Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu

terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya

sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259

hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu. 4

Kehamilan adalah hasil dari bersatunya sperma dan sel telur.

Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)

betul betul penuh perjuangan. Dari sekitar 20 sampai 40 juta sperma

yang dikeluarkan hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai

tempat sel telur. Dari jumlah sekian juta itu, hanya 1 sperma saja yang

bisa membuahi sel telur.

2.1.2 Antenatal Care (ANC)

a. Pengertian

Antenatal care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang

diberikan oleh perawat atau bidan kepada wanita yang sedang

hamil, misalnya dengan cara memantau kesehatan baik secara fisik,

psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta

9
10

untuk mempersiapkan menghadapi proses persalinan dan kelahiran

supaya ibu siap menghadapi perannya sebagai orangtua.

b. Tujuan antenatal care

Tujuan utama antenatal care adalah menurunkan /

mencegah kesakitab, serta kematian maternal dan perinatal.

Tujuan khususnya yaitu :

1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan

ibu dan perkembangan bayi yang normal.

2) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan

memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.

3) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam

rangka mempersiapkan ibu dan keluarga baik secara fisik,

emosional, serta logis untuk menghadapi kelahiran dan

kemungkinan adanya komplikasi.

c. Manfaat pemeriksaan kehamilan (ANC)

Manfaat pemeriksaan antenatal care terhadap ibu dan

janinnya antara lain :

1) Bagi ibu

a) Mengurangi dan menegakan secara dini komplikasi dan

mengurangi penyulit masa antepartum;

b) Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jasmani dan

rohani ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan;


11

c) Dapat meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan

untuk dapat memberikan ASI;

d) Dapat melakukan proses persalinan secara aman.

2) Bagi janin

Selain manfaat bagi ibu ada pula manfaat bagi janin yaitu

dapat memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi kejadian

prematuritas, kelahiran mati, dan berat bayi lahir rendah. 5

d. Jadwal kunjungan ANC

Program kesehatan ibu di indonesia menganjurkan agar ibu

hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk

pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu paling

sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit

sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua

kalu kunjungan dalam trimester ketiga. 6

e. Standar asuhan pelayanan pemeriksaan kehamilan / ANC

Antenatal care dalam penerapannya sudah terstandarisasi

dengan rumus 10 T, yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pengukuran ini dilakukan untuk memamtau perkembangan

tubuh ibu hamil. Hasil ukur juga dapat dipergunakan sebagai

acuan apabila terjadi sesuatu pada kehamilan, seperti bengkak

kehamilan kembar, hingga kehamilan dengan obesitas.

Penambahan berat badan pada trimester I berkisar 0,5 kg setiap


12

bulan. Ditrimester II – III, kenaikan berat badan bisa mencapai

0,5 kg setiap minggu. Kenaikan berat badan ibu hamil yang

ideal di ukur dengan melihat IMT pada ibu hamil.

Tabel 2.1
Standar penambahan berat badan selama masa kehamilan

Total pertambahan
IMT Sebelum hamil
berat badan (Kg)
Kurang (<18,5 kg/m2) 12,5 - 18
Normal (18,5 - 24,9 kg/m2) 11,5 – 16
Overweight (25 - 29,9 kg/m2) 7 - 11,5
Obesitas (≥30 kg/m2) 5–9
(sumber : cunningham,2011)

2) Pemeriksaan tekanan darah

Selama pemeriksaan antenatal, pengukuran tekanan darah

atau tensi selalu dilakukan secara rutin. Tekanan darah yang

normal berada di angka 110/80 – 140/90 mmHg. Bila lebih dari

140/90 mmHg, gangguan kehamilan seperti preeklamsi dan

eklamsia bisa mengancam kehamilan karena tekanan darah

tinggi ( hipertensi).

3) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

Tujuan pemeriksaan TFU adalah untuk menentukan usia

kehamilan. Tinggi fundus rahim dalam sentimeter (cm) akan

disesuaikan dengan minggu usia kehamilan. Pengukuran normal

diharapkan sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri sesuai usia

kehamilan dan toleransi perbedaan ukuran ialah 1 – 2 cm.


13

Namun, jika perbedaan lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pada pertumbuhan janin.

4) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid

Pemberian imunisasi harus didahului dengan skrining untuk

mengetahui dosis dan status imunisasi tetanus toksoid yang

telah diperoleh sebelumnya. Pemberian imunisasi TT cukup

efektif apabila dilakukan minimal 2 kali dengan jarak 4 minggu.

5) Pemberian tablet zat besi

Zat besi yang diberikan berjumlah 90 tablet dan maksimal

satu tablet perhari selama kehamilan. Hindari meminum tablet

zat besi dengan kopi atau teh agar tidak mengganggu

penyerapan.

6) Tetapkan status gizi

Pengukuran ini merupakan satu cara untuk mendeteksi

adanya kekurangan gizi saat hamil. Jika kekurangan nutrisi,

penyaluran gizi ke janin akan berkurang dan mengakibatkan

pertumbuhan terhambat juga potensi bayi lahir dengan berat

rendah. Cara pengukuran ini dengan pita ukur mengukur jarak

pangkal bahu siku, dan lingkar lengan atas (LILA).

7) Tes laboratorium (Rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan

hemoglobin, golongan darah dan rhesus, tes HIV juga penyakit

menular seksual lainnya, dan rapid test untuk malaria.


14

Penanganan lebih baik tentu sangat bermanfaat bagi proses

kehamilan.

8) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Pemeriksaan ini adalah untuk memantau, mendeteksi, dan

menghindarkan faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan

oleh hipoksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan

infeksi. Pemeriksaan denyut jantung biasanya dapat dilakukan

pada usia kehamilan 16 minggu.

