Anda di halaman 1dari 9

BAB I

DEFENISI

A. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan tekologi dan tingkat pendidikan masyarakat dewasa ini yang
semakin maju maka rumah sakitpun dituntut berkembang selaras dengan perkembangan
jaman dan kemajuan teknologi kedokteran serta pelayanan yang prima. Kepuasan pasien
dan keluarga menjadi prioritas pelayanan di setiap lini.
Demikan juga RSUD Andi Djemma Masamba memberikan pelayanan dengan
mengedepankan pelayanan kepada kepuasan pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga
harus mengetahui hak-hak apa saja yang dimiliki serta kepuasan terhadap proses
pengobatan maupun pelayanan di rumah sakit, kemudahan mencari informasi tentang
rumah sakit atau fasilitas yang dimiliki rumah sakit serta kewajiban dokter dan rumah sakit
harus dilkasanakan dengan benar sehingga kejadian yang tidak diharapkan atau
kesalahan pengobatan tidak terjadi, privasi pasien serta pelayanan dapat terwujud
dengan prima.
Adanya tuntutan jalur hukum semakin memacu dokter dan rumah sakit untuk
melakukan proses perawatan pasien sesuai prosedur yang benar dan menghargai hak-
hak pasien dan keluarga. Dengan demikian pasien dan keluarga merasa puas dan tidak
dirugikan. Rumah sakit semakin berkembang dan dapat melakuakn pelayanan yang
prima.

B. TUJUAN
a. Untuk menyediakan proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman
b. Untuk memahamkan manfaat dan kerugian pada pasien dan keluarga terhadap
tindakan.
c. Meningkatkan partisipasi pasien sesuai hak pasien dan keluarga.

C. PENGERTIAN
Batasan operasional diperlukan untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau
salah penafsiran terhadap istilah-istilah. Oleh karena itu penulis menggunakan penegasan
istilah agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan terjadi persepsi serta pemahaman
yang jelas.

1
1. Hak adalah kekuasaan atau kemenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Hak pasien menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomo.44 tahun 2009
tentang Rumah Sakiit pasal 32 :
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
b. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standart profesi dan prosedur operasional.
e. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
f. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat.
g. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
h. Pasien berhak beminat konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek (SIP) yang berlaku baik di dalam
maupun diluar rumah sakit.
i. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya
termasuk data-data medisnya.
j. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi dan diagnosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
k. Pasien bentuk memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akandilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Pasien berhak didampipngi keluarganya dalam keadaan kritis.
m. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menganggu pasien lainnya.
n. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.

2
o. Pasien berhak mengajukan usul saran, perbaikan atas rumah sakit terhadap
dirinya.
p. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai degan
agama atau kepercayaan yang dianutnya.
q. Pasien berhak menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara
perdata atau pidana.
r. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui medis cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
2. Penolakan pelayanan atau pengobatan adalaha suatu respon pasien dan atau
keluarga untuk menolak pelayanan atau pengobatan yang akan diberikan oleh dokter
penanggung jawab pelayaran selama masa perawatan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Lingkup Area
1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Staf medis
b. Staf perawat
c. Staf bidan
d. Staf profesional lainnya
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Penolakan Pelayanan atau
pengobatan adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi rawat jalan
c. Instalasi ICU
d. Instalasi Bedah sentral
e. Instalasi Rawat inap terdiri dari :
1) Ruang perawatan Bedah
2) Ruang perawatan Interna
3) Ruang perawatan Anak
4) Ruang perawatan kebidanan dan penyakit kandungan.
5) Ruang neonatal
6) Ruang Kelas 1
7) Ruang kelas 2
8) Ruang Kelas 3
f. Instalasi penunjang lainnya.

B. Kewajiban dan tanggung jawab


1. Seluruh Instalasi Gawat Darurat wajib memahami tentang panduan penolakan
pelayanan atau pengobatan.
2. Dokter/perawat/bidan yang bertugas (penangung jawab pasien) bertanggung jawab
melakukan panduan penolakan pelayanan atau pengobatan.
3. Kepala Instalasi / kepala ruangan.
a. Memastikan seluruh staf di instalasi Gawat Darurat memahami panduan
penolakan pelayanan atau pengobatan.
b. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan panduan penolakan
pelayanan atau pengobatan.

4
4. Manager
a. Memantau dan memastikan panduan penolakan pelayanan atau pengobatan
dikelola dengan baik oleh kepala instalasi
b. Menajaga standarisasi dalam menerapkan panduan penolakan pelayanan atau
pengobatan.

