Anda di halaman 1dari 21

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR
RS ANNA MEDIKA
NOMOR 028/PER/DIR/RSAM/VII/2019
TENTANG PEDOMAN
PENATALAKSANAAN
HAK PASIEN DAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat sekarang ini masyarakat sudah semakin cermat dan kritis terhadap produk jasa yang
diperolehnya termasuk pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan.Hal ini tentunya
memacu instansi rumah sakit khususnya rumah sakit swata untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya mulai dari pra sampai pasca pelayanan. Pelayanan yang prima akan
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit tersebut.

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit).Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit merupakan
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi preventif, kuratif,
rehabilitatif dan promotif mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam hubungan
hukum perjanjian terapeutik dengan pasien sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Melalui mottonya,
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami, RS Anna Medika berkomitmen
untuk memberikan pelayanan medis yang terbaik kepada masyarakat, memberikan
penjelasan medis yang komprehensif kepada seluruh pasien dan menjunjung tinggi
keselamatan pasien serta hak dan kewajiban pasien.

Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien merupakan sebuah
tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara keduanya.Setiap upaya pelayanan
medis seperti pengobatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang diberikan oleh
rumah sakit terhadap pasien merupakan wujud pelaksanaan dari kewajiban rumah sakit
dalam memenuhi hak-hak pasien.

B. TUJUAN
Setelah membaca pedoman ini, diharapkan mampu memahami dan memenuhi hak-hak

pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak
lahir bahkan sebelum lahir. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, hak merupakan
sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

2. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus
dilaksanakan).

3. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang diberikan
oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.

4. Informed Consent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atau usaha medis
yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
dengan informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

5. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
6. Dokter dan Dokter Gigi adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak
pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin,
sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam
koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab
profesional, hukum, etika dan moral.

7. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-
saudara kandung.

 Ayah adalah ayah kandung atau ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.

 Ibu adalah ibu kandung atau ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.

 Suami adalah seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Istri adalah seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-
laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri, perlindungan hak
keluarga dapat diberikan kepada salah satu dari istri.

D. RUANG LINGKUP
Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar
pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan dari tenaga kesehatan
yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU No. 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.

1. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan :


a) Bahawa upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada upaya penyembuhan
penderita, secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan upaya
kesehatan yang menyeluruh.

b) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh
masyarakat perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.

c) Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat dan
kesadaran akan hidup sehat.

d) Bahwa meningkatkanya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang mencakup


tenaga, sarana, prasarana baik jumlah maupun mutu.

e) Bahwa pelayanan kesehatan sangat penting apabila dihadapkan kepada pasien yang
sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para
pasien.

f) Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena merupakan


sifat yang melekat pada setiap hak yang dimiliki.

g) Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi kewajibannya,


oleh karena itu kewajiban menjadi hak yang paling utama dilakukan.

h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang
bersifat timbal balik, yaitu pihak-pihak tersebut dapat terlindungi hak-haknya bila
melakukan kewajibannya.

i) Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk


mendapatkan informasi atau penjelasan mengenai haknya sehingga akan
disampaikan melalui keluarga.

j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus ada
pedoman sebagai acuan bagi seluruh petugas rumah sakit.

2. Hak Pasien dan Keluarga


Dalam pelayanan kesehatan, pasien memiliki hak-hak yang telah diatur dalam Undang
Undang RI No. 44 Tahun 2009 Pasal 32 tentang Rumah Sakit, yaitu :

a) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.

b) Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c) Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.

d) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.

e) Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.

f) Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

g) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

h) Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit.

i) Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita


termasuk data-data medisnya.

j) Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.

k) Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

l) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.


m) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

n) Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam


perawatan di Rumah Sakit.

o) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas prilaku Rumah Sakit
terhadap dirinya.

p) Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.

q) Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana.

r) Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak
pasien, yaitu hak atas informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas
persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual dan hak atas ganti rugi.

Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4 – 8 disebutkan setiap
orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkat, menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan,
lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No.36
tahun 2009 itu diantaranya meliputi :

a) Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,
penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).

b) Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin yang bersangkutan,
kepentingan yang bersangkutan, kepentingan masyarakat).
c) Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).

