Anda di halaman 1dari 21

ELIMINASI TETANUS

MATERNAL DAN NEONATAL


Disampaikan :
dr. Dewi Ambarwati, MKM
Ketua Tim Kerja Seksi Surveilans dan Imunisasi
TETANUS NEONATORUM
• Tetanus merupakan penyakit infeksi oleh bakteri
Clostridium tetani.
• Tetanus neonatorum (TN) adalah penyakit tetanus
yang terjadi pada neonatus (usia <28 hari) yang
disebabkan oleh Clostridium tetani, dimana
bakteri mengeluarkan toksin (racun) dan
menyerang sistem saraf pusat.
• masa inkubasi tetanus neonatorum 3-10 hari.
Tanda dan gejala biasanya muncul pada hari ke-3
sampai 28 setelah kelahiran (rata – rata 7 hari
setelah kelahiran)
Your Text Here
TETANUS NEONATORUM
GEJALA KLINIS
• Gejala awal adalah kesulitan minum karena terjadinya
trismus atau lock jaw (spasme otot pengunyah).
• Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga
bayi tidak dapat minum dengan baik.
• Selain itu terdapat risus sardonicus atau wajah seperti
senyum terpaksa dan alis terangkat.
• Kemudian, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan
kejang umum, seperti opisthotonus atau tulang
belakang seperti melengkung ke belakang.
• Kejang terjadi terutama apabila terkena rangsang
cahaya, suara, dan sentuhan. Leher menjadi kaku,
dinding perut kaku, mengeras. Kalau terdapat kejang
otot pernapasan, dapat terjadi sianosis (wajah bayi
membiru).
EPIDEMIOLOGI TETANUS NEONATORUM
WHO memperkirakan telah terjadi penurunan kematian akibat TN sebesar 85% dalam kurun waktu 2000 -
2018, dari 170.829 kematian pada 2000 menjadi 25.000 kematian pada 2018.
Sedangkan kasus TN yang dilaporkan mengalami penurunan 90%, dari 17.935 pada 2000 menjadi 1803 pada
2018, bahkan pada 2018, 13 (22%) dari 59 negara prioritas melaporkan kasus TN nihil

Angka Kematian Bayi di Indonesia tercatat 24 per 1000


kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal 15 per
kelahiran hidup (SDKI, 2017) dan Angka Kematian Ibu
305 per 100.000 kelahiran (SUPAS, 2015). Penyebab
kematian bayi ini salah satunya adalah tetanus dimana
pada neonatus lebih dikenal dengan tetanus neonatorum
(TN).

Data Riskesdas 2018 menunjukkan 10 kasus TN kasus


terbanyak di provinsi Kalimantan Tengah 3 kasus dan
provinsi Jambi 1 (satu) kasus dengan CFR 40%, sementara
6 (enam) kasus lainnya tidak menyebabkan kematian : di
provinsi Sumatera Selatan 2 kasus, Aceh 1 kasus,
Lampung 1 kasus, Kalimantan Barat 1 kasus dan Riau 1
kasus
ELIMINASI TETANUS MATERNAL NEONATAL

Diawali pada Sidang Kesehatan Dunia 1989 yang


mendukung inisiasi eliminasi TN, kemudian berganti nama
menjadi Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (Eliminasi
TMN) pada 1999 dengan target 595 negara prioritas
• strategi: 1) cakupan imunisasi Tetanus toxoid (TT)
minimal 2 dosis sesuai interval pada WUS 80% di daerah
berisiko tinggi; 2) Persalinan oleh tenaga kesehatan 70%
; dan 3) Peningkatan surveilans kasus TN.
ELIMINASI TETANUS MATERNAL NEONATAL
Eliminasi tetanus neonatorum di Indonesia
diinisiasi pada 1996 dengan target 105
kabupaten kota berisiko tinggi

Pada 2001 inisiasi diperbaharui menjadi


Eliminasi TMN dengan target 59 kabupaten
kota berisiko tinggi

Pada 2003 – 2004 dilakukan pemberian


imunisasi TT tambahan pada WUS sebanyak
2 kali di 72 kabupaten/kota di 18 provinsi,

pada 2007-2008 dilanjutkan di 27 kabupaten


kota berisiko tinggi lainnya
ELIMINASI TETANUS MATERNAL NEONATAL

Insidens rate tetanus neonatorum < 1/1000


kelahiran hidup per tahun yang dibuktikan
dengan kinerja surveilans TN yang sensitive
KABUPATEN/KOTA
DINYATAKAN Cakupan bayi lahir terlindung dari TN yang
ELIMINASI TETANUS dibuktikan dengan status T2+ pada ibu atau
MATERNAL PAB > 80%
NEONATAL BILA :

Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan >


87%
ELIMINASI TETANUS MATERNAL NEONATAL

Validasi Eliminasi TMN di


Indonesia dilakukan dalam 4 tahap

Indonesia dinyatakan
Tahap 1 : 2010 di regional Jawa & Bali
Eliminasi Tetanus
Tahap 2 : 2010 di regional Sumatera Maternal Neonatal
Tahap 3 : 2011 di regional Kalimantan,
pada tahun 2016
Sulawesi, Nusa Tenggara

tahap-4 pada 2016 di regional Maluku


& Papua.
ELIMINASI TETANUS MATERNAL NEONATAL

Penilaian Pasca Validasi (PVA/Post Validation Assessment).


