Anda di halaman 1dari 28

Aspek Hukum dalam

Komunikasi di Rumah Sakit

Disampaikan oleh
DR. Muhammad LUTHFIE Hakim, S.H., M.H.

Dalam acara WIA Training dengan topik “Implementasi Komunikasi dan Edukasi di Rumah Sakit Sesuai Standar Akreditasi RS
Kementerian Kesehatan R.I Tahun 2022” melalui zoom webinar pada hari Rabu, tanggal 21 September 2022.
1. Advokat di Jakarta, Pendiri M. LUTHFIE HAKIM &
Curriculum Vitae, Okt. 2022 PARTNERS Law Firm
DR. Muhammad LUTHFIE Hakim 2. Ketua Umum Himpunan Advokat Spesialis Rumah Sakit
(HASRS)
3. Wakil Ketua Umum Perhimpunan Advokat Indonesia Suara
Advokat Indonesia (PERADI SAI)
4. Dosen Program Pasca Sarjana FH UMJ, FH UGM, dan FH
UNBOR
5. Kepala Pusat Studi Hukum Kesehatan FH UMJ
6. Ketua Dewan Pakar Masyarakat Hukum Kesehatan
Indonesia (MHKI)
7. Anggota Dewan Pakar Perhimpunan Humas RS Indonesia
(PERHUMASRI)
8. Anggota Dewan Pakar Lembaga Anti Fraud Asuransi
Indonesia (LAFAI)
9. Ketua Divisi Advokasi Majelis Upaya Kesehatan Islam
Seluruh Indonesia (MUKISI)
10. Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Komunitas Relawan
Emergensi Kesehatan Indonesia (KREKI)
Advocate and Legal Counsel 11. Dewan Pembina Asosiasi Wisata Medis Indonesia (AWMI)
for Hospitals 12. Juru Bicara Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
13. Mediator Kesehatan
Communication failures
are the leading causes of
inadvertent patient harm
(Leonard et al, 2004).

Bad Kegagalan
Communication
Communication failure
Komunikasi Analysis of 2455 sentinel
events reported to the Joint
Commission for Hospital
Accreditation in the USA
(JCAHO, 2008) revealed that
the primary root cause in over
70% was communication
failure.
Pengelompokan Aspek
Hukum Komunikasi RS
Wawancara

Penjelasan/informasi

Persetujuan

Penolakan

Pendokumentasian
Wawancara
UUPK Pasal 35 ayat (1):
Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki
surat tanda registrasi mempunyai wewenang
melakukan praktik kedokteran sesuai dengan
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki,
yang terdiri atas:
1. mewawancarai pasien;
2. memeriksa fisik dan mental pasien;
3. menentukan pemeriksaan penunjang;
4. menegakkan diagnosis;
5. menentukan penatalaksanaan dan
pengobatan pasien;
6. dst.
Tujuan Wawancara

1. Memperoleh informasi
Kewajiban pasien antara lain mematuhi ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit,
memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya kepada tenaga kesehatan di Rumah Sakit, dan mematuhi kesepakatan
dengan Rumah Sakit.
2. Menentukan pemeriksaan fisik
3. Menentukan pemeriksaan diagnostik (radiologi dan/atau laboratorium)
4. Menegakkan diagnosis

Kurtz (1998)
Dengan kemampuan mengerti harapan, kepentingan, kecemasan, dan kebutuhan pasien, maka patient-
centered communication style tidak memerlukan waktu lebih lama daripada komunikasi berdasarkan
kepentingan dokter untuk menegakkan diagnosis (doctor-centered communication style)
Penjelasan/Informasi

Hippocrates
The best physician is the one who has
providence to tell to the patients according
to his knowledge the present situation,
what has happened before and what is
going to happen in the future.
Cakupan Penjelasan/Informasi

Penjelasan/Informasi tentang hak Pasien


mencakup informasi hak Pasien dalam
menentukan persetujuan:
• pengobatan, atau
• tindakan medis
• (termasuk rujuk)
yang akan dilakukan terhadap Pasien.
Rincian Penjelasan/Informasi

