Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

(PKRS)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO


KABUPATEN SIGI
JL. TRANS PALU – PALOLO DESA SIDERA KEC. SIGI BIROMARU
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
Lembar Pengesahan............................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1. Latar 1
1.2.Belakang.............................................................................................................
Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.2.1. Pengertian, Tujuan Dan Sasaran PKRS.................................................................. 2
BAB II. TATA LAKSANA................................................................................................ 3
2.1. Materi Informasi dan Edukasi...................................................................................... 3
2.2. Penerima Informasi dan Edukasi................................................................................. 6
2.3. Proses Pemberian Informasi dan Edukasi.................................................................... 6
2.4. Tata Laksana Pemberian Informasi dan Edukasi......................................................... 8
BAB III. DOKUMENTASI................................................................................................ 20
BAB IV. PENUTUP........................................................................................................... 22

ii
LEMBARPENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO

NAMA KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Sriwaty Djaman, SKM Pembuat Dokumen

dr. Treisye Authorized Person

Dr. Graf R.F Beba, MPH Direktur RSUD Tora Belo

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dimasa yang lampau system kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit,
yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi
pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan, sisakit dirawat di rumah sakit. Sesudah
sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang bersangkutan
dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus, kemudian disadari,
bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan suatu rangkaian usaha yang
lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan di rumah sakit hanyalah salah satu bagian
kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi pola pelayanan kesehatan yang
ada serta sikap dan ketrampilan para pelaksanya, juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan,
sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada kerja sama yang
positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau pasien dan
keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan pencegahan
penyakit, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi secara positif, maka hal ini
akan membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat pada umumnya.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian
pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain
itu, Promosi kesehatan di rumah sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat
pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit untuk berperan secara positif dalam usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, Promosi Kesehatan di rumah
sakit merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan di rumah
sakit.

1
1.2. Tujuan
Panduan ini di buat sebagai acuan dalam melakukan PKRS di Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo

1.2.1. Pengertian, tujuan dan sasaran PKRS


a. Pengertian
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat
mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien, dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah
masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial
budaya mereka, serta didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan (Standar
Promosi Kesehatan Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011,
hal 13-14).

b. Tujuan
Terciptanya masyarakat rumah sakit yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien rumah sakit serta
pemeliharaan lingkungan rumah sakit dan termanfaatkannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan rumah sakit.

c. Sasaran
Sasaran promosi kesehatan di rumah sakit adalah masyarakat di rumah sakit, yang
terdiri dari:
 Petugas
 Pasien
 Keluarga pasien
 Pengunjung
 Masyarakat yang tinggal / berada di sekitar rumah sakit

2
BAB II
TATALAKSANA

2.1. Materi Informasi & Edukasi


Materi informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien atau keluarga adalah:
1. Hak Pasien
a. Hak menentukan informasi yang berhubungan dengan pelayanan boleh
disampaikan kepada keluarga atau pihak lain, misalnya apabila pasien memiliki
keluarga yang berprofesi sebagai dokter dan saat ini pasien menolak rencana
pengobatan atau rencana tindakan yang disampaikan oleh DPJP (Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan), maka pihak rumah sakit dapat memberitahukan
pada keluarga pasien yang berprofesi sebagai dokter tersebut dengan se izin
pasien.
b. Hak mendapat pelayanan kerohanian
c. Privasi pasien
d. Hak mendapatkan second opinion
e. Upaya perlindungan harta milik pasien
f. Hak untuk diberitahu mengenai hasil dan rencana pelayanan dan pengobatan
termasuk tentang kejadian tidak diharapkan dari pelayanan dan pengobatan,
seperti kejadian tidak terantisipasi pada operasi atau obat yang diresepkan atau
pengobatan lain.
g. Hak untuk diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan
h. Hak untuk memperoleh informed consent
i. Hak untuk mendapat penjelasan yang memadai tentang penyakit, saran
pengobatan, dan para pemberi pelayanan, sehingga pasien dan/atau keluarga
dapat membuat keputusan tentang pelayanan.
j. Hak untuk dijelaskan berhubungan dengan penundaan pelayanan yang terjadi
dirumah sakit meliputi :
a) Dokter tidak ada ditempat atau dating terlambat di Instalasi Rawat Inap.

3
Pasien dijelaskan bahwa dokter sudah mengetahui keadaan pasien via telepon
dan sudah memberikan terapi sehingga pengobatan tidak tertunda. Pasien
diberitahu alasan dokter dating terlambat. Setelah memberikan rekomendasi,
dalam waktu selambat-lambatnya 6 jam, dokter segera melakukan
pemeriksaan. Pada unit khusus, segera setelah 3 jam, dokter segera
melakukan pemeriksaan.
b) Penundaan tindakan medis karena menunggu persetujuan keluarga.
Penjelasan diberikan pada pasien dan/atau keluarga tentang pentingnya
tindakan medis yang akan dilakukan beserta risiko apabila tindakan medis
tersebut ditunda. Untuk tindakan segera, keputusan diterima dalam 3 jam.
Untuk tindakan efektif, keputusan diterima dalam waktu 24 jam.
c) Penundaan tindakan medis karena menunggu persetujuan asuransi kesehatan
d) Penundaan tindakan operasi One Day Care karena menunggu surat jaminan
dari asuransi atau perusahaan.
e) Penundaan pasien masuk Instalasi Rawat Inap karena tempat belum tersedia.
2. Penggunaan Obat yang Aman & Efektif
a. Pemahaman yang jelas mengenaiindikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali kedokter.
b. Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan.
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain
dan makanan harus dijelaskan kepada pasien.
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction – ADR) yang
mengakibatkan cidera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya reaksi obat yang tidak
diinginkan tersebut.
e. Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang
sudah rusak atau kadaluarsa.
3. Penggunaan Peralatan Medis yang Aman
Pasien dan /atau keluarga dijelaskan bagaimana menggunakan peralatan medis yang
akan dibutuhkan di rumah.

4
4. Diet & Nutrisi
a. Makanan yang harus dihindari, terutama untuk mencegah interaksi makanan dan
obat.
b. Instruksi diet khusus.
5. Managemen Nyeri
a. Memahami rasa nyeri dan risiko nyeri.
b. Bagaimana untuk menggambarkan nyeri.
c. Bagaimana mengelola rasa nyeri.
6. Teknik Rehabilitasi
a. Teknik rehabilitasi (misal :terapi wicara, dan lain-lain )
b. Penggunaan peralatan yang aman dan efektif.
7. Pencegahan & Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
a. Handhygiene atau kebersihan tangan.
b. Infeksinosokomial.
8. Sumber Komunitas
Keluarga pasien dapat diinformasikan mengenai sumber komunitas disekitar pasien
yang dapat membantu:
a. Jasa transportasi
b. Klinik kesehatan
c. Agen perawatan di rumah
d. Rawat jalan dialisis
e. Kelompok pendukung
9. Tindak Lanjut Perawatan
Instruksi dalam perencanaan pulang mencakup :
a. Tempat atau lokasi atau sumber mencari perawatan lanjutan, jadwal pemeriksaan
atau kontrol ulang.
b. Waktu atau kapan harus mencari bantuan (misalnya: melaporkan adanya efek
samping obat )
c. Tempat atau lokasi untuk mendapatkan peralatan medis atau obat-obatan.

5
2.2. Penerima Informasi dan Edukasi
Penerima informasi dan edukasi adalah :
1. Pasien,apabila pasien bersedia menerima informasi dan kondisinya memungkinkan.
2. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
3. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali atau penanggung jawab atas pasien kalua
kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.

2.3. Proses Pemberian Informasi dan Edukasi


Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien atau keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya:
1. Tahap pengumpulan informasi pasien (assessment pasien )
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan
keluarga berdasarkan ( data ini didapatkan dari Rekam Medis dan observasi ) :
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga (nilai-nilai budaya, suku, agama, dan
kepercayaan ).
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan Bahasa yang digunakan.
c. Hambatan emosional dan motivasi ( emosional : depresi, senang dan marah )
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi
2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahap assessment pasien, kemungkinan ditemukan :
a. Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses komunikasinya
mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri, suami, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung ) dan
menjelaskannya kepada mereka.
c. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan emosional (marah atau
depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan
menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi

6
edukasi, pasien bias menghubungi educator yang berkaitan dengan informasi dan
edukasi yang diperlukan.
d. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka segera
menghubungi superviser yang bertugas. Superviser akan menghubungi penerjemah
atau orang yang dianggap mampu sesuai kebutuhan.
3. Tahap verifikasi (memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi yang
diberikan ).
a. Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi dan edukasi,
maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang telah
diberikan. Pertanyaannya adalah: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bias pelajari?”.
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak
keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bias pelajari?”.
c. Apabila pasien ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya
adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bias via telepon atau
dating langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
d. Apabila pasien merupakan difabel (differentabilities people atau orang dengan
kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya dengan pendamping pasien.
e. Apabila pasien dan/atau keluarga telah memahami informasi dan edukasi yang
disampaikan, maka tahap pemberian informasi dan edukasi dapat dilakukan
kembali untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya. Apabila pasien dan/atau
keluarga belum memahami materi edukasi yang diberikan, maka pemberian
edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambal mengkaji hambatan yang ada.

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang


disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua
arahan dari Rumah Sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
lembar informasi dan edukasi serta ditandatangani kedua belah pihak antara petugas rumah

7
Sakit dengan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan
keluarga pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.

2.4. Tata Laksana Pemberian Informasi Dan Edukasi


1. Waktu pemberian informasi dan edukasi
1) Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat inap
a. Saat admisi (bagian pendaftaran, poli /IGD )
b. Saat dilakukan tindakan medis
c. Saat masuk di Instalasi Rawat Inap
d. Saat persiapan pasien pulang
2) Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat jalan.
a. Saat admisi ( bagian pendaftaran, poli /IGD)
b. Saat dilakukan tindakan medis
c. Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan di Instalasi Rawat Jalan
(seminggu sekali tim PKRS mengadakan penyuluihan secara kelompok )
Pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera, jika kondisi dan situasinya
memungkinkan. Pemberian informasi pelayanan di Rumah Sakit dapat membantu
pasien dan/atau keluarga berpartisipasi dalam membuat keputusan tentang pelayanan
yang terbagi dalam beberapa unit kerja:
a. Bagian informasi dan tempat penerimaan / pendaftaran pasien
b. Dokter IGD, dokter poli spesialis dan umum, dokter gigi, dokter anestesi dan
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang menjelaskan mengenai :
1) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik( kemungkinan rasa tidak
nyaman /sakit saat pemeriksaan )
2) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis
3) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,
termasuk manfaat, resiko, serta kemungkinan efek samping atau komplikasi.
4) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
5) Diagnosis

8
6) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-
masing cara)
7) Prognosis
8) Dukungan yang tersedia.
c. Instalasi Rawat Inap
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum dan khusus meliputi :
1) Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2) Informasi tentang biaya-biaya: perawatan, pemeriksaan penunjang, obat,
operasi dan lain-lain.
3) Jam kunjungan dokter
4) Prosedur persiapan operasi
5) Prosedur pemulangan pasien
d. Bagian administrasi
Informasi tentang biaya rumah sakit secara keseluruhan.
e. Bagian penunjang seperti laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis
1) Rencana tindakan yang akan dilakukan
2) Biaya tindakan
Setelah pasien dan keluarga mendapat informasi pelayanan kesehatan yang jelas maka
pasien atau keluarga membuat keputusan tentang rencana pengobatan dan tindakan
terhadap dirinya sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Pemberi informasi dan edukasi mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis
pasien (termasuk adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun mental) dan
mendapatkan inforrmasi mengenai latar belakang social budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien dan/atau keluarga.
3. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian informasi
dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga atau pendamping pasien atas se izin
pasien.
4. Informasi dan edukasi disampaikan kepada pasien sebanyak yang dikehendaki pasien,
yang dokter atau staf lain merasa perlu untuk disampaikan, dengan memperhatikan
kesiapan mental pasien. Informasi dan edukasi disampaikan kepada keluarga pasien

9
Sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang diperlukan tenaga
kesehatan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

