2) 4/5 jika sebagian terbawah janin telah masuk PAP.

3) 3/5 jika sebagian telah memasuki rongga panggul.

4) 2/5 jika hanya sebagian terbawah janin masih berada diatas simpisis.

5) 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian bawah janin yang

berada diatas simpisis.

6) 0/5 jk bagian terbawah janin tdk dpt teraba dr pemeriksaan luar.

9. Cara Menghitung BB Janin Dalam Kandungan

Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut cara:

a. Jonson:

Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul:

PBBJ = (TFU-11) x 155

Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul:

PBBJ = (TFU-12) x 155

b. John Woo:

Bila bagian terendah janin bukan kepala (bokong).


PBBJ = TFU x Lingkar Perut Ibu.

a. Cara menentukan umur kehamilan :

Tinggi fundus dalam cm (dengan cara Mc. Donald) atau menggunakan jari-

jari tangan sesuai dengan usia kehamilan (menurut Leopold) :

Gambar 2.6 Pemeriksaan Fundus Uteri Untuk Menentukan Usia Kehamilan

Tabel 2.3. Menentukan umur kehamilan dengan Leopold

Umur
TFU Keterangan
kehamilan
8 mgg Blm teraba Sebesar telur bebek
12 mgg 3 jari atas simfisis Sebesar telur angsa
16 mgg ½ pusat – simfisis Sebesar kepala bayi
20 mgg 3 jari bawah pusat -
24 mgg Sepusat -
28 mgg 3 jr ats pusat -
32 mgg ½ pusat – Px -
36 mgg 1 jr di bwh Px Kepala masih berada di atas pintu
panggul.
40 mgg 3 jr bwh Px Fundus uteri turun kembali, karena
kepala janin masuk ke rongga panggul.
Sumber: Manuaba, (2012)

Menentukan umur kehamilan dengan Mc. Donald

Usia kehamilan TFU (cm)


12 minggu -
16 minggu -
20 minggu 20 cm (±2cm)
22-26 minggu UK dalam minggu=cm
(±2cm)
28 minggu 28 cm (±2cm)
29-35 minggu UK dalam minggu=cm
(±2cm)
36 minggu 36 cm (±2cm)

Di bawah ini ukuran tinggi fundus uteri dalam cm dikaitkan dengan umur

kehamilan dan berat badan bayi sewaktu dilahirkan bila pertumbuhan janin

normal maka tinggi undus uteri pada kehamilan pada 28 minggu 25 cm, pada 32

minggu 26 cm dan 36 minggu 30 cm. pada kehamilan 40 minggu fundus uteri

turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari bawah Px, hal ini disebabkan oleh

kepala janin yang pada primigravida turun dan masuk ke dalam rongga panggul

(Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan, 2012).


B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Nama suami dan istri  

Agar dalam melakukan komunikasi dengan klien keluarga dapat

terjalin komunikasi dengan baik.

2) Usia

Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20

sampai 30 tahun.

3) Alamat

Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan/informasi bila

diperlukan. Bila keadaan mendesak, dengan diketahuinya alamat

tersebut

bidan dapat mengetahui tempat tinggal klien dan lingkungannya.

4) Status perkawinan 

Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui

kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah

kesehatan, bila diperlukan ditanyakan tentang keberapa kalinya.    

5) Lama Perkawinan

Kalau orang hamil suda lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan

ini harus diperhitungkan dalam pimpinan (anak mahal).

6) Pekerjaan

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan

terhadap permasalahan kesehatan klien.


7) Agama

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap

kebiasaan kesehatan klien.

8) Pendidikan, ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat

pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.

b. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

1) Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong klien

datang mencari pertolongan.

2) Riwayat keluhan utama

P  : Provokasi/paliatif (penyebab)

Q : Quality/bagaimana gejala dirasakan

R : Region/dimana gejala dirasakan

S : Skala keadaan/seberapa parah yang dialami klien

T : Time/sejak kapan keluhan terjadi dan sampai kapan

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Yang perlu dikaji: sejak kapan ibu merasakan pergerakan anak, umur

kehamilan, ANC berapa kali, dimana imunisasi TT didapatkan, teraphie

yang didapatkan, penyuluhan yang didapatkan, bila mulai didapatkan

gerakan anak, kalau kehamilan masih muda adalah mual, muntah, sakit

kepala, perdarahan. Kalau kehamilan tua adalah bengkak di kaki/muka,

sakit kepala, perdarahan, sakit pinggang dan lain-lain.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


a. Riwayat Kesehatan Klien

Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid

berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat

sakit waktu haid atau tidak.

