Anda di halaman 1dari 7

Lampiran : Peraturan Direktur RSNU Baitussyifa’ Limpung tentang Panduan

Penolakan Rencana Asuhan Medis di RSNU Baitussyifa’ Lim[pung.

Nomor :

Tanggal :

PANDUAN PENOLAKAN RENCANA ASUHAN MEDIS

RSNU BAITUSSYIFA' LIMPUNG

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Pengelolaan pasien rawat inap dan rawat jalan dapat berupa upaya
pencegahan, paliatif, kuratif dan rehabilitatif termasuk anestesi, tindakan bedah.
pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya, yang berdasarkan hasil asesmen ulang
pasien. Pelayanan asuhan berfokus pada pasien yang diterapkan dalam bentuk
pelayanan dan asuhan pasien terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan
vertikal.

Jika seorang pasien rawat inap dan rawat jalan telah selesai menjalani
pemeriksaan lengkap dan sudah ada rekomendasi tindakan yang perlu
dilakukan.kemudian pasien ini memutuskan meninggalkan rumah sakit, maka pasien
ini dianggap sebagai pasien keluar menolak rencana asuhan medis. Pasien rawat inap
dan rawat jalan termasuk pasien dari unit gawat darurat berhak menolak tindakan
medik dan keluar rumah sakit. Pasien ini menghadapi risiko karena menerima
pelayanan atau tindakan tidak lengkap yang berakibat terjadi kerusakan permanen
atau kematian. Jika seorang pasien rawat inap dan rawat jalan minta untuk keluar
numah sakit tanpa persetujuan dokter, pasien harus diberitahu tentang risiko medis
oleh dokter yang membuat rencana asuhan atau tindakan dan proses keluarganya
pasien sesuai regulasi rumah sakit.

Hak pasien dalam pelayanan adalah hak pasien dan keluarga ketika pasien dan
keluarga datang ke rumah sakit untuk meminta pelayanan kesehatan karena
penyakitnya, berkonsultasi ataupun untuk mendapatkan informasi tentang pelayanan
kesehatan yang tepat. Dan pasien serta keluarga juga mempunyai hak dalam
mengambil keputusan menolak atau penghentian pengobatan atau terapi selama dalam
perawatan di rumah sakit.
Penolakan pelayanan atau pengobatan adalah suatu respon pasien dan atau
keluarga untuk menolak pelayanan atau pengobatan yang akan diberikan oleh dokter
penanggung jawab pelayaran selama masa perawatan.

B. Tujuan

Menghormati hak pasien dan keluarga untuk memenuhi permintaan keluarga


dalam menolak atau penghentian tindakan pengobatan dengan dasar pertimbangan
etika dan hukum dalam melaksanakan keinginan keluarga pasien yang terdiri dari:

1. Tanggung jawab dan kewajiban rumah sakit dalam menjamin dan melindungi
terpenuhinya hak-hak pasien dan keluarga.

2. Memberi informasi kepada keluarga pasien tentang hak mereka.

3. Mewujudkan rasa percaya kepada pasien dan keluarganya.

4. Menjalin komunikasi terbuka dengan pasien dan keluarganya.

5. Memahami dan melindungi nilai-nilai budaya, psikososial dan spiritual pasien dan
keluarganya.

6. Melibatkan keluarga pasien bila memungkinkan dalam pengambilan keputusan


mengenai perawatan pasien.

7. Untuk menyediakan proses dimana pasien bisa memilih prosedur yang nyaman.

8.Untuk memahamkan manfaat dan kerugian pada pasien dan keluarga


terhadap tindakan.

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Lingkup Area :
1. Pelaksanan panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari :
a. Staff medis
b. Staff perawat
c. Staff bidan
d. Staff professional lainnya
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Penolakan Pelayanan atau
pengobatan adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat
b. Instalasi Rawat Jalan
c. Instalasi ICU
d. Instalasi Bedah Sentral
e. Instalasi rawat inap terdiri dari ruang perawatan dewasa, ruang perawatan
anak dan ruang perawatan kebidanan dan penyakit kandungan, ruang
perinatology
f. Instalasi penunjang lainnya
B. Kewajiba dan Tanggung jawab
1. Seluruh Instalasi Gawat Darurat wajib memahami tentang panduan penolakan
pelayanan atau pengobatan.
2. Dokter atau perawat atau bidan yang bertugas ( penanggungjawab pasien)
bertanggungjawab melakukan panduan penolakan pelayanan atau pengobatan.
3. Kepala instaslasi atau kepala ruangan
a. Memastikan seluruh staff di instalasi gawat darurat memahami panduan
penolakan pelayanan atau pengobatan
b. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan panduan penolakan
pelayanan atau pengobatan
4. Manager
a. Memantay dan memastikan panduan penolakan pelayanan atau pengobatan
dikelola dengan baik oleh kepala instalasi
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan penolakan pelayanan
atau pengobatan