Pada UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga
diatur hak-hak pasien, yang meliputi :

a) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana


dimaksud dalam pasal 45 ayat (3).

b) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

c) Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

d) Menolak tindakan medis.

e) Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri Kesehatan No. 269 pasal 12 menyebutkan :

a) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

b) Isi rekam medis merupakan milik pasien.

c) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan
rekam medis.

d) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan,
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

Hak pasien lainnya :

a) Pasien berhak mendapatkan pelayanan kerohanian.

b) Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kebutuhan privasinya.

c) Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap harta yang dimilikinya.

d) Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kekerasan fisik.

e) Pasien berhak mendapatkan perlindungan terhadap kerahasiaan informasi yang


berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
f) Pasien dan keluarga berhak mendapatkan edukasi tentang pelayanan.

g) Pasien berhak menolak atau tidak melanjutkan pengobatan.

h) Pasien berhak menolak atau memberhentikan resusitasi atau bantuan hidup dasar.

i) Pasien dan keluarga berhak dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang


pelayanan.

j) Pasien dan keluarga berhak mendapatkan persetujuan tindakan (informed consent)

k) Pasien berhak mendapatkan pelayanan tahap terminal di akhir kehidupannya.

A. Kewajiban Rumah Sakit


a. Memberikan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang berhubungan
dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain.

b. Pasien diinformasikan tentang kerahasiaan informasi dalam rekam medik pasien.

c. Pembukaan atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam rekam medik


diperbolehkan dalam UU No. 29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut :

1. Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangkat penegakkan hukum misalnya
visum et repertum.

2. Atas permintaan pasien sendiri.

3. Untuk kepentingan kesehatan pasien sendiri.

4. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

d. Pasien diminta persetujuaannya untuk membuka informasi yang tidak tercakup dalam
undang-undang dan peraturan.

e. Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan membatasi


akses ke ruang penyimpanan rekam medik pasien di tempat umum dan sebagainya.

f. Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk memberikan
pelayanan kerohanian atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien.

g. Menyediakan partisi atau sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di ruang
perawatan.
h. Menyediakan locker atau lemari untuk menyimpan harta benda pasien.

i. Memasang CCTV pada area yang memerlukan pengawasan ketat dan area rumah sakit
yang jauh dari keamanan.

j. Memasang akses pin pada pintu ruangan yang memiliki akses terbatas, seperti ruang
bayi, ruang perawatan, ruang rekam medik, dan sebagainya.

k. Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang masuk
ke ruang perawatan dan mewajibkan pengunjung untuk memakai ID Card.

l. Menyediakan tenaga keamanan untuk memantau area di lingkungan rumah sakit.

m. Menyediakan tenaga penterjemah baik bagi pasien yang tidak bisa memahami bahasa
Indonesia maupun bagi pasien tuna rungu.

n. Membentuk Tim Manajemen Nyeri untuk mengatasi nyeri pada pasien.

o. Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi pasien yang
membutuhkan.

p. Memberikan informasi bila terjadi penundaan pelayanan.

q. Menyediakan formulir permintaan pelayanan kerohanian.

r. Menyediakan formulir permintaan penyimpanan harta benda.

s. Menyediakan formulir pelepasan informasi.

t. Menyediakan formulir permintaan privasi.

u. Menyediakan formulir permintaan penterjemah.

B. Kewajiban Pasien
Selain hak, pasien juga memiliki kewajiban yang terdapat dalam persetujuan umum yang
diberikan kepada pasien pada saat masuk ruang rawat inap atau pada saat melakukan
pendaftaran pertama kali sebagai pasien rawat jalan. Kewajiban pasien telah diatur dalam
Permenkes Nomor 4 Tahun 2018, yang meliputi :

1. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;


2. menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja di Rumah Sakit
4. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya
6. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah
Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya
8. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
BAB II
TATA LAKSANA HAK PASIEN DAN KELUARGA

A. TATALAKSANA HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


I. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi
preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif mempunyai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dalam hubungan hukum perjanjian terapeutik dengan pasien sebagaimana
yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. Melalui mottonya, Kesembuhan dan kepuasan anda adalah
kebahagiaan kami, RS Anna Medika berkomitmen untuk memberikan pelayanan
medis yang terbaik kepada masyarakat, memberikan penjelasan medis yang
komprehensif kepada seluruh pasien dan menjunjung tinggi keselamatan pasien serta
hak dan kewajiban pasien.

Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien merupakan
sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara keduanya.Setiap
upaya pelayanan medis seperti pengobatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit terhadap pasien merupakan wujud pelaksanaan dari
kewajiban rumah sakit dalam memenuhi hak-hak pasien.