9) Tatalaksana

Fasilitas kesehatan yang memiliki tenaga kesehatan yang

kompeten, serta perlengkapan yang memadai untuk penanganan

lebih lanjut. Apabila terjadi sesuatu yang dapat membahayakan

kehamilan, akan segera mendapatkan tatalaksanan khusus.

10) Temu wicara

Temu wicara dilakukan setiap kali kunjungan. Biasanya

berupa konsultasi dan anamnesa yang meliputi informasi

biodata, riwayat menstruasi, kesehatan, kehamilan, persalinan,

nifas, dan lain – lain. 5

2.1.3 Masalah selama kehamilan

a. Jarak kehamilan terlalu dekat

Jarak kehamilan ideal antara satu kehamilan dengan

kehamilan berikutnya adalah 3 tahun. Kurun waktu ini sangat baik


15

untuk memberi kesempatan rahim untuk memulihkan keadaan

seperti semula. Kematian ibu saat melahirkan dapat dihindari, salah

satunya dengan menjaga antara jarak kehamilan. Jarak kehamilan

yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun juga berisiko terjadi

komplikasi kebidanan pada ibu dikarenakan rahim dan kesehatan

ibu belum mempunyai kesempatan untuk kembali pulih dan sehat.

Menurut hasil penelitian Winarti (2011) juga menyebutkan bahwa

ibu yang memiliki jarak kehamilan kurang dari 2 tahun berisiko

10,742 kali mempunyai bayi BBLR dibandingkan dengan ibu

yang jarak kehamilannya lebih dari 2 tahun.7

Jarak kehamilan terlalu dekat juga memicu terjadinya

anemia pada kehamilan, karena sistem reproduksi belum kembali

seperti keadaan semula sebelum hamil. Risiko jarak kehamilan

terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini

disebabkan karena tubuh seorang ibu belum cukup untuk

mengumpulkan cadangan nutrisi setelah melalui hamil pertama.

b. Pembesaran kelenjar tiroid / kista tiroid

Manusia memerlukan hormon tiroid untuk stabilitas

metabolisme, fungsi organ tubuh, proses perkembangan dan

pengaturan fungsi neuropsikologi. Pada ibu hamil janin yang

berada dalam kandungannya tidak bisa memproduksi hormon

tiroid sendiri untuk mencukupi kebutuhannya sampai trimester III,

akan tetapi masih membutuhkan hormon tiroid ibunya melalui


16

plasenta. Jika hormon tiroid ibu terganggu selama kehamilan, akan

menyebabkan terganggunya pertumbuhan saraf janin.

Kelebihan iodium selama kehamilan dapat memberikan

suatu masalah khusus, meskipun kehamilan dengan keadaan

hipertiroidisme ini sangat sulit ditemukan. Hipertiroid pada ibu

hamil ini paling sering disebabkan oleh penyakit Graves yaitu

terjadi karena terganggunya autoimun, yang menyebabkan

aktivitas TSH berlebihan dan menyebabkan kelebihan hormon

TSH. Pada kehamilan penyakit graves dapat meningkatkan risiko

preeklamsi, abortus dini, plasenta dan janin hipertiroidisme.

c. Anemia ringan

Anemia pada ibu hamil didefinisikan bila kadar Hb

dibawah 11 gr%. Pembagian anemia yaitu kadar Hb 11,0 gr%

dikatakan normal, 9-10 gr% dikatakan dengan anemia ringan, 7-

8gr% dikatakan dengan anemia sedang, dan <7 gr% dikatakan

dengan anemia berat.10

Penyebab anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil adalah

kekurangan zat besi dapat terjadi karena tidak atau kurang

mengkonsumsi zat besi dalam bentuk sayuran, makanan atau

suplemen. Terutama pada wanita hamil dan anak – anak. Wanita

hamil sering terjadi anemia karena bayi memerlukan sejumlah zat

besi yang besar untuk pertumbuhan. Defisiensi zat besi dapat

menyebabkan bayi berat lahir rendah dan persalinan premature.


17

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi

yang ng dilakukan melalui pemberian suplemen zat besi ini

diprioritaskan pada ibu hamil, karena prevalensi anemia pada ibu

hamil cukup tinggi. Oleh karena itu untuk mencegah anemia pada

ibu hamil dilakukan pemberian suplemen zat besi dengan dosis

sebanyak 2 x 1 hari (60 mg) berturut – turut minimal 90 tablet

selama masa kehamilan.17

2.1.4 Tanda bahaya kehamilan trimester III

a. Pendarahan pervaginam

Pendarahan pervaginam pada kehamilan lanjut terjadi

setelah kehamilan 28 minggu. Pendarahan antepartum dapat

berasal dari :

1) Plasenta previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta

berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah

rahim sehingga menutupi ostium uteri internal. Tanda dan

gejalanya adalah pendarahan tanpa rasa nyeri atau pendarahan

dengan mendadak.

2) Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta

yang terletak normal terlepas dari pelekatannya sebelum janin


18

lahir, terjadi pada umur kehamilan diatas 22 minggu atau berat

janin 500 gram.

b. Sakit kepala hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang

hebat dan menetap, serta tidak hilang setelah istirahat. Dengan

sakit kepala yang hebat tersebut mungkin ibu merasa

penglihatannya menjadi kabur dan berbayang. Sakit kepala yang

hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsi.

c. Penglihatan kabur

Wanita hamil terkadang mengeluh penglihatan kabur

karena adanya pengaruh hormonal. Ketajaman penglihayan ibu

dapat berubah dalam kehamilan. Dikatakan normal jika

perubahannya ringan. Masalah visual yang mengindikasikan

keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang

mendadak, seperti pandangan kabur dan berbayang secara

mendadak.