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tata lakasana penolakan pelayanan atau pengobatan adalah sebagai berikut :


1. Pasien diperbolehkan untuk mengambil keputusan dini akan penolakan pelayanan
atau pengobatan dengan memenuhi beberapa persyaratan dibawah ini :
a. Usia pasien harus > 18 tahun
b. Pasien harus kompeten dan memiliki kepastian yang baik secara mental untuk
mengambil keputusan.
c. Keputusan ini harus harus tertulis yang berarti harus ditulis oleh pasien sendiri
atau keluarga atau kerabat yang dipercaya oleh pasien dan harus tercatat di
rekam medis.
d. Harus ditandatangani oleh 2 orang yaitu :
a. Penulis atau pembuat keputusan atau orang lain atas nama pasien sambil
diarahkan oleh pasien jika pasien mampu menandatanganinya sendiri.
b. Satu orang lain lain sebagai saksi.
e. Harus di verifikasi oleh pernyataan spesifik yang dilakukan oleh pembuat
keputusan, dapat dituliskan di dokumen lain atau terpisah yang menyatakan
bahwa keputusan ini diaplikasikan untuk tindakan atau penanganan secara
spesifik, bahkan jik terdapat resiko kematian.
f. Keputusan pernyataan ini di dokumen terpisah ini juga harus ditandatangani
dan disaksikan oleh 2 orang (salah satunya pasien).
2. Diskusi antara dokter dengan keluarga pasien mengenai keputusan ini harus seijin
pasien, jika pasien tidak kompeten secara mental, diskusi dapat dilakukan dengan
keluarga atau wali syah pasien dengan mempertimbangkan kondisi dan keinginan
pasien. Jika tidak terdapat keluarga pasien atau wali yang syah, keputusan dapat
diambil dokter penanggung jawab pasien.
3. Jika terdapat situasi dimana pasien kehilangan kempetensinya untuk mengambil
keputusan tetapi telah membuat keputusan dini sebelumnya yang valid maka
keputusan ini haruslah dihargai.
4. Dokter dapat tidak mengindahkan keputusan dini yang dibuat oleh pasien, jika
terdapat hal sebagai berikut :
a. Pasien telah melakukan hal-hal yang tidak konsisten terhadap keputusan dini
atau keputusan awal yang dibuat, yang mempengaruhi validitas. (misalnya
pasien pindah agama )

6
b. Terdapat situasi yang tidak diantisipasi oleh pasien dan situasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan pasien (misalnya perkembangan terkini dalam tata
laksana pasien yang secara drastis merubah prospek kondisi terkini pasien.
c. Situasi dan kondisi yang ada tidak jelas dan tidak dapat diprediksi.
d. Terdapat perdebatan dan perselisihan mengenai validitas keputusan dini atau
awal dan kasus tersebut telah dibawa ke pengadilan.
5. Jika terdapat keraguan terhadap apa yang ingin pasien inginkan, paramedis harus
bertindak sesuai kepentingan atau hal yang terbaik untuk pasien, dan dapat
meminta saran dari doter seior.

B. Tata laksana penolakan tindakan kedokteran


1) Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang
aka dilakukan.
2) Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak
memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran
adalah orang tua, wali atau kuratornya.
3) Bila pasien yang sudah menikah maka suami maka istri tidak diikut serakan
menandatangi persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan
keluarga berencana yang sifatnya irreversible yaitu ; tubektomi atau vasektomi.
4) Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima informasi
atau kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dokter atau dokter
gigi maka orang tersebut dianggap telah menyetujui kebijakan medis apapaun
yang akan dilakukan dokter atau dokter gigi.
5) Apabila yang bersangkutan, sesudah menerima informasi menolak untuk
memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut
harus dilakukan secara tertulis. Akibat penolakan tindakan kedokteran tersebut
menjadi tanggung jawab pasien.
6) Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan dokter pasien.
7) Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali atau dicabut setiap
saat, kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada
tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.
8) Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang
berhak menarik atau mencabut adalah anggota keluarga tersebut atau
anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai
wali.

7
9) Penarikan kembali atau pencabutan persetujuan tindakan kedokteran harus
diberikan secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan.

8
BAB IV
DOKUMENTASI

Adanya format informed consent penolakan tindakan kedokteran.

Format informed consent penolakan pelayanan atau penolakan tindakan kedokteran


dimasukkan dalam rekam medis pasien.

Anda mungkin juga menyukai