5. Penyampaian informasi dan edukasi dapat dilakukan di :


a. Di ruang praktek dokter
b. Diruangan tempat pasien dirawat.
c. Ditempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter
atau staf lain.
6. Cara menyampaikan informasi dan edukasi :
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui
telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,
faksimail, SMS(Short Message Service), internet.
b. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang pasiendan /atau
keluarga.
c. Persiapan, meliputi :
1) Materi yang akan disampaikan
2) Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien dan/atau keluarga
merasa nyaman dan bebas, antara lain :
a) Dilakukan dalam ruang khusus atau yang dapat menjamin privasi
b) Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan
mereka
c) Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain hendaknya tidak
menghambat komunikasi
d) Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi (contoh: pemberi
informasi atau edukasi tidak menerima telepon atau mengerjakan pekerjaan
lain saat sedang menyampaikan materi).
3) Waktu yang cukup
4) Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga /
orang yang ditunjuk, bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu
orang).

10
d. Menilai sejauh mana pengertian pasien dan/atau keluarga tentang hal yang akan
dibacakan.
e. Menanyakan kepada pasien dan/atau keluarga, sejauh mana informasi yang
diinginkan dan mengamati kesiapan pasien dan/atau keluarga menerima informasi
yang akan diberikan.
7. Cara menyampaikan berita atau kabar buruk (diadaptasi dari Backman, 1992)“
Breaking Bad News Asix Step Protocol “.
S.P.I.K.E.S
S - Setting Listening skills
P - Patient’s Perception
I - Invite Patient to Share Information
K - Knowledge Transmission
E - Explore emotions and Empathize
S - Summarizeand Strategize
a. Setting Listening skills
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan
untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai
berikut :
1) Persiapkan diri sendiri
a) Dokter atau petugas yang menyampaikan kabar buruk
mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak ikut larut dalam
emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana
mestinya.
b) Petugas memperkenalkan diri.
c) Yang harus dihindari tampak nervous dihadapan pasien, bahkan
sebelum menyampaikan kabar buruk
d) Tips siapkan tisu disaku untuk diberikan pada pasien bila pasien
menangis.
2) Privasi pasien
a) Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan ditempat yang ramai
atau banyak orang.

11
b) Penyampaian dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar
praktik ataupun dengan menutup tirai disekeliling tempat tidur
pasien.
3) Melibatkan pendamping
a) Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien
dan dokter berada ditempat tertutup (untuk menjaga privasi
diperlukan satu pendamping).
b) Memperkenalkan pendamping kepada pasien.
c) Yang dapat menjadi pendamping yaitu keluarga terdekat yang
ditunjuk oleh pasien atau pihak lain yang menjadi wali atau
tanggung jawab atas pasien kalua kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung (satu
orang saja, apabila terlalu banyak dapat menyulitkan dokter untuk
menangani emosi dan persepsi banyak orang sekaligus) atau perawat
yang ikut terlibat menangani pasien tersebut.
4) Posisi duduk
a) Posisi pasien dan dokter atau pemberi kabar buruk sebaiknya setara
dan dalam posisi duduk supaya dapat menghilangkan kesan bahwa
pemberi informasi berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien.
b) Sebaiknya penghalang fisik seperti meja dihindari. Duduk ditepi
tempat tidur pasien jauh lebih baik.
5) Mendengarkan secara aktif
Sebelum menyampaikan kabar buruk, pemberi informasi mempersiapkan
kemampuan mendengarkan, secara prinsip meliputi :
a) Tidak memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpeng tindih
dengan pasien.
b) Mengulangi kata-kata pasien atau memberikan tanggapan, untuk
menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan
pasien.

12
6) Availability
a) Dokter atau pemberi informasi harus ada di tempat mulai awal
hingga akhir penyampaian kabar buruk.
b) Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti SMS (Short
Message Service), telepon, tamu.
b. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, dokter atau pemberi
informasi sebaiknya mengetahui persepsi pasien tentang kondisi medis terhadap
dirinya sendiri dan harapan pasien terhadap hasil medikasi yang ditempuh.
Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan hanya untuk mengubah persepsi
pasien agar sesuai dengan kenyataan melainkan sebagai jalan untuk menilai
kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan (sebagai
pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu membuat pasien
terguncang).
c. Invite Patient to Share Information
1) Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya
atau tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan
untuk menyampaikan diwaktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk
mempersiapkan diri terlebih dahulu.
2) Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaanya,
tanyakan sejauh mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail.
d. Knowledge Transmission
Pembukaan dilakukan sebelum menyampaikan kabar buruk dengan mengatakan
pada pasien bahwa ada kabar buruk yang akan disampaikan pada pasien. Cara
penyampaian :
1) Menggunakan bahasayangsama dan menghindari istilah medis.
2) Bila Bahasa pasien berbeda, dapat dibantu penerjemah yang kompeten
(1) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang
digunakan pasien.

13
(2) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan Bahasa yang
digunakan dokter.
(3) Penerjemah dapat mengemas istilah medis kedalam Bahasa yang
dimengerti pasien.
(4) Penerjemah bukan merupakan keluarga pasien.
3) Menyampaikan informasi sedikit demi sedikit ( bertahap )
(1) Menyampaikan informasi dengan intonasi yang jelas namun lembut,
tempo yang tidak terlalu cepat dengan jeda untuk memberi
kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang diterima.
(2) Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan
tanggapan pasien. Pasien diberi waktu untuk bertanya ataupun
mengekspresikan emosinya.
(3) Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima
informasi tahap selanjutnya, penyampaian informasi dilanjutkan.
(4) Bila pasien tampak sangat terguncang dan tidak memungkinkan
untuk menerima lebih banyak informasi lagi, penyampaian ulang
kabar buruk dipertimbangkan diberikan dilain waktu sambal
mempersiapkan pasien.
e. Exploreemotionsand Empathize
Ekspresi dan emosi pasien diamati dan dinilai sejauh mana kondisinya. Kondisi
emosi tersebut dimengerti, bukan mengerti apa yang dirasakan pasien, namun
lebih pada dapat memahami bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah
sesuatu yang dapat dimaklumi.
f. Summarize and Strategize
Di akhir percakapan, percakapan diulang kembali secara keseluruhan :
1) Menyimpulkan kabar buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap
(sedikit demi sedikit ).
2) Menyampaikan tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan (tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa
yang disampaikan pasien )
3) Pasien diberi kesempatan bertanya.

14
4) Memberikan feed back.
5) Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Harus tertera dengan jelas:
(1) Informasi yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa
(2) Istilah yang digunakan ( tumor, massa,dan lain-lain )
(3) Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis.
6) Mendiskusikan rencana untuk menindak lanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien, mengajak pasien ikut serta (proaktif) dalam
medikasi terhadap dirinya.
8. Pemberian edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi dan edukasi lebih dari satu sub unit PKRS yaitu Pelayanan
Medis (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan atau dokter jaga), keperawatan (perawat
dan bidan), Gizi, Rehabilitasi Medis, Farmasi, Pencegahan dan Pengendalian Infeksidi
Rumah Sakit (PPIRS), Customer Service atau Layanan Pelanggan, administrasi dan
Rekam Medis.
9. Educator memiliki pengetahuan tentang materi yang akan diedukasikan, memiliki rasa
empati dan ketrampilan berkomunikasi secara efektif .Dalam hal ini, educator harus
berkompeten di bidangnya.

Tabel Kualifikasi Edukator


Edukator Kualifikasi
Formal NonFormal
Dokter edukator S1 Pendidikan Dokter Pelatihan

Perawa tedukator Diploma III Keperawatan KomunikasiEfektif


Pelatihan

Bidan edukator Diploma III Kebidanan KomunikasiEfektif


Pelatihan

Edukator bidang khusus KomunikasiEfektif


1. Radiologi Diploma III Radiologi Pelatihan

KomunikasiEfektif

15
2. Farmasi Apoteker /Asisten apoteker Pelatihan Komunikasi
Efektif
3. Rehabilitasi Medik Diploma III Fisiotherapi Pelatihan Komunikasi
Efektif
4. Gizi Diploma III Gizi Pelatihan Komunikasi
Efektif
5. Laboratorium Diploma III Analis Pelatihan Komunikasi
Kesehatan Efektif
6. Pencegahan dan Pengendalian Diploma III Keperawatan Pelatihan Komunikasi
Infeksi Efektif

10. Edukator perlu membina hubungan yang baik dengan pasien atau keluarga agar tercipta
rasa percaya terhadap peran educator dalam membantu mereka.