d. Bengkak diwajah dan jari – jari tangan

Sebagian besar ibu hamil mengalami bengkak yang normal

pada kaki, biasanya muncul pada sore hari dan biasanya akan

hilang setelah beristirahat dan dengan meninggikan kaki. Bengkak

bisa menunjukan adanya masalah jika muncul pada muka dan


19

tangan, serta tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan

keluhan fisik yang lain.

e. Keluar cairan pervaginam

Cairan yang keluar dari vagina harus dibedakan apakah

yang keluar urin, keputihan atau air ketuban. Cairan pervaginam

dalam kehamilan dikatakan normal apabila tidak berupa

pendarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis.

f. Gerakan janin tidak terasa

Kesejahteraan janin dapat diketahui dari keaktifan

gerakannya. Gerakan janin minimal 10 kali dalam 24 jam, jika

kurang dari itu maka waspada akan adanya gangguan janin dalam

rahim.

g. Nyeri perut yang hebat

Pada kehamilan lanjut jika ibu merasa nyeri yang hebat,

tidak berhenti setelah beristirahat, disertai dengan tanda – tanda

syok yang membuat keadaan umum ibu makin lama makin

memburuk dan disertai pendarahan yang tidak sesuai dengan

beratnya syok, maka kita harus waspada akan kemunginan

terjadinya solusio plasenta. 8


20

2.1.5 Asuhan pada ibu hamil trimester III

a. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya saat ini.

b. Memberikan KIE tentang tanda – tanda bahaya pada kehamilan

trimester III.

c. Memberikan KIE tentang pola makan untuk pemenuhan nutrisi

yang baik.

d. Memberikan KIE tentang pola istirahat yang cukup untuk ibu hamil

dan membatasi aktivitas yang terlalu berat.

e. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan sesuai dengan faktor

risiko ibu hamil untuk memilih tempat bersalin di puskesmas atau

rumah sakit dan ditolong oleh tenaga kesehatan.

f. Memberitahu tanda – tanda persalinan seperti keluar air – air, keluar

lendir bercampur darah dan mules semakin terus menerus.

g. Memberikan tablet sulfat ferrosus, kalsium, vitamin B complek.

h. Memberikan dukungan psikologis.

2.2 Persalinan

2.2.1 Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin atau

plasenta) yang telah cukup bulan ( 37 – 42 minggu) atau hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan

atau tanpa bantuan dengan presentasi belakang kepala yang


21

berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin.9

2.2.2 Persalinan presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung dalam

waktu yang sangat cepat, atau persalinan yang sudah selesai kurang dari

tiga jam.

Persalinan presipitatus dapat terjadi akibat dilatasi atau penurunan

yang sangat cepat. Dilatasi presipitatus didefinisikan sebagai dilatasi

fase aktif ≥5 cm/jam pada primipara atau ≥10 cm/jam pada multipara.

Persalinan presipitatus biasanya terjadi karena kontraksi yang terlalu

kuat ( misalnya induksi oksitosin atau solusio plasenta) atau tahanan

jalan lahir yang rendah (misalnya multiparitas).

Persalinan presipitatus dapat menyebabkan emboli cairan amnion

pada ibu, ruptur uteri, robekan serviks atau jalan lahir. Dapat disertai

hipotonus uterus post partum dengan risiko perdarahan. Perinatal juga

sangat berisiko mengalami hipoksia (terancamnya pertukaran darah

uteroplasenta akibat kontraksi) dan perdarahan intrakranial perinatal

(perdarahan langsung atau tidak langsung).16

2.2.3 Perubahan psikologis pada persalinan

Perubahan psikologis keseluruhan seorang wanita yang sedang

mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung pada persiapan dan


22

bimbingan antisipasi yang dia terima selama persiapan menghadapi

persalinan, dukungan yang telah diterima wanita dari pasangannya,

orang terdekat lain, keluarga dan pemberi perawatan, lingkungan

tempat wanita tersebut berada dan apakah bayi yang dikandungnya

merupakan bayi yang diinginkan atau tidak.

2.2.4 Tanda – tanda persalinan

Tanda – tanda awal persalinan, yaitu sebagai berikut :

a. Timbulnya his persalinan, yaitu nyeri pada bagian punggung dan

perut bagian depan makin lama makin pendek intervalnya dan

makin kuat intensitasnya, mempunyai pengaruh pada pendataran

dan pembukaan serviks.

b. Bloody Show

Bloody Show merupakan lendir disertai darah dari jalan

lahir dengan perdataran dan pembukaan, lendir dari canalis

servikalis disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit

ini disebabkan oleh lepasnya selaput janin pada bagian bawah

segmen rahim sehingga beberapa capillair darah terputus.

c. Prematur Rupture of Membrane adalah keluar cairan banyak dari

jalan lahir, hal ini terjadi akan ketuban pecah atau selaput janin

robek. Ketuban biasanya pecah ketika pembukaan sudah hampir

lengkap atau lengkap.


23

2.2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan

a. power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his,

kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari

ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.14 yang perlu

diperhatikan saat ada his :

1) frekuensi his

Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya per menit atau

per sepeluh menit.

2) Intensitas his

Kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan frekuensi

kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin

meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui

bahwa aktivitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut

berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.

3) Durasi atau lama his

Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,

misalnya selama 40 detik.

4) Datangnya his

Apabila datangnya sering, teratur atau tidak.


24

5) Interval

Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his

datang tiap 2 sapai 3 menit.

