Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan ijinNya
Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) di Rumah Sakit Umum
Harapan Bersama Singkawang dapat dibuat. Panduan ini akan dijadikan panduan dalam
dalam operasional pelayanan pasien maupun pegawai Rumah Sakit Umum Harapan
Bersama Singkawang.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) di
Rumah Sakit Umum Harapan Bersama Singkawang, sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit khususnya sumber daya manusia sesuai standar.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki. Semoga
panduan ini dapat bermanfaat untukpelayanan di Rumah Sakit Umum Harapan Bersama
Singkawang.

Singkawang, 29 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
B. TUJUAN.................................................................................................................... 1
C. RUANG LINGKUP................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2

A. DEFINISI................................................................................................................... 2
B. TATALAKSANA...................................................................................................... 2

BAB III DOKUMENTASI.................................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP............................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu dasar moral dari adanya suatu persetujuan tindakan kedokteran adalah
menghormati martabat manusia (respect for person), yang mana setiap individu (pasien)
harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib
sendiri). Pasien sendiri-lah yang berhak menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap
dirinya.
Seperti diketahui bersama bahwa tindakan kedokteran dapat berupa preventif,
diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif. Persetujuan tindakan kedokteran telah diatur dalam
UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pada Pasal 45 ayat (1) sampai dengan
ayat (6) dan dalam Permekes No. 290/Menkes/ Per/III/2008 tentang persetujuan tindakan
kedokteran. Dengan adanya UU dan Permenkes yang mengatur tentang Persetujuan tindakan
kedokteran, maka setiap tenaga medik wajib melaksanakannya.
Tentu saja, persetujuan yang diberikan oleh pasien terjadi setelah pasien
mendapatkan penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran tersebut.
Persetujuan yang diberikan pasien dapat secara tertulis maupun tidak tertulis. Persetujuan
tidak tertulis dapat diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan
menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju. Namun apabila
persetujuan lisan yang diberikan dianggap meragukan maka dapat dimintakan persetujuan
secara tertulis.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan dalam pelaksanaan pelayanan di RSU Harapan Bersama Singkawang
yang berkaitan dengan persetujuan tindakan kedokteran.
2. Tujuan Khusus
a. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam segala tindakan kedokteran yang
akan dilakukan.
b. Melaksanakan persetujuan tindakan kedokteran sesuai dengan undang-udang, budaya
dan adat-istiadat yang berlaku.
c. Sebagai dasar dalam pendokumentasian persetujuan tindakan kedokteran.

C. RUANG LINGKUP
1. Panduan persetujuan tindakan kedokteran dilakukan oleh pimpinan dan seluruh staf
RSU Harapan Bersama Singkawang.
2. Persetujuan tindakan kedokteran merupakan hak bagi seluruh pasien dan keluarga
pasien yang mendapatkan perawatan di RSU Harapan Bersama Singkawang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
1. Persetujuan Tindakan Kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung
atau saudara-saudara kandung.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran
adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostic, terapiutik atau rehabilitatif
yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.
6. Dokter atau dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

B. TATALAKSANA
1. Pada kolom identitas pasien berisi informasi :
a. Nama, diisi sesuai dengan kartu identitas dan dokumen rekam medis pasien
b. Tanggal lahir dan Umur, diisi sesuai dengan kartu identitas dan dokumen rekam
medis pasien.
c. Nomor Rekam Medis, diisi berdasarkan dokumen rekam medis pasien.
2. Informasi dan penjelasan dianggap cukup (adekuat) jika sekurang- kurangnya mencakup :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Perkiraan pembiayaan.
3. Hal-hal yang disampaikan pada penjelasan (jenis informasi) adalah :
a. Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat meliputi:
1) Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis;
2) Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurang-
kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding;

2
3) Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan
kedokteran;
4) Jenis anastesi yang akan dilakukan.
5) Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.
b. Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan meliputi:
1) Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik, ataupun rehabilitatif;
2) Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin
terjadi;
3) Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya dibandingkan
dengan tindakan yang direncanakan;
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi jika tidak dilakukan tindakan, pada
saat tindakan sedang dilakukan atau setelah tindakan dilakukan.
5) Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat
akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
6) Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi sebelumnya, hanya
dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien. Setelah perluasan tindakan
kedokteran dilakukan, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan
kepada pasien atau keluarga terdekat.
c. Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua risiko
dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yanG dilakukan,
kecuali:
1) Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum;
2) Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau dampaknya sangat ringan;
3) Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
(unforeseeable).
d. Penjelasan tentang prognosis meliputi:
1) Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);
2) Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);
3) Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).
e. Beri tanda centang (√) apabila pasien atau keluarga sudah menerima penjelasan.
4. Penjelasan tersebut dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter
atau dokter gigi yang memberikan penjelasan dengan mencantumkan :
a. Tanggal
b. Waktu
c. Nama
d. Tanda tangan pemberi penjelasan dan penerima penjelasan.

3
Dalam hal ini, dokter atau dokter gigi menilai bahwa penjelasan yang akan
diberikan dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
penjelasan, maka dokter atau dokter gigi dapat memberikan penjelasan kepada keluarga
terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain sebagai saksi.
5. Pelaksanaan Persetujuan Tindakan kedokteran dianggap benar jika memenuhi persyaratan
dibawah ini :
a. Pasien telah diberi penjelasan/ informasi
b. Persetujuan harus diberikan secara sukarela.
c. Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk
memberikan keputusan/persetujuan.
Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan persetujuan, apabila:
1) Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan cara yang
jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
2) Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
3) Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu yang
cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya untuk membuat
keputusan secara bebas.
Seseorang pasien dengan gangguan jiwa yang berusia 18 tahun atau lebih tidak
boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti terbukti tidak kompeten dengan
pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang normalnya kompeten, dapat menjadi tidak
kompeten sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok, pengaruh obat tertentu atau
keadaan kesehatan fisiknya
6. Pihak pemberi informasi
Penjelasan diberikan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien. Apabila
dokter atau dokter gigi yang merawatnya berhalangan untuk memberikan penjelasan
secara langsung, maka pemberian penjelasan dapat didelegasikan kepada dokter atau
dokter gigi lain yang kompeten. Tenaga kesehatan tertentu dapat membantu memberikan
penjelasan sesuai dengan kewenangannya. Tenaga kesehatan tersebut adalah tenaga
kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
Bila terjadi kesalahan dalam memberikan informasi tanggung jawab berada
ditangan dokter atau dokter gigi yang memberikan delegasi. Penjelasan harus diberikan
secara lengkap dengan bahasa yang mudah dimengerti atau cara lain yang bertujuan untuk
mempermudah pemahaman. Dalam hal pasien tidak sadar serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan gawat darurat yang perlu
tindakan medis segera untuk kepentingannya, maka persetujuan dapat ditandatangani oleh
dua orang dokter yang menangani pasien tersebut atas sepengetahuan Direktur rumah
sakit.

4
7. Pihak yang berhak memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah:
Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Ditinjau dari segi usia, maka
seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau lebih atau telah pernah
menikah.
Alasan hukum yang mendasarinya adalah Sebagai berikut:
a. Berdasarkan Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang yang berumur 21 tahun
atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya
dapat memberikan persetujuan
b. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka setiap orang
yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-
anak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasa yang
kompeten, dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan
c. Bagi Pasien dibawah umur 18 tahun, persetujuan (informed consent) atau Penolakan
Tindakan Medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah atau Ibu Kandung
2) Saudara-saudara kandung
d. Bagi pasien dibawah urnur 18 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang
tuanya berhalangan hadir, persetujuan (Informed Consent) atau Penolakan Tindakan
medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/ lbu Adopsi
2) Saudara-saudara Kandung
3) Indung Semang
e. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan (Informed Consent) atau
penolakan penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai
berikut:
1) Ayah/lbu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-Saudara Kandung
f. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampunan (curatelle) Persetujuan atau
penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali
2) Curator
g. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau penolakan
tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan, iyaitu:
1) Suami/ Istri
2) Ayah/ Ibu Kandung
3) Anak- anak Kandung
4) Saudara-saudara Kandung