3. Kategori Materi Pendidikan atau Penyuluhan


Materi pendidikan dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu :
1. Bahan tertulis
Secara praktisbahan tertulis dapat didistribusikan secara bebas bagi semua orang untuk
diambil dan digunakan sesuai keperluan.
2. Bahan audio visual
Materi ini tidak tersedia secara mudah untuk digunakan dirumah kecuali disiarkan
diradio atau televisi.
3. Bahan lainnya
Sumber dari bahan materi ini adalah peralatan-peralatan dan materi-materi yang
digunakan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengajaran.
4. Sumber Bahan Materi Edukasi
1. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit memiliki wewenang untuk memproduksi bahan
tertulis secara luas yang tersedia secara gratis atau membayar dengan harga murah.
2. Pada materi-materi tertentu juga di produksi oleh pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat, yayasan dan organisasi ahli.

16
3. Bahan ini biasanya diproduksi secara menarik dan baik, sesuai dengan kebutuhan dari
target populasi.
5. Kualitas dari Bahan Materi Edukasi
1. Kualitas presentasi dan ketepatan serta kesesuaian isi sangat bervariasi disemua jenis
materi edukasi.
2. Bahan yang secara teknis tidak baik dapat memberikan pemahaman yang salah.
3. Materi audio visual dari kualitas yang baik akan lebih efektif untuk digunakan.
4. Informasi harus up – to – date atau diperbaharui setiap saat dan tepat.
6. Produksi lokal bahan materi edukasi kesehatan.
1. Perencanaan
a. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit harus memulai dengan pemahaman yang
baik tentang topik kesehatan yang akan dibahas, karakteristik grup penerima
edukasi, informasi dan perilaku penerima edukasi yang akan digunakan.
b. Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit dapat memilih tipe bahan materi seperti
selebaran, video dan lain-lain.
2. Pembiayaan
a. Mengembangkan dan menghasilkan bahan materi membutuhkan banyak waktu
dan uang.
b. Taksiran yang akurat dari biaya pengembangan materi promosi kesehatan menjadi
bagian dari proses perencanaan sehingga pembiayaan dapat dipertimbangkan
sebagai bagian dari keseluruhan perencanaan dan program alokasi sumber daya.
3. Alokasi tugas( pembuatan dan produksi )
a. Desain
a) Membuat gagasan
b) Menulisteks
c) Menambahkan ilustrasi
d) Menyelesaikan tata letak
b. Produksi
Produksi bahan materi edukasi ini dapat dilakukan dirumah atau Tim Promosi
Kesehatan Rumah Sakit dapat menyerahkan kesebuah perusahaan komersial luar
pada setiap tahap.

17
4. Desain
a. Membuat ringkasan
Ringkasan menjelaskan secara rinci maksud bahan materi pendidikan kesehatan,
kepada siapa ditujukan dan informasi apa yang harus di masukkan.
b. Menulis teks
Penerima edukasi yang berpotensi harus dapat mengingat ketika teks telah ditulis
dengan menggunakan kata-kata dan Bahasa yang sesuai. Kalimat yang pendek
dengan menggunakan kata-kata yang sederhana yang umum akan lebih baik
mudah dimengerti. Materi tertulis harus diperiksa kembali kemudahan untuk
dibacanya.
c. Ilustrasi
Ilustrasi, bagan dan diagram dapat digunakan dalam segala jenis materi edukasi,
juga dapat mengasah kepahaman dan meningkatkan pembelajaran. Banyak
penerima edukasi yang mampu mengingat dengan lebih baik jika materi disajikan
dalam bentuk gambar-gambar atau diagram.
d. Pengaturan letak atau urutan
Bahan yang menarik disajikan dalam urutan logis, dan tidak hanya akan
meningkatkan minat pengguna tetapi juga berkontribusi terhadap pemahaman dan
pembelajaran selanjutnya. Pada semua jenis materi kunci dari informasi harus
diringkas dan diulang secara berkala untuk meningkatkan pemahaman pengguna
dan membantu mereka agar focus pada bagian yang paling penting.
5. Menguji hasil
Pengujian hasil materi harus sering dilakukan dengan melibatkan ulasan pengamat dan
pengujian oleh penerima edukasi.
6. Perbaikan ( edit )
Pada setiap tahap semua materi harus diperbaiki secara hati-hati, memeriksa materi dan
mengubah yang perlu saja sehingga pesan dapat disampaikan dan orang lain mengerti
apa yang dimaksudkan.
7. Memperbanyak hasil
a. Penyalinan merupakan langkah yang mudah untuk memperbanyak hasil dalam nilai
yang sedikit.