BAB III

TATA LAKSANA

A. Tatalaksana penolakan pelayanan atau pengobatan adalah sebagai berikut :


1. Pasien diperbolehkan untuk mengambil keputusan akan penolakan pelayanan
atau pengobatan dengan memenuhi beberapa persyaratan dibawah ini :
a. Usia pasien harus > 21 tahun
b. Pasien harus kompeten dan memiliki kepastian yang baik secara mental
untuk mengambil keputusan
c. Keputusan ini harus tertulis yang berarti harus ditulis oleh pasien sendiri
atau keluarga atau kerabat yang dipercaya oleh pasien dan harus tercatat di
rekam medis
d. Harus ditandatangani oleh 3 orang yaitu
 Penulis atau pembuat keputusan atau orang lain atas nama pasien
sambil diarahkan oleh pasien jika pasien mampu
menandatanganinya sendiri
 Satu orang lain sebagai saksi dari keluarga pasien
 Satu orang lain sebagai dari PPA
e. Harus diverifikasi oleh pernyataan spesifik yang dilakukan oleh pembuat
keputusan, dapat dituliskan di dokumen lain atau terpisah yang
menyatakan bahwa keputusan ini diaplikasikan untuk tindakan atau
penanganan secara spesifik, bahkan jika terdapat resiko kematian
f. Keputusan pernyataan di dokumen terpisah ini juga harus ditandatangani
dan disaksikan oleh 2 orang (salah satunya pasien)
2. Diskusi antara dokter dengan keluarga pasien mengenai keputusan ini harus
seizing pasien, jika pasientidak kompeten secara mental, diskusi dapat
dilakukan dengan keluarga atau wali syah pasien dengan mempertimbangkan
kondisi dan keinginan pasien. Jika tidak terdapat keluarga pasien atau wali
yang syah, keputusan dapat diambil dokter penanggungjawab pasien.
3. Jika terdapat situasi dimana pasien kehilangan kompetensinya untuk
mengambil keputusan tetapi telah membuat keputusan dini sebelumnya yang
valid maka keputusan ini haruslah dihargai
4. Dokter dapat tidak mengindahkan keputusan dini yang dibuat oleh pasien, jika
terdapat hal sebagai berikut :
a. Pasien telah melakukan hal-hal yang konsisten terhadap keputusan dini
atau keputusan tersebut awal yang dibuat, yang mempengaruhi validitas
(misalnya pasien pindah agama)
b. Terdapat situasi yang tidak diantisipasi oleh pasien dan situasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan pasien (misalnya perkembangan terkini
dalam tata laksana pasien yang secara drastic merubah prospek kondisi
terkini pasien)
c. Situasi dan kondisi yang ada tidak jelas dan tidak dapat diprediksi
d. Terdapat perdebatan dan perselisihan mengenai validitas keputusan dini
atau awal dan kasus tersebut telah dibawa ke pengadilan
5. Jika terdapat keraguan terhadap apa yang pasien inginkan, paramedis harus
bertindak sesuai kepentingan atau hal yang terbaik untuk pasien, dan dapat
meminta saran dari dokter senior
B. Tata laksana penolakan tindakan kedokteran
1. Penolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan/ atau keluarga
terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan kedokteran yang
akan dilakukan
2. Jika pasien belum dewasa atau tidak sehat akalnya maka yang berhak
memberikan atau menolak memberikan persetujuan tindakan kedokteran
adalah orang tua, wali atau kuratornya
3. Bila pasien yang sudah menikah maka suami atau istri tidak diikutsertakan
menandatangani persetujuan tindakan kedokteran, kecuali untuk tindakan
keluarga berencana yang sifatnya irreversible yaitu : tubektomi dan vasektomi
a. Jika orang yang berhak memberikan persetujuan menolak menerima
informasi atau kemudian menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan
dokter atau dokter gigi maka orang tersebut dianggap telah menyetujui
kebijakan medis apapun yang akan dilakukan dokter atau dokter gigi
b. Apabila yang bersangkutan sesudah menerima informasi menolak
memberikan persetujuannya maka penolakan tindakan kedokteran tersebut
menjadi tanggungjawab pasien
c. Penolakan tindakan kedokteran tidak memutuskan hubungan antara dokter
dan pasien
d. Persetujuan yang sudah diberikan dapat ditarik kembali atau dicabut setiap
saat, kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada
tahapan pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan.
e. Dalam hal persetujuan tindakan kedokteran diberikan keluarga maka yang
