Anda di halaman 1dari 4

Materi Tetanus Neonatorum ( MP7 )

KELOMPOK 2 :
1. Hariyanto
2. Keliek Hadi Prabowo
3. Gilang Yoga Kusuma
4. Isma Risdianti
5. Fefiana Nur Khasanah
6. Heny Iswati

1.
1 Gejala dan Tanda TN
Tanda dan gejala biasanya muncul pada hari ke 3 sampai 28
setelah kelahiran (rata-rata 7 hari setelah kelahiran).
Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya memiliki
prognosis penyakt lebih buruk dan angka kematian lebih
tinggi.

Gejala awal yang muncul kesulitan minum karena


terjadinya trismus atau lock jaw (
Mulut mencucu seperti ikan (karpermond), sehingga bayi
tidak dapat minum dengan baik. Selain itu terdapat risus
sardonicus atau
wajah seperti senyum terpaksa dan alis terangkat.
Kemudian, dapat terjadi spasmus otot yang luas dan
kejang umum, seperti opisthotonus atau tulang belakang
seperti melengkung ke belakang.

2 Sebutkan faktor resiko terjadinya Tetanus neonatorum


1. Faktor yang berkaitan dengan persalinan yang tidak
aman

a. Persalinan atau prosedur medis lainnya yang dilakukan


di luar fasilitas kesehatan.

b. Persalinan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan


yang kompeten menangani persalinan.

c. Praktek persalinan dan perawatan tali pusat yang tidak


bersih atau tidak steril, misalnya:

• Terdapat hewan peliharaan yang tinggal dalam


rumah atau dekat rumah tempat bersalin (kotoran
hewan peliharaan dapat mengandung spora
Clostridium tetani).

• Instrumen dan tangan penolong yang tidak bersih.


• Penggunaan tikar, tanah, atau alas persalinan yang
tidak bersih.

• Penggunaan bahan tradisional untuk membantu


persalinan.

2. Faktor yang berkaitan dengan imunisasi yaitu ibu tidak


memiliki status imunisasi minimum T2 dengan masa
perlindungan yang optimal (PAB).

3. Faktor yang berkaitan dengan sosial ekonomi dan


budaya Perlu menjadi perhatian bahwa seorang WUS,
termasuk ibu hamil, harus mencapai status T5 melalui
pemberian imunisasi Td sesuai interval agar
mendapatkan perlindungan jangka panjang

a. Kemiskinan

b. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah c.


Pemeriksaan antenatal yang tidak rutin
d. Usia ibu yang muda atau kondisi kehamilan pertama,
maupun keduanya

4. Faktor lainnya yaitu riwayat kematian anak


sebelumnya dalam keluarga akibat TN
3 Cara penemuan kasus Tetanus Neonatorum
Penemuan kasus secara aktif melalui Surveilans Aktif di
Masyarakat (Fasilitas kesehatan tingkat pertama/FKTP
seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan FKTP Lainnya (BPM),
a. Kriteria :
Penentuan kriteria kasus konfirmasi TN tidak
berdasarkan pemeriksaan laboratorium tetapi
berdasarkan gejala klinis dan diagnosis dokter atau
tenaga kesehatan terlatih
1. Suspek TN memenuhi kriteria berikut:

a. Kasus atau kematian TN yang didiagnosa oleh


bukan dokter atau petugas kesehatan terlatih dan
tidak dilakukan investigasi.
b. Kematian neonatus yang tidak diketahui
penyebabnya.

2. Kasus konfirmasi memenuhi kriteria berikut: Bayi


lahir hidup dapat menangis dan menyusu/minum
dalam 2 hari pertama kemudian muncul gejala
seperti mulut mencucu (trismus) sehingga sulit
menyusu/minum disertai kejang rangsang, yang
dapat terjadi sejak umur 3-28 hari.
3. Bukan kasus TN (discarded). Kasus yang setelah
dilakukan investigasi tidak memenuhi kriteria
klinis
b. Cara menilai risiko wilayah TN
Daerah risiko tinggi adalah kabupaten/kota dimana:

1) ditemukan kasus TN selama satu tahun terakhir >


1/1000 kelahiran hidup, atau
2) jika insidensi < 87%, dan cakupan imunisasi Td 2+
pada ibu hamil < 80%

pada tahun yang sama

b. Daerah risiko rendah adalah kabupaten/kota


dimana:

1) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan kinerja


surveilans yang sensitive

2) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan cakupan


persalinan di fasilitas pelayanan Kesehatan ≥ 87%
3) Insidensi TN <1/1000 kelahiran hidup dan cakupan
imunisasi Td 2+ pada ibu hamil ≥ 80%

c. Jelaskan Proses Penemuan kasus TN


Penemuan kasus secara aktif melalui Surveilans Aktif
di Masyarakat (Fasilitas kesehatan tingkat
pertama/FKTP seperti Puskesmas, Klinik Swasta dan
FKTP Lainnya (BPM), yaitu:
a. Setiap minggu petugas surveilans melakukan
surveilans aktif dengan mereview register MTBM
(Manajemen Terpadu Bayi Muda).
b. Diagnosa dari semua suspek TN yang berobat ke
fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Dokter.
c. Penemuan kasus melalui kegiatan kegiatan
kunjungan neonatal (KN1, KN2 dan KN3) dengan
menggunakan form atau bagan MTBM. Jika
ditemukan kasus dengan klasifikasi infeksi
bakteri berat perlu ditelusuri riwayat persalinan
ibu atau hal lainnya yang mengarah kepada suspek
TN dan segera dilaporkan ke petugas surveilans.
d. Bila tidak ditemukan kasus dalam kunjungan ke
puskesmas maka puskesmas melakukan laporan
nihil/ / “Zero Report" mingguan melalui laporan rutin.
e. Penemuan suspek TN terutama pada daerah
dengan risiko tinggi dilakukan melalui koordinasi
dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader,
karena itu diperlukan pemberdayaan masyarakat
melalui pendekatan edukatif dan partisipatif dalam
penemuan suspek tetanus neonatorum.
f. Jika ditemukan suspek TN atau kematian bayi
usia 3-28 hari segera lapor ke puskesmas atau rumah
sakit terdekat yang ada di wilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai