Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN

PERSETUJUAN TINDAKAN

KEDOKTERAN

(INFORM CONSENT)

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

PROVINSI LAMPUNG

2022
I
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat-Nya kami telah menyelesaikan penyusunan Buku Panduan Persetujuan Tindakan
Kedokteran/ Inform Consent di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

Buku ini disusun sebagai panduan seluruh penyelenggara Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung dalam melaksanakan Persetujuan Tindakan Kedokteran/ Inform
Consent kepada pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung yang disesuaikan dengan
Standar Akreditasi Rumah Sakit.

Semoga dengan tersusunnya Buku Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran/ Inform


Consent ini dapat memberikan sumbangsih kami dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
dan keluarga di lingkungan Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Lampung.

Kami menyadari buku ini jauh dari sempurna, untuk itu kami berharap kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan ini.

Bandar Lampung, September 2022

POKJA HPK

I
DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI............................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5

BAB II RUANG LINGKUP...........................................................................................................6

2.1 Hak Pasien dan Keluarga.......................................................................................................6

2.2 Kewajiban Pasien...................................................................................................................7

2.3 Kewajiban Rumah Sakit Dalam Menghormati Hak Pasien Dan Keluarga............................7

BAB III TATA LAKSANA...........................................................................................................8

3.1 Pada Saat Pendaftaran............................................................................................................8

3.2 Pada Saat Pengobatan............................................................................................................8

3.3 Pada Saat Perawatan..............................................................................................................8

BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................................................9

I
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahwa masalah Kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung jawab seorang (pasien) itu
sendiri. Dengan demikian, sepanjang keadaan Kesehatan tersebut tidak sampai menggangu
orang lain, maka keputusan untuk mengobati atau tidaknya maslaah Kesehatan yang di
maksud, sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang berangkutan.

Tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi untuk meningkatkan atau
memulihkan keadaan seseorang (pasien) hanya merupakan suatu upaya yang tidak wajib di
terima oleh seorang (pasien) yang bersangkutan karena sesungguhnya dalam pelayanan
kedokteran, tidak seorang pun dapat memastikan keadaan hasil akhir dari
diselenggarakannya pelayanan kedokteran tersebut (uncertainly result), dan karena itu tidak
etis sifatnya jika penerimanya dipaksakan. Jika seseorang karena satu dan lain hal, tidak
dapat atau tidak bersedia menerima tindakan kedokteran yang ditawarkan, maka sepanjang
penolakan tersebut tidak membahayakan orang lain, maka harus dihormati.

Hasil dari tindakan kedokteran akan lebih berdaya guna dan berhasil guna apabila terjalin
kerja sama yang baik antara dokter dan pasien sehingga dapat saling mengisi dan
melengkapi. Dalam rangka menjalin kerja sama yang baik ini perlu di adakan ketentuan
yang mengatur tentang perjanjian antara dokter atau dokter gigi dengan pasien. Pasien
menyetujui (consent) atau menolak, adalah merupakan hak pribadinya yang tidak boleh di
langar, setelah mendapat informasi dari dokter atau dokter gigi terhadap hal-hal yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi sehubungan dengan pelayanan kedokteran yang
dinerikan kepadanya.

2.2 Tujuan

a. Sebagai acuan seluruh penyelenggara Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung dalam melaksanakan persetujuan tindakan medis yang diberikan oleh pasien.
b. Sebagai acuan seluruh penyelenggara Kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk mengambil keputusan
tentang Tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya.
c. Dapat digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap pasien selama mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
d. Dapat digunakan sebagai perlindungan hukum terhadap dokter.
e. Dapat digunakan untuk menghindari tindakan malpraktik selama pasien mendapatkan
perawatan di Rumah sakit Jiwa Derah Provinsi Lampung.

I
2.3 Pengertian

a. Inform Consent adalah persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya atas rencana
tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter, setelah menerima informasi yang cukup
untuk dapat membuat persetujuan.
b. Inform Consent adalah pernyataan sepihak dari pasien dan bukan perjanjian antara
pasien dengan dokter, sehingga dapat di tarik Kembali setiap saat.
c. Inform Consent merupakan proses sekaligus hasil dari suatu komunikasi yang efektif
antara pasien dengan dokter dan bukan sekedar penandatanganan formular persetujuan.
d. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu Tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilakukan terhadap pasien untuk tujuan preventif, diagnostik,
terapeutik, atau rehabilitatif.
e. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan
(kehilangan anggota badan atau kerusakan fungsi organ tertentu) misalnya Tindakan
bedah atau tindakan invasif tertentu.
f. Tindakan invasif adalah tindakan kedokteran yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien. Tindakan invasive tidak selalu berisiko tinggi.
g. Dokter dan dokter gigi adalah dokter

BAB II
RUANG LINGKUP

Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar pasien
mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga kesehatan yang
memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU No 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.