Pada Februari 2020 dilakukan PVA melalui review data lapangan disertai
survei cepat di 4 kabupaten berisiko tinggi dan 3 kabupaten berisiko
rendah terjadinya TN. Berdasarkan data yang dikumpulkan tidak
ditemukan kasus TN > 1 per 1000 bayi lahir hidup dan 90% ibu
melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan, meskipun
cakupan imunisasi ibu hamil kurang dari 80%, tim PVA memberikan
kesimpulan bahwa Eliminasi TMN di Indonesia
dapat dipertahankan.
FAKTOR RISIKO KEJADIAN TN
Faktor yang berkaitan
Faktor yang berkaitan
dengan persalinan yang tidak
dengan imunisasi
aman
• Persalinan atau prosedur • Ibu tidak memiliki status
medis lainnya yang imunisasi minimum T2
dilakukan di luar fasilitas dengan masa perlindungan
kesehatan. yang optimal (PAB).
• Persalinan tidak dilakukan
oleh tenaga kesehatan
yang kompeten menangani
persalinan.
• Praktek persalinan dan
perawatan tali pusat yang
tidak bersih atau tidak steril,
FAKTOR RISIKO KEJADIAN TN
Faktor yang berkaitan
dengan sosial ekonomi Faktor lainnya
dan budaya
• Kemiskinan • Riwayat kematian
• Tingkat pendidikan anak sebelumnya
orang tua yang rendah dalam keluarga akibat
• Pemeriksaan antenatal TN.
yang tidak rutin
• Usia ibu yang muda
atau kondisi kehamilan
pertama, maupun
keduanya
STRATEGI MNTE di INDONESIA
Strategi eliminasi MNT di Indonesia terutama difokuskan pada pemberian TTCV untuk
melindungi semua orang dari tetanus sepanjang hidup: dari masa bayi hingga masa kanak
– kanak dan remaja hingga masa dewasa awal. Target strategi:
✔ Bayi dengan tiga dosis DPT/pentavalen (DPT-HepB-Hib) dengan jarak yang memadai
selama tahun pertama kehidupan dan dosis ulangan pertama pada usia 18 bulan
menggunakan platform EPI rutin, diikuti dengan dosis penguat/ulangan DT untuk siswa
kelas 1 SD, dan dosis ulangan Td untuk siswa kelas 2 dan 5
✔ Perempuan yang akan menikah atau baru saja menikah dengan dosis Td "calon
pengantin".
✔ Ibu hamil dengan dosis Td melalui EPI rutin atau layanan perawatan antenatal (ANC),
dan
✔ WUS (usia 15–39 tahun) dengan tiga putaran kegiatan imunisasi tambahan (SIA) Td di
daerah yang cakupan imunisasi Td dan persalinan bersihnya rendah.
JADWAL IMUNISASI PEMBERIAN VAKSIN TETANUS
Capaian DPT-HB-HIB1, DPT-HB-HIB2, DPT-HB-HIB3, DPT-HB-HIB4 tahun 2021 masih
dibawah target 95%.
Capaian imunisasi BIAS baik DT kelas 1,
Td kelas 2 dan Td kelas 5 juga belum
mencapai target ditahun 2021
PEMBERIAN IMUNISASI Td WUS
Pemberian imunisasi Td bagi WUS harus didahului dengan skrining atau penapisan riwayat imunisasi
tetanusnya terlebih dahulu oleh petugas kesehatan.
Capaian imunisasi Td2+ pada ibu
hamil tahun 2021 sudah mencapai
target 80%, namun bila dilihat per
kabupaten/kota beberapa masih
ada yang belum tercapai
STRATEGI MNTE di INDONESIA
Strategi eliminasi MNT di Indonesia selanjutnya adalah Protection of Birth (PAB)

PAB adalah tingkat perlindungan terhadap TN pada bayi saat lahir dari ibu yang masih memiliki masa/lama
perlindungan terhadap tetanus dari vaksin yang mengandung tetanus toxoid yang diperoleh sebelumnya.

Saat melakukan Antenatal care (ANC) perlu dilakukan skrining status “PAB” nya dengan melihat catatan/riwayat
imunisasi tetanus yang mengandung tetanus toxoid dan intervalnya
Indikator

WHO merekomendasikan
setelah suatu negara divalidasi
untuk MNTE, tinjauan indikator
inti dan pengganti harus
dilakukan untuk mengevaluasi
apakah MNTE tetap terjaga
KESIMPULAN

UNTUK TETAP MEMPERTAHANKAN STATUS ELIMINASI TMN


MAKA SEBAIKNYA :
• Penguatan imunisasi rutin, pemberian imunisasi tambahan
dengan meningkatkan cakupan imunisasi khususnya untuk
imunisasi yang mengandung tetanus toksoid.
• Mempromosikan persalinan dan perawatan tali pusat yang bersih
• Penguatan surveilans tetanus neonatal
Thank you

Anda mungkin juga menyukai