Tabel 2.2
Perbedaan antara His palsu dan his sejati

Jenis
His palsu His sejati
perubahan
Karakteristik Tidak teratur dan Timbul secara teratur
kontraksi tidak semakin sering semakin sering,
(disebut kontraksi berlangsung selama 30 -
Braxton Hicks) 70 detik.
Pengaruh Jika ibu berjalan atau Meskipun posisi atau
gerakan beristirahat atau jika gerakan ibu berubah,
tubuh posisi tubuh ibu kontraksi tetap dirasakan.
berubah, kontraksi
akan menghilang atau
berhenti.
Kekuatan Biasanya lemah dan Kontraksinya semakin
kontraksi tidak semakin kuat kuat.
(mungkin menjadi
kuat lalu lemah).
Nyeri karena Biasanya hanya Biasanya berawal di
kontraksi dirasakan di tubuh punggung dan menjalar
bagian depan. ke depan.

Perubahan – perubahan akibat his adalah :

1) Pada uterus dan serviks

Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan

hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta

menyebabkan serviks menjadi datar (effacement) dan terbuka

(dilatasi).
25

2) Pada ibu

Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga

ada kenaikan nadi dan tekanan darah.

3) Pada janin

Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenter kurang,

maka timpul hipoksia janin, denyut nadi janin melambat

(bradikardi) dan kurang jelas di dengar karena adanya iskemia

fisiologis.

Karakteristik dan sifat his adalah :

1) His pendahuluan

Tidak teratur dan tidak kuat menyebabkan timbulnya

“show” atau lendir darah.

2) His kala I

Pembukaan menjadi lengkap, his mulai teratur dan lebih

kuat dan ibu merasa sakit.

3) His kala II

His sangat kuat, lebih teratur dan lebih lama sehingga

sangat berguna untuk mempercepat keluarnya janin.

4) His kala III

Kontraksi menurun, dan tidak seberapa ibu merasa sakit

karena berguna untuk mengeluarkan plasenta.

5) His kala IV

Kontraksi berangsur – angsur melemah.


26

b. Passage

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang

yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus

berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative

kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan

sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :

1) Bagian keras : Tulang – tulang panggul.

2) Bagian lunak : Uterus, otot dasar panggul dan perineum.

3) Ruang panggul (pelvic Cavity) dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Pelvis mayor (flase pelvic), diatas linea terminalis.

b) Pelvis minor (true pelvic), dibawah linea terminalis.

4) Bidang – bidan panggul

Bidang hodge adalah bidang semua sebagian pedoman

untuk menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh

penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam atau vaginal

toucher (VT). Bidang hodge terbagi empat antara lain sebagai

berikut :

a) Bidang hodge I

Bidang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang dibentuk

oleh promontorium, artikulasio sakro-illiaka, sayap sacrum,

linea inominata, ramus superior os. pubis, tepi atas simpisis

pubis.
27

b) Bidang hodge II

Bidang setinggi pinggir bawah simpisis pubis, berhimpit

dengan PAP (hodge I).

c) Bidang hodge III

Bidang setinggi spina ischiadica berhimpit dengan PAP

(hodge I).

d) Bidang hodge IV

Bidang setinggi ujung cocsigis berhimpit dengan PAP.

c. Pasanger

1) Janin

Hubungan janin dengan jalan lahir :

a) Sikap : menunjukan hubungan bagian – bagian janin satu

sama lain. Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid)

kira – kira sesuai dengan kavum uterus.

b) Letak (situs) : menunjukan hubungan sumbu janin dengan

sumbu jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut letak

memanjang, bila tegak lurus satu sama lain disebut letak

melintang.

c) Presentasi dan bagian bawah : presentasi menunjukan

bagian janin yang berada dibagian terbawah jalan lahir.

d) Posisi dan penyebutnya : posisi menunjukan

hubungan bagian janin tertentu (penyebut, umpamanya ubun


28

– ubun kecil, dagu atau sacrum) dengan bagian kiri, kanan,

depan, lintang (lateral) dan belakang dari jalan lahir.

2) Plasenta

Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta

jarang menghambat proses persalinan normal. Dimana plasenta

memiliki peranan berupa transport zat dari ibu ke janin,

penghasil hormon yang berguna selama kehamilan, serta

sebagai barier. Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka

bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan

pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.

3) Air ketuban

Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air

ketuban dapa dijadikan acuan dalam menentukan diagnose

kesejahteraan janin.

d. Psikologis ibu

Banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan

kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran

bayi. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah – olah pada

saat itu benar – benar terjadi realitas. Psikologis ibu meliputi,

emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sbelumnya,

kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.


29

e. Penolong persalinan

Peran penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.

Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu)

dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan memberi rasa

nyaman, seutuhnya pijatan dan dorongan verbal, pujian serta

penjelasan mengenai apa yang terjadi dan beri berbagai informasi.9

2.2.6 Tanda bahaya persalinan

a. Ketuban pecah dini

Normalnya ketuban pecah beberapa saat sebelum

melahirkan. Jika sebelum tanggal perkiraan persalinan ibu talah

merasa keluarnyacairan dalm jumlah banyak dari kemaluan

(pecahnya ketuban), Segeralah ke Nakes, karena ketuban pecah

dini meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

b. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut ( Ususia kehamilan > 20

minggu) meskipun sangat sedikit dapat merupakan ancaman bagi

ibu dan janin. Ibu perlu segera mendapatkan pertolongan di Nakes.