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu

Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat

atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak.

c. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi, Perlu dicatat bagi ibu yang

mengikutiatau pernah mengikuti KB. Hal ini penting diketahui

apakah kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit

menular yang dapat mempengaruhi persalinan

c. Pemeriksaan Fisik dan Pengkajian Fungsional

1) Inspeksi

a. Muka: adakah cloasma gravidarum,keadaan selaput mata pucat atau

merah adakah oedema pada muka,bagaimana keadaan lidah, gigi.

b. Leher: apakah vena terbendung dileher, apakah ada pembesaran

kelenjar gondok dan limpe.

c. Dada : bentuk buah dada, pigmentasi puting susu dan gelanggang

susu, keadaan puting susu, adakah kolostrum

d. Abdomen GIT : bentuk abdomen, warna, adakah luka bekas

operasi apendeksitis, terbagi 9 regio hipokondria kanan

(pembesaran hepar), epigastrik (gastritis), hipokondria kiri


(pembesaran lien), lumbal kanan dan kiri (ginjal), umbilikus, iliaka

kanan (apendiksitis), hipokondria, iliaka kiri (scibala).

e. Abdomenobstetrik: perut membesar ke depan atau ke samping,

keadaan pucat, pigmentasi linia alba, nampakkah gerakan anak

atau kontraksi uterus, adakah strie gravidarum atau bekas luka.

f. Vulva: keadaan perineum, carilah varises, tanda chadwick,

condyloma akuminata, flour albus.

g. Anggota bawah: cari varises,oedema, luka, cicatrix pada lipat

paha, CRT kembali ≤ 1 detik untuk mengetahui kemungkinan

dehidrasi.

2) Palpasi

a. Tujuan:

a) Menentukan besarnya rahim dan dengan ini menentukan usia

kehamilan.

b) Menentukan letaknya anak dalam rahim

b. Menentukan usia kehamilan menurut Mc.Donald

Umur kehamilan dalam bulan di ukur dari panjang antara

simfisis pubis dan puncak fundus uteri dalam sentimeter dibagi 3 ½

cm.

c. Menentukan usia kehamilan menurut perhitungan TFU secara

internasional

a) Kurang dari 12 minggu – belum dapat diraba di atas simpisis.

b) 12 minggu – 1-2 jari di atas simfisis.

c) 16 minggu – pertengahan antara simfisis dan pusat.


d) 24 minggu – setinggi pusat.

e) 28 minggu – 3 jari diatas pusat.

f) 32 minggu – pertengahan antara pusat dan px.

g) 36 minggu – 3 jari dibawah px.

h) 40 minggu – pertengahan px dan pusat (3 jari diatas pusat).

d. Menurut leopold

1) Leopold I

a. Kaki penderita di bengkokan pada lutut dan lipatan paha.

b. Pemeriksa berdiri sebelah kakan penderita dan melihat ke arah

muka penderita.

c. Rahim dibawa ke tengah.

d. Tingginya fundus uteri ditentukan dan bagian apa dari anak yang

terdapat dalam fundus.

e. Tujuan: untuk mengetahui usia kehamilan dan TFU dan bagian apa

yang di fundus.

2) Leopold II

a. Keadaan tangan pindah ke samping.

b. Tentukan dimama punggung anak, punggung anak terdapat di

pihak yang memberikan rintangan yang terbesar, carilah bagian-

bagian kecil, yang biasanya terletak bertentangan dengan pihak

yang memberi rintangan terbesar.

c. Kadang-kadang di samping terdapat kepala/bokong ialah letak

lintang.
d. Tujuan: untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan

dimana letaknya bagian-bagian kecil.

3) Leopold III

a. Dipergunakan satu tangan saja.

b. Bagian bawah di tentukan antara ibu jari dan jari lainya.

c. Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan.

d. Tujuanya: menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan

apakah bagian bawah anak ini sudah/belum terpegang oleh pintu

atas panggul.