18
b. Untuk selebaran yang lebih banyak percetakan akan lebih mudah dilakukan dengan
menggunakan alat bantu seperti mesin fotokopi.
8. Evaluasi
Evaluasi materi harus dilakukan untuk menentukan keefektifan dalam membantu
orang-orang dalam memahami dan belajar tentang informasi yang baru. Agar materi
yang akan disampaikan kedepannya menjadi lebih baik dengan melihat acuan dari hasil
evaluasi sebelumnya.

19
BAB III
DOKUMENTASI

Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir informasi dan edukasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara petugas rumah sakit
dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan informasi dan edukasi yang benar.
Fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo adalah sebagai berikut :
1. Hasil assesmen kebutuhan edukasi, penyampaian informasi dan edukasi pasien, hasil
verifikasi pasien memahami edukasi pada Instalasi Rawat Jalan dicatat dalam status rekam
medis Lembar Informasi.
2. Hasil assesmen pasien kebutuhan edukasi pada Instalasi Rawat Inap dicatat dalam RM.
RI.14.2
3. Hasil penyampaian informasi dan edukasi pasien dan hasil verifikasi pasien memahami
informasi dan edukasi pada Instalasi Rawat Inap dicatat dalam RM.RI.14.1&RM.RI.14.2
(Lembar Pemberian Informasi dan Penilaian Kebutuhan Edukasi ).
4. Informasi tarif kamar dan dokter penanggung jawab di RM.RI.14.1.
5. Informasi tentang hak dan kewajiban pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Tora Belo didokumentasikan dalam pemberitahuan informasi kepada pasien dan keluarga
dalam RM.RI.14.1 (Lembar Pemberian Informasi).
6. Informasi tentang penundaan pelayanan dicatat dalam L.RM (Lembar Penundaan pelayanan).
7. Informasi rencana pengobatan, tindakan, resiko, komplikasi, prognosis, dan alternative
pengobatan di RM.RI.02 (Lembar Pemberian Informasi )
8. Informasi biaya pemeriksaan penunjang, obat, tindakan operasi di Keu 03
9. Informasi persetujuan tindakan kedokteran di RM.OR.01
10. Informasi persetujuan tindakan pembiusan lokal, regional dan general di RM.OR.02
11. Informasi penolakan tindakan keperawatan, kedokteran, pemeriksaan penunjang dan
pengobatan di RM.OR.03

20
12. Keluarga atau pihak lain (asuransi, perusahaan, dan lain-lain) yang berhak mendapatkan
informasi mengenai kondisi penyakit pasien dicatat dalam lembar pelepasan informasi atas
seizin pasien jika pasien kompeten di L.RM.03.A
13. Catatan perintah atau komunikasi lisan lewat telepon antar petugas medis (perawat konsultasi
ke dokter atau konsultasi antar dokter) menggunakan formula SBAR dicatat dalam RM.RI.09
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi).

21
BAB IV
PENUTUP

Panduan ini diharapkan dapat menjadi penuntun bagi educator dan unsur terkait dalam
pelaksanaan pelayanan PKRS didalam maupun diluar RS. Baptis Batu. Kami berharap panduan
ini dapat bermanfaat dan dapat meningkatkan mutu pelayanan di RS. Baptis Batu Namun
demikian ,kami tetap terbuka untuk menerima kritik dan saran demi penyempurnaan panduan ini
dimasa mendatang. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitannya,
kami mengucapkan banyak terima kasih.

22

Anda mungkin juga menyukai