c. Pergerakan janin berkurang

Berkurang atau hilangnya pergerakan janin dapat

merupakan suatu tanda gawat janin yang dapat berakhir denagn

kematian janin. Karena itu sebaiknya ibu mengerti cara


30

menghitung pergerakan janin dalam satu hari, dan segera ke Nakes

jika menduga pergerakan janin berkurang. Pemnantauan

pergerakan janin harus sudah duimual;ai sejak awal, yakni sejak

ibu merasa pergerakan janinnya, karena ibu sendirilah yang paling

tahu dan mungkin mendeteksei kesehatan janinnya, bisanya

memperhatikan gerakan janin setiap hari, dianjurkan untuk

memperhatikannya pada malaam hari, saat itu janin sedang

’bangun’. Caranya : ibu berbaring ( malam hari dan menghitung

gerakan janin selama 20 menit. Januin yang sehat akan bergerak

labih dari 5 kali dalam 20 menit. Apabila ini terjadi, janin ibu akan

baik selama 24 jam berikutnya sehingga dengan memantau

gerakan janin ibu dapat memprediksi kesehatan janin setidaknya

24 jam ke depan. Apabila janin bergerak kurang dari 5 kali dalam

20 menit segera hubungi nakes untuk mndapatkan pemantauan

yang lebih akurat dengan cara NST (Non Stress Test).

d. Tekanan darah meningkat

Tekanan darah meningkat tanpa pemeriksaan tensi darah

sulit diketahui, tetapi apabila ibu merasa bengkak pada kaki yang

tidak hilang setelah diistirahatkan, bengkat pada punggung tangan,

bengkak pada kelopak mata atau bagian tubuh lainnya segera

hubungi nakes karena kemungkinan ibu terancam pre-eklampsi

(keracunan kehamilan).10
31

2.2.7 Penatalaksanaan dalam proses persalinan (Menggunakan langkah

– langkah APN + IMD)

a. 60 langkah APN :

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik

sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.

3) Memakai baju penutup atau celemek plastic yang bersih.

4) Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir.

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan

untuk periksa dalam.

6) Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan kanan, isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.

Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT

(basah) dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah

perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,

bersihkan daerah tersebut dari kotoran).

8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.


32

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa

ingin meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

15) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokong ibu.

16) Membuka tutup partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

18) Saat kepala bayi tampak dibawah simfisis, tangan kanan

melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong,

sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi

defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir.


33

19) Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin

dari lendir dan darah.

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin. Jika tali pusat

melilit leher janin dengan longgar lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat

mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22) Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan

biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai

bahu anterior/depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas

sampai bahu posterior/belakang lahir.

23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan

bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher

(bagian bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan

dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan

bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir.

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang

tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua

lutut janin).

25) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan

kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah


34

penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu

dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu

pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan), bila bayi

mengalami asfiksia lakukan resusitasi.

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian tali pusat.

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

umbilicus bayi. Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan

memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.

28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,

dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di

antara kedua klem. Bila bayi tidak bernafas spontan lihat

penanganan khusus bayi baru lahir.

29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,

membungkus bayi hingga kepala.

30) Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.

31) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal.

32) Memberi tahu ibu akan disuntik.

33) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian

luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu

untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh

darah.
35

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

35) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah

uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan

klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva.

36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah

dorso kranial. Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.

37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat

bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta

ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali

pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan

lahir hingga plasenta tampak pada vulva.

38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta dengan kedua tangan

dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta

dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus

teraba keras)
36

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantong plastik atau tempat khusus.

41) Memeriksa apakah ada robekan pada vagina dan perenium bila ada

segera lakukan penjahitan.

42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik.

43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam

larutan klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih

mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi

tingkat tinggi dan mengeringkannya.

44) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan

sampul mati.

45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya.

46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam

wadah berisi larutan klorin 0, 5%.

47) Membungkus kembali bayi.

48) Berikan bayi pada ibu untuk disusui.

49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan

pervaginam dan tanda vital ibu.


37

50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi

uterus tidak baik.

51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi (pengeluaran darah

normal ±500 cc)

52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap

15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama jam kedua pasca persalinan.

53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat

sampah yang di sediakan.

55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering.

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Melengkapi partograf.19


38

b. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Pilar utama dalam proses menyusui adalah inisiasi dini atau lebih

dikenal dengan inisiasi menyusui dini (IMD). IMD di definisikan

sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran.

Bayi diletakan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala

upayanya mencari putting untu segera menyusui. Cara bayi melakukan

inisiasi menyusui dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak

mencari payudara. Jangka waktunya adalag segera mungkin setelah

melahirkan. IMD sangat penting tidak hanya untuk bayi, namun juga

bagi si ibu. Dengan demikian, sekitar 22% angka kematian bayi setelah

lahir pada 1 bulan pertama dapat ditekan. Bayi disusui selama 1 jam

atau lebih di dada ibunya segera setelah lahir. Hal tersebut juga penting

dalam menjaga produktivitas ASI. Isapan bayi penting dalam

meingkatkan kadar hormone prolaktin, yaitu hormon yang merangsang

kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan

produksi susu 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasaan.

Manfaat IMD

Keuntungan Inisiasi Menyusui Dini bagi ibu dan bayi adalah :

Keuntungan menyusui bagi Ibu

1) Merangsang oksitosin dan prolactin

2) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI

3) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.


39

Keuntungan menyusui bagi Bayi

1) Meningkatkan kecerdasan

2) Mecegah kehilangan panas

3) Merangsanag kolostrum segera keluar

4) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi

5) Makanan dengan kualitas dan kuantitaf optimal agar kolostrum

segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi

6) Membantu bayi mengordinasikan isap, telan dan napas

7) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan janin.

Memulai menyusui dini akan :

1) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah

2) Meingkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan

meningkatkan lamanya bayi menyusui

3) Merangsang produksi susu

4) Memperkuat reflex mengisap bayi. Intensitas reflek megisap

awal pada bayi paling kuat adalah dalam beberapa jam pertama

setelah lahir.21

2.2.8 Teori persalinan normal

Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak

belakang kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak

melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.

Sebab terjadinya persalnan sampai kini masih merupakan teori yang


40

kompleks. Faktor humoral, pengaruh dari prostaglandin, struktur uterus,

pengaruh syaraf dan nutrisi di sebut sebagai faktor – faktor yang

mengakibatkan persalinan dimulai.