4) Leopold IV

a. Pemeriksa berubah sikapnya ialah melihat ke arah kaki si penderita.

b. Dengan kedua tangan di tentukan apa yang menjadi bagian bawah.

c. Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas

panggul dan berapa masuknya bagian bawah.

d. Jika kita rapatkan ke dua tangan pada permukaan dari bagian

terbawah dari kepala yang masih teraba diluar:

a) Convergent → bagian kecil dari kepala turun ke rongga panggul.

b) Sejajar → separuh dari kepala masuk ke dalam rongga panggul.

c) Divergent → sebagian besar dari kepala masuk kedalam rongga

panggul.

e. Tujuan: menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa

masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul.

5) Auskultasi
a. Djj terdengar dimana,frekwensi, irama, dengan cara 5 detik

berselang, 30 menit dikalikan 2/dihitung selama 1 menit penuh.

b. Kalau bunyi jantung janin kurang dari 120/menit atau lebih dari

160/menit atau tidak teratur,maka anak dalam keadaan asphyxial

(kekurangan O2)

e. Pemeriksaan panggul

Pengukuran Ukuran-ukuran panggul luar, meliputi:

1) Distantia spinarum (N = 23-26 cm)

2) Distantia cristarum (N = 26-29 cm)

3) Conjungtiva externa/boudelogue ( N = 18-20 cm)

4) Lingkar panggul ( N = 80-90 cm)

5) Distantia spina illiaca posterior superior ( N = 8-10 cm)

6) Distantia tuberum (N = 10,5-11 cm)

f. Pengukuran panggul dalam, meliputi:

1) Promotorium (N = tidak teraba)

2) Linea inominata ( N = teraba 2/3 bagian)

3) Sacrum ( N = cekung)

4) Spina ischiadica (N = menonjol)

5) Arcus pubis ( N = > 900

g. Pemeriksaan laboratoriu

1) Urine Albumin

Untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada air kemih,

misal: gejala pre-eklampsia, penyakit ginjal, radang kandung kencing.


2) Urine Reduksi

Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine, sehingga dapat

mendeteksi penyakit DM pada ibu hamil yang merupakan faktor risiko

dalam kehamilan maupun persalinan

3) Haemoglobin

Untuk mendeteksi adanya anemia,bila Hb kurang dari 10gr

%. (Normalnya: 11gr%)

4) USG

Untuk mengetahui keadaan janin, letak janin, usia kehamilan dan

perkiraan persalinan.

h. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

Perlu disampaikan bagaimana pemenuhan nutrisi selama hamil, apakah

sudah selesai kebutuhan ibu hamil.

2) Eliminasi

Bagaimana pola BABnya, konstipasi merupakan hal yang umum

selama kehamilan karena aksi hormonal yang mengurangi gerakan

peristaltik usus dan pembesaran uterus yang menahannya. Sering

kencing merupakan hal umum yang terjadi selama bulan pertama dan

terakhir masa kehamilan karena rongga perut dipenuhi oleh

pembesaran uterus.

3) Istirahat
Waktu istirahat lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita hamil.Istirahat

hendaknya diadakan pula waktu siang hari.

4) Aktivitas

Bagi ibu hamil pekerjaan rumah tangga dapat dilaksanakan, bekerja

sesuai kemampuan dan makin dikurangi semakin tuanya kehamilan.

5) Personal hygiene

Kebersihan tubuh merupakan salah satu pokok-pokok yang perlu

diperhatikan dalam hygiene kehamilan meliputi kebersihan mulut,

pemeliharan gigi, kebersihan tubuh, kulit, muka dan kebersihan

pakaian luar dan dalam.

6) Sexual

Perlu ditanyakan untuk mengetahui masalah yang terjadi selama

kehamilan, berapa kali dalam seminggu melakukannya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan adanya factor-faktor resiko khusus, krisis

situasi, ancaman pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari

tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup, kurang informasi.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan

napsu makan, mual/muntah, tidak mengenal peningkatan kebutuhan

metabolik.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan

(muntah), peningkatan kebutuhan cairan.

4. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan atau

pergeseran diafragma.
5. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika

urinaria.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologik, perubahan

pola tingkat aktivitas, sesak.

7. Nyeri berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh hormonal.

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perubahan, mekanisme

regulator, retensi natrium/air.

9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

C. Rencana Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan adanya factor-faktor resiko khusus, krisis

situasi, ancaman pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari

tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup, kurang informasi.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cemas

berkurang/hilang. Kriteria hasil:

1) Menerima tanggung jawab untuk menghilangkan kecemasan

2) Melaporkan hasil penatalaksanaan kecemasan

Intervensi:

1) Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan

Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan

menentukan arah dan kemungkinan pilihan/intervensi.

2) Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang

dalam reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.


Rasional: dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan

ketidaktahuan dan membantu keluarga mengenai stress, membuat

keputusan, dan beradaptasi secara positif terhadap pilihan

3) Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.

Rasional: kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan

situasi.

4) Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.

Rasional: dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan

napsu makan, mual/muntah, tidak mengenal peningkatan kebutuhan

metabolic.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam

kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil:

1) BB Menjelaskan komponen diet seimbang prenatal.

2) Mengikuti diet yang dianjurkan.

3) Mengkonsumsi suplemen zat besi atau vitamin sesuai resep.

4) Menunjukkan penambahan yang sesuai.

Intervensi:

1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan

menggunakan batasan 24 jam, perhatikan kondisi rambut, kuku dan

kulit.

Rasional:  kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi ibu selama

kehamilan sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.


2) Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet prenatal dan

suplemen vitaminzat besi setiap hari.

Rasional: Meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang

3) Perhatikan adanya mengidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan

tingkat motivasi untuk makanannya.

Rasional: memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin

dibiasakan pada kebutuhan psikologis, fenomena budaya, respon terhadap

lapar, dan atau respon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi.

4) Timbang BB klien. berikan informasi tentang penambahan prenatal

yang optimum.

Rasional: ketidakadekuatan penambahan berat badan prenatal dan atau

dibawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko

retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR) pada janin dengan BBLR.

5) Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.

Rasional: mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negative

pada status nutrisi prenatal, khususnya pada periode kritis perkembangan

janin.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebihan

(muntah), peningkatan kebutuhan cairan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam kebutuhan

volume cairan tubuh terpenuhi. Kriteria hasil:

1) Menurunkan keparahan mual dan muntah.

2) Mengkosumsi caiarn dalam jumlah cukup per hari.

3) Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi yang memerlukan tindakan.


Intervensi:

1) Tentukan frekuensi/beratnya mual/muntah.

Rasional: Peningkatan kadar hormone gonadotropin khorionik (HCG)

perubahan metabolisme KH dan penurunan motilistas gastric

memperberat mual dan muntah pada trimester pertama.

2) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (ex ; ulkus

peptikum, gastritis, kolesistitis)

Rasional: membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk

mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.

3) Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, TD, suhu,

masukan/haluran.

Rasional: indikasi dalam membantu untuk mengevaluasi

tingkat/kebutuhan hidrasi.

4) Anjurkan klien mempertahankan masukan/haluaran, tes urin dan

penurunan BB setiap hari.

Rasional: membantu dalam menentukan adanya muntah yang tidak

dapat dikontrol.

5) Anjurkan peningkatan masukan minuman berkarbonat, makan enam

kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat

(popcorn, roti kering) sebelum bangun tidur.

Rasional: membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan

menurunkan keasaman lambung.

4. Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan

penekanan/pergeseran diafragma.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam pola napas

efektif. Kriteria hasil:

1) Melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.

2) Mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan fungsi

pernafaskan.

Intervensi:

1) Kaji status pernapasan (mis : sesak napas pada pergerakan tenaga

kesehatan)

Rasional: menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira

60% klien normal meskipun kapasitas vital meningkat, fungsi pernapasan

diubah saat kemampuan difragma untuk turun pada inspirasi berkurang

oleh pembesaran uterus.

2) Dapatkan riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi/ada

sebelumnya (mis : alergi, rhinitis, asthma, masalah sinus, dan

tuberculosis).

Rasional: masalah lain dapat terus mengubah pola pernapasan dan

menurunkan oksigenasi jaringan ibu/janin.