Pasien berhak memperoleh penjelasan/informasi


meliputi:
a. diagnosis
b. tawaran pengobatan/tindakan medis yang akan
dilakukan,
c. tata cara pengobatan/tindakan medis,
d. tujuan pengobatan/tindakan medis,
e. alternatif pengobatan/tindakan,
f. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
termasuk pada alternatif pengobatan/tindakan,
g. prognosis terhadap pengobatan/tindakan yang
dilakukan, termasuk jika tidak dilakukan
pengobatan/tindakan, dan
h. perkiraan biaya pengobatan/tindakan.
Penjelasan Diagnosis

Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan


pasien dapat meliputi:
1. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga
saat tersebut,
2. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat
ditegakkan, maka sekurang-kurangnya diagnosis
kerja dan diagnosis banding,
3. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang
membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran;
Penjelasan
Pengobatan/Tindakan
Penjelasan tentang pengobatan/tindakan
kedokteran yang dilakukan meliputi:
1. Tujuan pengobatan/tindakan kedokteran
yang dapat berupa tujuan preventif,
diagnostik, terapeutik, ataupun
rehabilitative,
2. Tata cara pelaksanaan
pengobatan/tindakan apa yang akan dialami
pasien selama dan sesudah tindakan, serta
efek samping atau ketidaknyamanan yang
mungkin terjadi,
3. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang
membutuhkan dilakukannya
pengobatan/tindakan kedokteran,
4. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan
apabila tidak dilakukan tindakan.
Penjelasan tentang prognosis meliputi:
1. Prognosis tentang hidup-matinya (ad
Penjelasan vitam),
2. Prognosis tentang fungsinya (ad
Prognosis functionam),
3. Prognosis tentang kesembuhan (ad
sanationam).
Penjelasan • Dokter wajib menjelaskan semua risiko dan komplikasi
yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang
Resiko, dilakukan,

dan • Dikecualian dari kewajiban penjelasan yaitu


terhadap:

Penjelasan 1. risiko dan komplikasi yang sudah menjadi


pengetahuan umum
Resiko yang 2. risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi
atau yang dampaknya sangat ringan
Dikecualikan 3. risiko dan komplikasi yang tidak dapat
dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
• Dengan demikian dokter tidak perlu memperhitungkan
risiko dan komplikasi yang dikecualikan di atas.
• medical error is preventable error.
Tatacara Penjelasan

Penjelasan dilakukan baik diminta maupun tidak diminta dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Harus secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang
bertujuan untuk mempermudah pemahaman (misalnya dengan peraga, gambar, video).
2. Dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter gigi
yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan tanggal, waktu, nama, dan tanda
tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.
3. Dalam hal terjadi perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya,
setelah perluasan tindakan kedokteran dilakukan maka dokter atau dokter gigi harus
memberikan penjelasan kepada pasien atau keluarga terdekat.
Penjelasan Dokter atau dokter gigi yang merawat
diberikan pasien. Bila ia berhalangan maka harus
oleh: didelegasikan kepada dokter atau dokter
gigi lain yang kompeten.

Salah satu dokter atau dokter gigi


Pemberi apabila yang merawatnya berupa tim
dokter.
Penjelasan
Tenaga kesehatan tertentu yang ikut
memberikan pelayanan kesehatan
secara langsung dapat membantu
memberikan penjelasan sesuai dengan
kewenangannya.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus
diberikan kepada:
• pasien dan/atau keluarga terdekat.
• Dalam hal dokter atau dokter gigi menilai
bahwa penjelasan tersebut dapat merugikan
Penerima kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan penjelasan, maka dokter
Penjelasan atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan
tersebut kepada keluarga terdekat dengan
didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain
sebagai saksi.
• Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang
yang tidak sadar, penjelasan diberikan kepada
keluarganya atau yang mengantar.
Persetujuan
Persetujuan tindakan kedokteran adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan
secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien.
Pemberian Persetujuan
Persetujuan dapat diberikan secara:
1. Lisan, dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan
menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan
setuju.
2. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk mengandung resiko
tinggi dapat diberikan dengan persetujuan lisan.
3. Dalam hal persetujuan lisan itu dianggap meragukan, maka dapat
dimintakan persetujuan tertulis.
4. Tertulis, dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam
formulir khusus yang dibuat untuk itu.
Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
berhak memberikan persetujuan.
Pemberi Persetujuan
(dan Penolakan)
Yang berhak memberi persetujuan atau penolakan:
• Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau
penolakan adalah pasien yang kompeten atau keluarga
terdekat. Penilaian kompetensi pasien itu dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi pada saat diperlukan persetujuan.
• Apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah
pengampuan (under curatele) persetujuan atau penolakan
tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat
antara lain suami/istri, ayah/ibu kandung, anak-anak
kandung atau saudara- saudara (Penjelasan pasal 45 ayat 1
UU No.29/2004).
• Pada situasi khusus untuk tindakan penghentian/penundaan
bantuan hidup (withdrawing/withholding life support) pada
seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga
terdekat pasien secara tertullis.
Ada tindakan yang dikecualikan dari
kewajiban memperoleh persetujuan yaitu:
1. ketika pasien dalam keadaan gawat
darurat untuk:
Pengecualian • menyelamatkan jiwa dan/atau
Persetujuan • mencegah kecacatan,
2. untuk menyukseskan program
pemerintah bagi kepentingan
masyarakat banyak, seperti imunisasi
untuk mencegah wabah.
Penolakan
Setiap orang berhak menerima
atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang
akan diberikan kepadanya setelah
menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap (Pasal 56
ayat (1) UU No.36/2009 tentang
Kesehatan).
—> Hak Otonomi Pasien
Dikecualikan dari hak menerima atau
menolak pengobatan/tindakan yaitu
dalam situasi (Pasal 56 ayat (2) UU
No.36/2009 tentang Kesehatan):
1. penderita penyakit yang
Pengecualian penyakitnya dapat secara cepat
menular ke dalam masyarakat yang

Penolakan 2.
lebih luas,
keadaan seseorang yang tidak
sadarkan diri, atau
3. gangguan mental berat
• Hak pasien untuk menolak tindakan
kedokteran harus dihormati dengan cara
penolakan tindakan tersebut harus dilakukan
secara tertulis.
• Bahkan persetujuan juga dapat dibatalkan atau
ditarik kembali sebelum dimulainya tindakan
Menghadapi oleh yang memberi persetujuan yang harus
dituangkan secara tertulis.
Penolakan • Akibat penolakan tindakan kedokteran atau
pembatalan persetujuan menjadi
tanggungjawab pasien atau pihak yang
sebelumnya telah memberikan persetujuan.
• Penolakan tindakan kedokteran tidaklah
memutuskan hubungan dokter dan pasien.
Pendokumentasian

• Seluruh penjelasan, persetujuan, dan penolakan dicatat dan


didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter atau dokter
gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan tanggal,
waktu, nama, dan tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima
penjelasan.
Cegah Pendokumentasian
Rekam Medis Bermasalah
Agar tidak terjadi sengketa medis yang
mengarah pada Litigasi (gugatan di
Pengadilan), maka pendokumentasian pada
rekam medis haruslah sungguh-sungguh
dibuat secara lengkap dan benar, dan
hindari kondisi RM sebagai berikut:
1. Penjelasan diberikan tapi tidak
dituliskan,
2. Penjelasan tidak diberikan tapi
dituliskan,
3. Penjelasan diberikan tapi secara sumir,
4. Penulisan tidak lengkap,
5. Penulisan tidak benar dengan sengaja,
6. Penulisan tidak benar karena terlupa,
dan
7. Penulisan tidak jelas dan sulit dibaca.
Terimakasih.

Muhammad LUTHFIE Hakim


HP. 0811-10411-35 atau 0816-996242,
email: luthfiehakim10@gmail.com
Daftar Peraturan
• UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
• Permenkes Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
• Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban RS dan
Pasien
• Permenkes Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis

Anda mungkin juga menyukai