Pembagian tahap persalinan

a. Persalinan kala I

Persalinan kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai lengkap. Ditandai dengan :

1) Penipisan dan pembukaan serviks

2) Kontraksi uerus yang mengakibatkan perubahan pada serviks

(frekuensi 2 kali 10 menit)

3) Keluarnya lendir bercampur darah.

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :

1) Fase laten : Pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai

dari pembukaan 0 sampai 3 cm, berlangsung kira – kira 8 jam.

2) Fase aktif : Dari pembukaan 4 cm sampai pembukaan 10 cm,

berlangsung kira – kira 7 cm. Dibagi atas :

a) Fase akselerasi :dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 menjadi 4

b) Fase dilatasi maksimal : dalam 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9

cm

c) Fase deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm.


41

Kontraksi menjadi lebih kuat dan sering pada fase aktif.

Keadaan tersebut dapat dijumpai pada primigravida maupun

multigravida, tetapi pada multigravida fase laten, fase aktif dan

fase deselerasi terjadi lebih pendek.

1) Primigravida

Osteum uteri internum akan membuka terlebih dahulu

sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Keadaan osteum

uteri eksternal membuka berlangsung kira – kira 13 – 14 jam.

2) Multigravida

Osteum uteri internum sudah membuka sedikit sehingga

osteum uteri internum dan eksternum serta penipisan dan

pendataran serviks terjadi dalam waktu yang bersamaan.

b. Persalinan kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

lahir. Pada primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida

berlangsung 1 jam. Pada kala pengeluaran, his terkoordinis, kuat,

cepat dan lebih lama, kira – kira 2 – 3 menit menit sekali. Kepala

janin telah turun masuk ke ruang panggul sehingga terjadi tekanan

pada otot – otot dasar panggul yang secara reflektoris

menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu

merasa seperti mau buang air besar, dan tandanya anus sudah

terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka dan perineum menonjol.


42

c. Persalinan kala III (pelepasan Uri)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri

dari mulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung sekitar tidak lebih dari 30 menit.

d. Persalinan kala IV (Observasi)

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama post partum, yang diobservasi yaitu tekanan darah, nadi,

suhu, tinggi fundus uteri,kontraksi, kandung kemih, dan jumlah

perdarahan pada 15 menit jam pertama dan 30 menit pada jam

kedua.

2.3 Nifas

2.3.1 Pengertian nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat – alat reprodukai pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

2.3.2 Perubahan psikologis masa nifas

a. Periode Taking In ( hari ke 1 – 2 setelah melahirkan)

1) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain

2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya

3) Ibu akan mengulangi pengalaman – pengalaman waktu

melahirkan
43

4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke kondisi normal

5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan

proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.

b. Periode Taking On / Taking Hold (hari ke 2 – 4 setelah

melahirkan)

1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya

2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAB, BAK dan daya tahan tubuh

3) Ibu berusaha menguasai keterampilan merawat bayi seperti

membedong, menyusui, memandikan dan mengganti popok

4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi

5) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya.

c. Periode Letting Go

1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh

dukungan serta perhatian keluarga

2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu

dalam kebebasan dan hubungan sosial


44

3) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

2.3.3 Tanda bahaya masa nifas

a. Pendarahan hebat atau peningkatan pendarahan secara tiba – tiba

(melebihi haid biasa atau jika pendarahan tersebut membasahi lebih

dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam)

b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.

c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung

d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastric, atau masalah

penglihatan.

e. Pembengkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa sakit

sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak badan.

f. Payudara yang memerah, panas, dan/atau sakit.

g. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.

h. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan/ atau pembengkakan pada

kaki.

i. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau

bayi.

j. Merasa sangat letih atau bernafas terengah – engah.11


45

2.3.4 Asuhan masa nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, menganjurkan ibu untuk

melakukan kunjungan paling sedikit 4 kali kunjungan, dilakukan untuk

menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi,

dan menangani masalah – masalah yang terjadi pada masa nifas.

Kunjungan selama masa nifas

a. Kunjungan ke – 1 (6-8 jam setelah persalinan)

1) Untuk mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan (rujuk bila

perdarahan berlanjut)

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

antonia uteri.

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap hangat dan sehat dengan mencegah

terjadinya hipotermia

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.


46

b. Kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau)

2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, perdarahan

abnormal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda – tanda penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

talipusat, menjaga agar bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari – hari.

c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu untuk mendapatkan cukup makanan, cairan,

dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda – tanda penyulit


47

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga agar bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari – hari.

d. Kunjungan ke 4 (6 minggu setelah persalinan)

1) Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan istirahat

yang cukup

2) Memastikan ibu dapat menyusui dengan baik dan tidak ada

penyulit

3) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit – penyulit yang ibu

atau bayi alami.11

Menurut sumber dari buku KIA tahun 2017 menyebutkan

bahwa kunjungan nifas dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu :

1) Kunjungan ke – 1 : 6 – 48 jam

2) Kunjungan ke – 2 : 4 – 28 hari

3) Kunjungan ke – 3 : 29 – 42 hari13

2.4 Bayi baru lahir

2.4.1 Pengertian bayi baru lahir

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 – 42 minggu atau 294 hari dan berat badan lahir 2500

gram sampai dengan 4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau
48

neonatus) adalah bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia empat

minggu.