berhak menarik atau mencabut adalah anggota keluarga tersebut atau
anggota keluarga lainnya yang kedudukan hukumnya lebih berhak sebagai
wali
f. Penarikan kembali oleh pencabutan persetujuan tindakan kedokteran harus
diberikan secara tertulis dengan menandatangani format yang disediakan
C. Prosedur Pasien Menolak Rencana Asuhan Medis (against medical advice/ AMA)
1. Tenaga Klinik: Dokter DPJP
a. Beri salam dan perkenalkan diri
b. Tanya identitas pasien
c. Perhatikan prioritas pemberi persetujuan untuk penolakan pengobatan
d. Jelaskan hubungan penyakit dengan indikasi dan resiko atau dampak
menolak pengobatan terhadap pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti
e. Anjurkan pasien atau keluarga dalam mengambil keputusan sesuai norma
agama dan peraturan yang berlaku
f. Beri kesempatan pasien atau keluarga umtuk bertanya dan
mengungkapkan alasan mengambil keputusan dalam “MENOLAK”
g. Infor,asikam pasien atau keluaraga
1) Hak untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan
2) Konsekuensi dan tanggung jawab dari keputusan tersebut
3) Tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan :
 Perhatikan prioritas pemberi persetujuan untuk penolakan
pengobatan
 Jelaskan pengisian formulir penolakan atau penghentian
pengobatan sesuai keputusan pasien atau keluarga
h. Pengisian formulir penolakan ditanda tangani pasien dan keluarga serta
dilengkapi sesuai standar yang sudah ditetapkan
i. Formulir penolakan diserahkan ke perawat atau petugas untuk ditanda
tangani sebagai saksi dan cek isi kelengkapannya kesehatan serta
diarsipakan pada status rekam medic pasien
j. Bila pasien atau keluarga menolak atau menghentikan pengobatan
dengan memutuskan untuk pulang atas perminataan ( pulang paksa ),
DPJP menjelaskan dan membuat resum pulang keperaweatan sesuai
standar
k. Bila pulang paksa dijelaskan atau diberi pendidikan kesehatan sesuai
kondisi pasien dan dokter atau DPJP yang merawat membuat resum
pulang atas permintaan sesuai standar
l. Dokter mendokumentasikan pada formulir catatan perkembangan
terintegrasi
m. Beritahukan tenaga klinik lainnya atau perawat yang merawat untuk
dipersiapkan resum pulang keperawatan dan administrasi sesuai
peraturan
2. Tenaga klinik : perawat pelaksana
a. Perawat pelaksana bertanggung jawab menjelaskan penolakan pengobatan
berhubungan dengan proses keperawatan dalam suatu tindakan
keperawatan
b. Perhatikan prioritas pemberi persetujuan untuk penolakan pengobatan atau
penolakan keperawatan pada orang yang harus menandatangani
c. Bila ada penolakan tindakan invasif, anjurkan pasien atau keluarga
menandatangani formulir penolakan
d. Jelaskan pada pasien atau keluarga agar dalam mengambil keputusan
sesuai dengan norma agama, persyaratan peraturan yang berlaku
e. Beri kesempatan pada pasien atau keluarga untuk bertanya atau berunding
f. Informasikan atau pastikan pasien dan keluarga untuk mengetahui :
1) Hak untuk tidak melanjutkan rencana pengobatan
2) Konsekuansi dan tanggung jawab dari keputusan tersebut
3) Tersedianya alternatif pengobatan berhubungan dengan keperawatan
bila ada
g. Jelaskan penolakan pengobatan berhubungan dengan keperawatan dan
mengisi formulir penolakan medis untuk menolak tindakan atau
pengobatan
h. Cek pengisian formulir penolakan penolakan medis dan tanda tangani
perawat pada saat jam dinas dilengkapi tanda tangan dokter atau DPJP
i. Arsipkan formulir penolakan yang telah diisi dan ditandatanagi pasien atau
keluarga pada status rekam medis pasien
j. Informasikan dokter atau DPJP untuk mempersiapkan pasien pulang atas
permintaan dengan isi form resum pasien atas permintaan yang berlaku.
k. Perawat mendokumentasikan pada formulir catatan perkembangan
terintegrasi
l. Bila ada perubahan mengambil keputusan, akan dilaksanakan lebih lanjut
sesuai indikasi tindakan keperawatan

BAB IV

DOKUMENTASI

1. Adanya formulir informend consent penolakan tindakan kedokteran


2. Formulir informed consent penolakan pelayanan atau penolakan tindakan kedokteran
dimasukkan dalam rekam medis pasien

Direktur

Rumah Sakit NU Baitussyifa’ Limpung

Anda mungkin juga menyukai