3) Berikan informasi tentang rasional : untuk kesulitan pernapasan dan

program aktivitas latihan yang realistis. Anjurkan sering istirahat,

tambah waktu untuk melakukan aktivitas tertentu, dan latihan ringan

seperti berjalan.

Rasional: menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang

disebabkan oleh kelebihan.


4) Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan klien untuk mengurangi

masalah : mis ; postur yang baik, menghindari merokok, makan sedikit

tapi lebih sering, dengan menggunakan posisi semi – fowler, untuk

duduk atau tidur bila gejala berat

Rasional: postur yang baik dan makan sedikit membantu

memaksimalkan penurunan diafragmatik meningkatkan ketersediaan

ruang untuk ekspansi paru. Merokok menurunkan persediaan oksigen

untuk pertukaran ibu-janin, pengubahan posisi tegak dapat

meningkatkan ekspansi paru sesuai penurunan uterus gravid.

5. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika

urinaria.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 7 jam klien

dapat memahami perubahan yang terjadi. Kriteria hasil:

1) Mengidentifikasi perilaku yang dapat menurunkan statis urin.

2) Menyebutkan tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi intervensi.

3) Bebas dari tanda dan gejala infeksi.

Intervensi:

1) Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan

trimester ketiga.

Rasional: membantu klien memahami alasan fisiologi dan frekuensi

berkemih dan/nokturia pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan

kapasitas kandung kemih mengakibatkan sering berkemih.

2) Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas

sehari.
Rasional: mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat

yang mengurangi natrium diet untuk mempertahankan status isotonic.

3) Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan

penghilangan natrium dan diet.

Rasional: kehilangan/pembatasan natrium dapat menekan regulator

rennin-angiotensin-aldosteron dan kadar cairan, mengakibatkan

dehidrasi/hipovolemia berat.

4) Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur,

perhatikan keluhan-keluhan nokturia.

Rasional: meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi bagian yang

mengalami edema dependent, edema berkurang pada pagi hari pada

kasus edema fisiologi.

5) Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine dalam

waktu yang lama.

Rasional: posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena cava dan

menurunkan aliran vena.

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologik, perubahan

pola tingkat aktivitas, sesak.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam

gangguan pola tidur dapat teratasi. Kriteria hasil Pola tidur teratur

Intervensi:

1) Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan

kehamilan, teruskan pola tidur saat ini.


Rasional: membantu mengidentifikasi kebutuhan menetapkan pola

tidur yang berbeda waktu tidur malam dan tidur siang lebih dini.

2) Kaji tingkat insomnia dan respons klien terhadap penurunan tidur,

anjurkan alat Bantu untuk tidur seperti teknik relaksasi, membaca,

mandi air hangat, dan penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat.

Rasional: ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan

fisik, nokturia, dan aktivitas janin dapat mempersulit tidur.

3) Perhatikan keluhan kesulitan bernapas karena posisi. Anjurkan tidur

pada posisi semi fowler.

Rasional: pada posisi rekumben, pembesaran uterus serta organ abdomen

menekan diafragma hingga membatasi ekspansi paru, penggunaan posisi

semi fowler memungkinkan diafragma menueun, membantu

mengembangkan ekspansi paru dengan optimal. 2 jam dan dapatkan 8

jam tidur per malam.

4) Evaluasi tingkat kelelahan, anjurkan klien untuk istirahat 

Rasional: peningkatan retensi cairan, penambahan berat badan dan

pertumbuhan janin semua memperberat perasaan lelah, khususnya pada

multipara dengan anak lain dan atau kebutuhan lain.

7. Nyeri berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh hormonal

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri

hilang/berkurang. Kriteria hasil:

1) Tanda-tanda vital dalam batas normal.

2) Ungkapan verbal/non verbal dari kenyamanan.

Intervensi:
1) Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.

Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan

2) Kaji status pernapasan klien.

Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan

diafragma, mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida.

3) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan

cara jalan.

Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone

(relaxing-progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat

gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.

4) Perhatikan adanya kram pada kaki. Anjurkan klien untuk meluruskan

kaki dan mengangkat telapak kaki bagian dalam ke posisi dorsofleksi,

menurunkan masukan susu, sering mengganti posisi dan menghindari

berdiri/duduk lama.