5
8. Cara pasien menyatakan persetujuan dapat dilakukan secara terucap (oral consent),
tersurat (written consent), atau tersirat (implied consent).
9. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Persetujuan
tertulis dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir Persetujuan
Tindakan Kedokteran.
10. Sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu jari tangan kanan, formulir tersebut
sudah diisi lengkap oleh dokter atau dokter gigi yang akan melakukan tindakan
kedokteran atau oleh tenaga medis lain yang diberi delegasi, untuk kemudian yang
bersangkutan dipersilahkan membacanya, atau jika dipandang perlu dibacakan
dihadapannya.
11. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan kedokteran yang tidak mengandung
risiko tinggi. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan dianggap meragukan, maka
dapat dimintakan persetujuan tertulis.
12. Ketentuan pada Situasi Khusus
a. Tindakan penghentian penundaan bantuan hidup (withdrawing/ withholding life
support) pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.
b. Persetujuan penghentian/ penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien
diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim dokter atau dokter gigi yang
bersangkutan. Persetujuan harus diberikan secara tertulis.
13. Penolakan Tindakan Kedokteran
a. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang akan
dilakukan.
b. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak memberikan
atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah orang tua,
keluarga, wali atau kuratornya.
c. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi dan
kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter gigi maka
orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapun yang akan
dilakukan dokter atau dokter gigi.
d. Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi, menolak untuk
memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut harus
dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut menjadi
tanggung jawab pasien.
e. Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter pasien.
f. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap saat, kecuali
tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan pelaksanaan yang
tidak mungkin lagi dibatalkan.

6
g. Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang berhak
menarik kembali (mencabut) adalah anggota keluarga tersebut atau anggota keluarga
lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai wali.
h. Penarikan kembali (pencabutan) persetujuan tindakan kedokteran harus diberikan
secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.
14. Jenis tindakan yang memerlukan informed consent
a. Tindakan-tindakan yang bersifat invasif dan operatif atau memerlukan pembiusan, baik
untuk menegakkan diagnosis maupun tindakan yang bersifat terapeutik.
b. Tindakan pengobatan khusus, misalnya radioterapi untuk kanker.
c. Tindakan khusus yang berkaitan dengan penelitian bidang kedokteran ataupun uji klinik
(berkaitan dengan bioetika)

7
BAB III

DOKUMENTASI

1. Semua hal-hal yang sifatnya luar biasa dalam proses mendapatkan persetujuan tindakan
kedokteran harus dicatat dalam dokumen rekam medis.
2. Seluruh dokumen mengenai persetujuan tindakan kedokteran harus disirnpan di dokumen
rekam medis.
3. Format persetujuan tindakan kedokteran atau penolakan tindakan kedokteran, menggunakan
formulir dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Diketahui dan ditandatangani oleh dua orang saksi. Tenaga keperawatan bertindak
sebagai salah satu saksi;
b. Formulir asli harus disimpan dalam berkas rekam medis pasien;
c. Formulir harus sudah mulai diisi dan ditandatangani 24 jam sebelum tindakan
kedokteran;
d. Dokter atau dokter gigi yang memberikan penjelaan harus ikut membubuhkan tanda
tangan sebagai bukti bahwa telah memberikan informasi dan penjelasan secukupnya;
e. Sebagai tanda tangan, pasien atau keluarganya yang buta huruf harus membubuhkan
cap jempol jari kanan.

8
BAB IV

PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pandun Persetujuan Tindakan Kedokteran ini maka setiap staf
Rumah Sakit Umum Harapan Bersama Singkawang agar dapat melaksanakan ketentuan
tentang panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran ini dengan sebaik-baiknya.

9
10

Anda mungkin juga menyukai