2.4.2 Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir

a. Sistem Pernafasan

Masa yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika

harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama

kali.Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru paru

matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem

alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas

harus melalui paru-paru bayi.

b. Sirkulasi darah

Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena

umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri

jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di

pompa melalui aorta ke seluruh tubuh.Dari bilik kanan darah di

pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke

aorta.Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan

tekanan-tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam

jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan yang

mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional.Hal

ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh 17 karena

tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik
49

dan karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus

arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama.Aliran

darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter per menit / m2.Aliran

darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1.96 liter/menit/m2

karena penutupan duktus arteriosus.

c. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari

orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih

besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan

lemak.Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan

karbohidrat.Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran

lemak.Setelah mendapat suhu <pada hari keenam, energi 60% di

dapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.

d. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan

kadar natriumrelatif lebih besar dari kalium karena ruangan

ekstraseluler luas. Fungsi ginjalbelum sempurna karena:

1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa

2) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal

3) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relatif

kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.


50

e. Imunoglobulin

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi

dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan

kekebalan alami maupun yang didapat.Kekebalan alami terdiri dari

struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau

meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan

alami:Perlindungan dari membran mukosa, Fungsi saringan saluran

nafas, Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus, Perlindungan

kimia oleh lingkungan asam lambung.

f. Truktus digestivenus

Truktus digestivenus relatif lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus traktus

digestivenus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium. Pengeluaran

mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya

tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus

digestivenus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali

amilase pankreas.Bayi sudah ada refleks hisap dan menelan,

sehingga pada bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh sering

terjadi akibat dari hubungan oesofagus bawah dengan lambung

belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu <

30 cc. 12
51

2.4.3 Tanda bahaya pada bayi baru lahir

a. Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau hisapan lemah.

b. Kesulitan bernafas, yaitu bernafas cepat lebih dari 60x/menit atau

menggunakan otot nafas tambahan.

c. Letargi, bayi terus menerus tidur

d. Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis) atau bayi kuning

(terutama dalam 24 jam pertama).

e. Suhu terlalu panas/febris (lebih dari 38,0 oC) atau terlalu dingin/

hipotermi (kurang dari 36 oC)

f. Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa misalnya rewel.

g. Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak buang air besar selama 3

hari pertama, muntah terus menerus, tinja berwarna hijau tua atau

berlendir.

h. Mata bengkak atau mengeluarkan cairan.

i. Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk atau

berdarah.

j. Tidak berkemih dalam 24 jam.

k. Aktivitas tidak seperti biasanya, rewel, lemas atau kejang


52

2.4.4 Asuhan pada bayi baru lahir

a. Asuhan segera bayi baru lahir pada 1 jam pertama

1) Menjaga bayi tetap hangat

2) Membersihkan jalan nafas

3) Mengeringkan bayi

4) Memotong dan merawat tali pusat

5) Melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)

6) Memberikan Vitamin K

7) Memberikan salep mata

8) Pemberian identitas

9) Anamnesis dan pemeriksaan fisik

b. Asuhan bayi baru lahir pada 2 jam setelah lahir

1) Pemberian imunisasi HB-0

Dalam satu minggu pertama bayi harus diberi imunisasi

hepatitis yang pertama dan kemudian disusul dengan imunisasi

yang lain. Imunisasi hepatitis B0 seharusnya diberikan sedini

mungkin yaitu 1 jam setelah pemberian vitamin K.

2) Memeriksa tanda – tanda vital bayi

3) Memantau kemampuan menghisap kuat atau lemah

4) Memantau bayi aktif atau tidak

5) Memantau kulit bayi tetap kemerahan


53

c. Asuhan bayi baru lahir pada 6-8 jam setelah lahir

1) Memeriksa tanda – tanda vital seperti sulit bernafas, nafas lebih

dar 60x/mnt, warna kulit kebiruan, warna kuku biru, bayi

mengigil, lemas, kejang, menangis kuat/lemah.

2) Mempertahankan kehangatan tubuh bayi dengan cara

mendekapkan bayi pada ibunya

3) Menjalin hubungan antara ibu dan bayi dengan melakukan

rooming in (rawat gabung)

4) Memandikan bayi

Bayi dimandikan setidaknya 6 jam setelah persalinan, dan

pastikan suhu bayi stabil 36,5 – 37,50C. pastikan bayi tidak

mengalami masalah pernafasan, menggunakan air hangat untuk

memandikan bayi, segera kenakan pakaian bayi setelah

memandikan, mengukur suhu badan bayi, merawat tali pusat

agar tetap kering, tali pusat yang terpenting dijaga

kebersihannya.

5) Memantau apakah bayi sudah BAK/BAB. Bayi berkemih hanya

2 kali dalam 24 jam pertama. Jika tidak terdapat berkemih

dalam 24 jam pertama kolaborasi dengan dokter anak dan

melihat warna urine.

d. Asuhan bayi baru lahir pada 6 hari setelah lahir

1) Memeriksa tanda – tanda vital bayi

2) Melihat apakah tali pusat puput


54

3) Menilai kesejahteraan bayi, kebutuhan nutrisinya tercukupi atau

tidak

4) Menilai warna kulit bayi kuning atau tidak, bila kuning

menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap jam 7 pagi

selama 10 menit, pakaian bayi harap dilepas agar seluruh tubuh

bayi terkena sinar matahari.

5) Menimbang bayi naik/turun, batas normal bayi turun 10% dari

berat saat lahir.

e. Asuhan bayi baru lahir pada 2 minggu setelah lahir

1) Sama seperti asuhan bayi baru lahir 6 hari ditambah konseling

imunisasi pada bayi.

f. Asuhan bayi baru lahir pada 6 minggu setelah lahir

1) Menganjurkan ibu agar tetap memberikan ASI

2) Memberitahu ibu untuk menjaga kamar bayi agar tetap hangat

karena dalam kandungan bayi mendapatkan kehangatan sesuai

suhu ibu

3) Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan dengan bersih sebelum

merawat bayi, jagalah tempat tidur bayi dan popok agar tetap

kering dan bersih

4) Bila berat badan bayi tetap atau berkurang dari berat badan lahir

atau terdapat kelainan segera ke tempat pelayanan kesehatan

terdekat. Berat bayi lahir akan menurun 10 % dan dalam 2

minggu akan kembali ke berat badan semula.5


55

Menurut sumber buku KIA tahun 2017 kunjungan neonatus

dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu :

1) Kunjungan ke – 1 : 6 – 48 jam

2) Kunjungan ke – 2 : 3 – 7 hari

3) Kunjungan ke – 3 : 8 – 28 hari13

2.5 Keluarga berencana

2.5.1 Pengertian KB IUD post plasenta

IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10

menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam.

