0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut menjelaskan tentang Tetanus Neonatorum (TN), termasuk definisi, gejala, faktor risiko, cara penemuan kasus, dan penilaian risiko wilayah. Proses penemuan kasus meliputi surveilans aktif di fasilitas kesehatan primer untuk mendeteksi kasus suspek, diagnosis oleh dokter, serta pelaporan dan investigasi lebih lanjut.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang Tetanus Neonatorum (TN), termasuk definisi, gejala, faktor risiko, cara penemuan kasus, dan penilaian risiko wilayah. Proses penemuan kasus meliputi surveilans aktif di fasilitas kesehatan primer untuk mendeteksi kasus suspek, diagnosis oleh dokter, serta pelaporan dan investigasi lebih lanjut.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang Tetanus Neonatorum (TN), termasuk definisi, gejala, faktor risiko, cara penemuan kasus, dan penilaian risiko wilayah. Proses penemuan kasus meliputi surveilans aktif di fasilitas kesehatan primer untuk mendeteksi kasus suspek, diagnosis oleh dokter, serta pelaporan dan investigasi lebih lanjut.
Tetanus adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh straln toksigenetik dari bakteri Clostridium tetani dimana bakteri mengeluarkan toksin ( racun ) dan menyerang system saraf pusat.
Tanda dan gejala biasanya muncul pada hari ke 3 sampai 28
setelah kelahiran (rata-rata 7 hari setelah kelahiran). Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya memiliki prognosis penyakt lebih buruk dan angka kematian lebih tinggi.
Gejala klinis awal yang muncul kesulitan minum karena
terjadinya trismus atau ( lock jaw) Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga bayi tidak dapat minum dengan baik. Selain itu terdapat risus sardonicus atau wajah seperti senyum terpaksa dan alis terangkat. Kemudian, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan kejang umum, seperti opisthotonus atau tulang belakang seperti melengkung ke belakang.
1. Faktor yang berkaitan dengan persalinan yang tidak aman a. Persalinan atau prosedur medis lainnya yang dilakukan di luar fasilitas kesehatan.
b. Persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten menangani persalinan.
c. Praktek persalinan dan perawatan tali pusat yang tidak
bersih atau tidak steril, misalnya:
• Terdapat hewan peliharaan yang tinggal dalam
rumah atau dekat rumah tempat bersalin (kotoran hewan peliharaan dapat mengandung spora Clostridium tetani).
• Instrumen dan tangan penolong yang tidak bersih.
• Penggunaan tikar, tanah, atau alas persalinan yang tidak bersih.
• Penggunaan bahan tradisional untuk membantu
persalinan.
2. Faktor yang berkaitan dengan imunisasi yaitu ibu tidak
memiliki status imunisasi minimum T2 dengan masa perlindungan yang optimal (PAB).
3. Faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan
budaya Perlu menjadi perhatian bahwa seorang WUS, termasuk ibu hamil, harus mencapai status T5 melalui pemberian imunisasi Td sesuai interval agar mendapatkan perlindungan jangka panjang a. Kemiskinan
b. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah c.
Pemeriksaan antenatal yang tidak rutin d. Usia ibu yang muda atau kondisi kehamilan pertama, maupun keduanya
4. Faktor lainnya yaitu riwayat kematian anak
sebelumnya dalam keluarga akibat TN
3 Cara penemuan kasus Tetanus Neonatorum
Penemuan kasus secara aktif melalui Surveilans Aktif di Masyarakat (Fasilitas kesehatan tingkat pertama/FKTP seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan FKTP Lainnya (BPM), Kriteria : Penentuan kriteria kasus konfirmasi TN tidak berdasarkan pemeriksaan laboratorium tetapi berdasarkan gejala klinis dan diagnosis dokter atau tenaga kesehatan terlatih 1. Suspek TN memenuhi kriteria berikut:
a. Kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh
bukan dokter atau petugas kesehatan terlatih dan tidak dilakukan investigasi. b. Kematian neonatus yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Kasus konfirmasi memenuhi kriteria berikut: Bayi
lahir hidup dapat menangis dan menyusu/minum dalam 2 hari pertama kemudian muncul gejala seperti mulut mencucu (trismus) sehingga sulit menyusu/minum disertai kejang rangsang, yang dapat terjadi sejak umur 3-28 hari. 3. Bukan kasus TN (discarded). Kasus yang setelah dilakukan investigasi tidak memenuhi kriteria klinis Cara menilai risiko wilayah TN a. Daerah risiko tinggi adalah kabupaten/kota dimana:
1) ditemukan kasus TN selama satu tahun terakhir >
1/1000 kelahiran hidup, atau 2) jika insidensi < 87%, dan cakupan imunisasi Td 2+ pada ibu hamil < 80% pada tahun yang sama
b. Daerah risiko rendah adalah kabupaten/kota
dimana:
1) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan kinerja
surveilans yang sensitive
2) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan cakupan
persalinan di fasilitas pelayanan Kesehatan ≥ 87% 3) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan cakupan imunisasi Td 2+ pada ibu hamil ≥ 80% a. Jelaskan Proses Penemuan kasus TN Penemuan kasus secara aktif melalui Surveilans Aktif di Masyarakat (Fasilitas kesehatan tingkat pertama/FKTP seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan FKTP Lainnya (BPM), yaitu: a. Setiap minggu petugas surveilans melakukan surveilans aktif dengan mereview register MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda). b. Diagnosa dari semua suspek TN yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Dokter. c. Penemuan kasus melalui kegiatan kegiatan kunjungan neonatal (KN1, KN2 dan KN3) dengan menggunakan form atau bagan MTBM. Jika ditemukan kasus dengan klasifikasi infeksi bakteri berat perlu ditelusuri riwayat persalinan ibu atau hal lainnya yang mengarah kepada suspek TN dan segera dilaporkan ke petugas surveilans. d. Bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke puskesmas maka puskesmas melakukan laporan nihil/ / “Zero Report" mingguan melalui laporan rutin. e. Penemuan suspek TN terutama pada daerah dengan risiko tinggi dilakukan melalui koordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader, karena itu diperlukan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan edukatif dan partisipatif dalam penemuan suspek tetanus neonatorum. f. Jika ditemukan suspek TN atau kematian bayi usia 3-28 hari segera lapor ke puskesmas atau rumah sakit terdekat yang ada di wilayahnya.