2.1 Hak Pasien dan Keluarga

I
Hak-hak pasien dan keluarga di RSJD Provinsi Lampung yaitu:
a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
b) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien, memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien.
c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi, memberi
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminsi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
d) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional, membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
e) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
f) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
g) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai SIP baik di dalam maupun diluar rumah sakit.
h) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-data
medisnya.
i) Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
j) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
k) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu tidak
mengganggu pasien lainnya.
l) Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam perawatan di rumah
sakit.
m) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
n) Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
o) Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana.
p) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.

2.2 Kewajiban Pasien


a) Memberikan informasi yg akurat dan lengkap tentang keluhan sakit sekarang, riwayat
medis yang lalu, pengobatan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
b) Mengikuti rencana pengobatan yg disarankan oleh dokter termasuk instruksi para perawat
dan tenaga kesehatan yang lain sesuai perintah dokter.
c) Tidak membawa alkohol, obat-obat terlarang atau senjata tajam ke dalam rumah sakit.
d) Menghormati bahwa RS adalah area bebas rokok.
e) Mematuhi jam kunjungan dari RS.

I
f) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri apabila menolak pengobatan atau advis yang
diberikan oleh dokter.
g) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatannya.
h) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima, berkewajiban memenuhi hal-hal
yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.

2.3 Kewajiban Rumah Sakit Dalam Menghormati Hak Pasien Dan Keluarga
a) Memberikan hak dalam menentukan informasi apa saja yang berhubungan dengan
pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain.
b) Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan membatasi
akses ke ruang penyimpanan rekam medik, tidak meletakan rekam medis pasien ditempat
umum, dan sebagainya.
c) Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk pelayanan
rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien. Respon tersebut
antara lain dengan menyediakan rohaniawan serta buku doa.
d) Memasang CCTV pada area yang perlu pengawasan ketat seperti di PICU, NICU, Rehab
NAPZA, Ruang Intermediate.
e) Menyediakan tenaga keamanan (satpam / satpol PP) untuk memantau area di lingkungan
RSJD.
f) Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi pasien yang
membutuhkan.
g) Memberikan informasi bila terjadi penundaan pelayanan.
h) Menyediakan formulir permintaan rohaniawan.
i) Menyediakan formulir permintaan menyimpan harta benda.
j) Menyediakan formulir pelepasan informasi.
k) Menyediakan formulir permintaan privasi.

BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Pada Saat Pendaftaran


Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, Petugas administrasi akan
memberi penjelasan kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti. Menurut Undang
– Undang no 44 tahun 2000 tentang Rumah Sakit selama pasien dirawat di RSJD Provinsi
Lampung dimana pasien dan keluarga diberi pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah

I
PENENTU keputusan tindakan medis, dimana Undang – Undang ini bertujuan untuk
“memberikan perlindungan kepada pasien”, “mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan medis”, dan “memberikan kepastian hukum bagi pasien maupun dokter”.

Adanya hak pasien membantu meningkatkan kepercayaan pasien dengan memastikan bahwa
sistem pelayanan di RSJD Provinsi Lampung bersifat cukup adil dan responsif terhadap
kebutuhan mereka, memberitahukan kepada pasien mekanisme untuk memenuhi keinginan
mereka, dan mendorong pasien untuk mengambil peran aktif serta kritis dalam meningkatkan
kesehatan mereka. Selain itu, hak dan kewajiban juga dibuat untuk menegaskan pola
hubungan yang kuat antara pasien dengan dokter.

3.2 Pada Saat Pengobatan


Pada saat pasien berkunjung ke poliklinik atau sedang dirawat di ruang perawatan, akan
berlangsung Tanya jawab antara pasien dan dokter (anamnesis), pasien harus bertanya
(berusaha mendapatkan hak pasien dan keluarga sebagai konsumen). Bila berhadapan dengan
dokter yang tidak mau membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya pasien mencari dokter
lain atau mencari second opinion ditempat lain. Pasien menjadikan dirinya sebagai ”partner”
diskusi yang sejajar bagi dokter. Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari
pihak manapun, tentunya sedikit banyak harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar
atau tidak.

Selanjutnya, dalam UU no. 29/2004 pada pasal 47, dinyatakan rekam medis merupakan milik
rumah sakit yang wajib dijaga kerahasiannya, tetapi ISI-nya merupakan milik pasien. Artinya,
pasien BERHAK mendapatkan salinan rekam medis dan pasien BERHAK atas kerahasiaan
dari isi rekam medis miliknya tersebut, sehingga rumah sakit tidak bisa memberi informasi
terkait data – data medis pasien kepada orang pribadi/perusahaan asuransi atau ke media cetak
/ elektronik tanpa seizin dari pasiennya.

3.3 Pada Saat Perawatan


Pada saat perawatan (rawat inap), apabila pasien sudah kooperatif, pasien berhak
mendapatkan pelayanan rohani baik secara rutin maupun insidensial.

BAB IV
DOKUMENTASI

Lembar status dalam rekam medik

Anda mungkin juga menyukai