Rasional: menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan perubahan

kadar kalsium/ ketidakseimbangan kalsium-fosfor atau karena tekanan

dari pembesaran uterus, pada saraf yang menyuplai ekstremitas bawah.

5) Kaji adanya/frekuensi konsistensi Braxton hicks. Berikan informasi

mengenai fisiologi aktivitas uterus.

Rasional: kontraksi ini dapat menciptakan ketidaknyamanan pada

multigravida pada trimester II maupun ke-III. Primi gravida biasanya

tidak mengalami ketidaknyamanan ini sampai trimester akhir. Saat

efek perubahan progesterone pada aktivitas uterus menurun dan kadar

oksitosin meningkat.
8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perubahan, mekanisme

regulator, retensi natrium/air.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam kelebihan

volume cairan tubuh teratasi. Kriteria hasil:

1) Klien akan mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan

keseimbangan masukan dan pengeluaran.

2) Bunyi nafas bersih/jelas.

3) Tanda vital dalam rentang yang dapat diterima.

4) Berat badan stabil dan tidak ada edema.

5) Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.

Intervensi:

1) Pantau berat badan secara teratur.

Rasional: mendeteksi perubahan berat badan kelebihan dan retensi

cairan yang tidak kelihatan yang potensial patologis.

2) Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah, pantau

lokasi/luasnya edema, masukan atau haluaran cairan.

Rasional: indikator edema patologis, meskipun HKK karena retensi

cairan berlebihan biasanya tidak terlihat sampai akhir minggu ke-10

kehamilan, dapat terjadi diawal khususnya pada klien dengan frekuensi

predisposisi seperti DM, penyakit ginjal.

3) Berikan informasi tentang diet (mis ; peningkatan protein, tidak

menambahkan garam meja, menghindari makanan dan minuman tinggi

natrium).
Rasional: nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein menurunkan

kemungkinan HAK natrium berlebihan dapat memperberat retensi air

(terlalu sedikit natrium dapat mengakibatkan dehidrasi).

4) Anjurkan meninggikan ekstremitas secara periodic selama sehari.

Rasional: edema fisiologis dari ektremitas bawah terjadi di

penghujung hari adalah normal, tetapi harus dapat diatasi dengan

tindakan sederhana.

9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien

dapat toleransi terhadap aktifitas. Kriteria hasil: Klien akan berpartisipasi

pada ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, mencapai

peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh

menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi:

1) Tentukan siklus tidur bangun yang normal dan komitmen terhadap

pekerjaan, keluarga, komunitas dan diri sendiri.

Rasional: membantu menyusun prioritas yang realistic dan waktu

untuk menguji komitmen.

2) Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari.

Rasional: istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolic berkenaan

dengan pertumbuhan jaringan ibu/janin.

3) Pantau kadar Hb. Jelaskan peran zar besi dalam tubuh ; anjurkan

mengkonsumsi suplemen zat besi setiap hari, sesuai indikasi.

Rasional: kadar Hb rendah mengakibatkan kelelahan lebih besar.


D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencenaan yang

sudah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda, 2012).

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat

memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap

klien. Selalu pikirkan terlebih dahulu ketepatan suatu intervensi sebelum

mengimplementasikannya. Pedoman klinis atau protokol merupakan dokumen

berbasis bukti yang membimbing keputusan dan intervensi untuk masalah

kesehatan tertentu. Saat mempersiapkan pelaksanaan intervensi, lakukan

pengkajian ulang pada klien, tinjau dan revisi rencana asuhan keperawatan

yang ada, organisasi sumber daya dan penyampaian layanan, antisipasi dan

cegah komplikasi, serta implementasikan intervensi tersebut.

E. Evaluasi

Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan

seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.

Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses

mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu

sendiri (Ali, 2009).

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan

yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan

menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,

perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak, dkk., 2012).


Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam

Wardani, 2013).

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

klien setelah diberikan implementasi keperawatan.

O :Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan  

pengamatan yang objektif.

A :Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P :Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data

sesuai dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk

membuat keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan (Nurhayati,

2011).

Anda mungkin juga menyukai