Pemasangan AKDR berdasarkan waktu pemasangan dibagi 3 :

a. Immediate postplacental insertion (IPP) yaitu AKDR dipasang

dalam waktu 10 menit setelah plasenta dilahirkan.

b. Early postpartum insertion (EP) yaitu AKDR dipasang antara 10

menit sampai 72 jam postpartum.

c. Interval insertion (INT) yaitu AKDR dipasang setelah 6 minggu

postpartum.

Pemasangan AKDR dalam 10 menit setelah plasenta lahir dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Dipasang dengan tangan secara langsung

Pemasangan memegang AKDR dengan jari telunjuk dan

jari tengah kemudian dipasang secara perlahan – lahan melalui

vagina dan serviks sementara itu tangan yang lain melakukan


56

penekanan pada abdomen bagian bawah dan mencengkeram uterus

untuk memastikan AKDR dipasang ditengah – tenag yaitu fundus

uteri. Tangan pemasang dikeluarkan perlahan – lahan dari vagina.

Jika AKDR ikut tertarik keluar saat tangan pemasang dikeluarkan

dari vagina atau AKDR belum terpasang ditempat yang

seharusnya, segera lakukan perbaikan posisi AKDR.

b. Dipasang dengan ring forceps

Prosedur pemasangan dengan AKDR menggunakan ring

forcep hampir sama dengan pemasangan menggunakan tangan

secara langsung akan tetapi AKDR diposisikan dengan

menggunakan ring forceps, bukan dengan tangan.

2.5.2 Macam – macam alat kontrasepsi

a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode

Kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan

alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe

Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode

Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu

perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode

kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup

serviks dan spermisida.


57

b. Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi

menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan

estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan

suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi

progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.

c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2

yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik

progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. AKDR yang

mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu

Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20

mengandung Leuonorgestrel.

d. Metode Kontrasepsi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu

Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP).

MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini

adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga

mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP

sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong


58

atau mengikat saluran vas deferens 14 sehingga cairan sperma

tidak dapat keluar atau ejakulasi.

2.5.3 Indikasi dan kontraindikasi

a. Indikasi KB IUD post plasenta

1) Usia reproduksi

2) Ibu yang ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang

3) Ibu yang belum pernah hamil tetapi ingin menunda kehamilan

4) Ibu yang pernah melahirkan tidak menyusui bayinya

5) Ibu menyusui yang menginginkan memakai kontrasepsi

6) Ibu yang setelah abortus dan tidak ada tanda infeksi

7) Ibu memiliki resiko rendah terhadap infeksi menular seksual

(IMS)

8) Ibu tidak menghendaki metode hormonal

9) Ibu yang tidak nyaman untuk mengingat minum pil setiap hari

10) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

b. Kontraindikasi KB IUD post plasenta

1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

2) Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat

dievaluasi)

3) Sedang menderita infeksi alat genetal (vaginitis, servisitis)

4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita

penyakit radang panggul atau abortus septik.


59

5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim

yang dapat mempengaruhi kavum uteri.

6) Penyakit trofoblas yang ganas.

7) Diketahui menderita TBC pelvik.

8) Kanker alat genetal.

9) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

2.5.4 Keuntungan dan kerugian

a. Keuntungan IUD/ AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

1) Efektivitasnya tinggi.

2) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

3) Metode jangka panjang

4) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat – ingat.

5) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

6) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

7) Tidak ada efek samping hormonal.

8) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

9) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

10) Dapat digunakan sampai menopause.

11) Tidak ada interaksi dengan obat – obatan.


60

b. Kerugian IUD/AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

1) Efek samping yang umum terjadi :

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan).

b) Haid lebih banyak dan lama.

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

d) Saat haid lebih sakit.

2) Komplikasi lain :

a) Merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah

pemasangan.

b) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantara yang

memungkinkan penyebab anemia.

c) Perforasi dinding uterus (sangat jarang terjadi apabila

pemasangannya benar).

3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan.

5) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan

IMS memakai AKDR yang memicu infertilitas.

6) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelviks diperlukan

dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama

pemasangan.
61

7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari.

8) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas

kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.

9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering

terjadi apabila dipasang segera sesudah melahirkan)

10) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi

AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

11) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu

ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan

jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau

melakukan ini.

2.5.5 Cara penggunaan

a. KB IUD bisa dipasang kapan saja selama tidak terjadi kehamilan

dan tidak memiliki infeksi pelvis. Namun KB IUD sebaiknya

digunakan pada wanita yang pernah hamil sebelumnya

b. Prosedur pemasangan hanya membutuhkan waktu beberapa menit.

c. Akan dipasang melalui leher rahim.

2.5.6 Efek samping

a. Rasa nyeri pada bagian punggung dan kram seperti nyeri haid yang

terjadi dalam beberapa jam setelah pemasangan spiral.


62

b. Gangguan menstruasi

c. Masalah hormonal seperti mual, perubahan suasana hati, sakit

kepala, jerawat, dan nyeri pada payudara. Namun biasanya gejala

ini akan hilang setelah beberapa bulan.15

Anda mungkin juga menyukai