II. Ruang Lingkup


Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang
bertujuan agar pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan
dari tenaga kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal
sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.

1. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan:


a) Bahwa upaya kesehatan yang semula dititik beratkan pada upaya
penyembuhanpenderita, secara berangsur-angsur berkembang kearahketerpaduan
upaya kesehatan yang menyeluruh.

b) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimalbagi


seluruh masyarakat perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.

c) Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidangdan


kemajuanilmupengetahuan dan teknologi telah meningkatkan
taraf kesejahteraanmasyarakat dan kesadaran akan hidup sehat.

d) Bahwameningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang


mencakup tenaga, sarana, prasarana baik jumlah maupun mutu.

e) Bahwa pelayanan kesehatan amat penting apabila dihadapkan pada pasien yang
sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para
pasien.

f) Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena


erupakan sifat yang melekat pada setiap hak yang dimiliki.

g) Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi


kewajibannya, oleh karena itu kewajiban menjadi hak yang paling utama dilakukan.

h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang
bersifat timbale balik artinya pihka-pihak tersebut dapat terlindungi atas hak-haknya
bila melkukan kewajibannya.

i) Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk


mendapatkan informasi atau penjelasan mengenai haknya
sehinggaakan disampaiakn melalui keluarga.

j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus
ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit

2. Hak Pasien dan Keluarga

Hak-hak pasien dan keluarga di Murni Teguh Memorial Hospital yaitu:


a) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.

b) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien, memberikan informasi


yang benar, jelas dan jujur mengenai Hak dan Kewajiban pasien.

c) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi,


memberi pelayanan Kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminsi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit.

d) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar


profesi dan standar prosedur operasional, membuat, melaksanakan, dan menjaga
standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani
pasien.

e) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

f) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.

g) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter


lain yang mempunyai SIP baik di dalam maupun diluar rumah sakit.

h) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-


data medisnya.

i) Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

j) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

k) Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.

l) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien lainnya.
m) Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.

n) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit


terhadap dirinya.

o) Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan


kepercayaan yang dianutnya.

p) Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit


diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana.

q) Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar


pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. Kewajiban Rumah Sakit Dalam Menghormati Hak Pasien Dan Keluarga

a) Memberikan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang


berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak
lain.

b) Pasien diinformasikan tentang kerahasiaan informasi dalam rekam medik pasien

c) Pembukaan atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam rekam medik


diperbolehkan dalam UU No 29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut:

1) Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum


misalnya, visum et repertum

2) Atas permintaan pasien sendiri

3) Untuk kepentingan kesehatan pasien itu sendiri

4) Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya;


undang – undang wabah, undang – undang karantina, dsb.
d) Pasien diminta persetujuannya untuk membuka informasi yang tidak tercakup
dalam undang-undang dan peraturan.

e) Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan


membatasi akses ke ruang penyimpanan rekam medik, tidak meletakan rekam medis
pasien ditempat umum, dan sebagainya.

f) Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk


pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan
pasien.Respon tersebut antara lain dengan menyediakan rohaniawan serta buku doa

g) Menyediakan partisi / sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di ruang


perawatan

h) Menyediakan locker / lemari untuk menyimpan harta benda pasien

i) Memasang CCTV pada area yang perlu pengawasan ketat seperti di ICU,
ICCU,NICU, Burn Unit, ROI, ruang bayi, Irna Jiwa serta area rumah sakit yang
jauh dari keramaian.

j) Memasang finger print pada area yang mempunyai akses terbatas, seperti ruang
bayi, ruang rekam medis, tempat penyimpanan obat- obatan berbahaya di gudang
farmasi, dan sebagainya.

k) Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang
masuk ruang perawatan serta mewajibkan pengunjung memakai ID Card

l) Menyediakan tenaga satpol PP untuk memantau area di lingkungan rumah sakit

m) Menyediakan gelang berwarna ungu dalam menghormati hak pasien dan


keluarga terhadap pilihan keputusan DNR

n) Menyediakan kamar mandi khusus untuk manula dan orang cacat

o) Menyediakan tenaga penterjemah, baik bagi pasien yang tidak bisa memahami
bahasa indonesia maupun bagi pasien tuna rungu

p) Membentuk Tim Manajemen nyeri untuk mengatasi nyeri pada pasien


q) Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi

bagi pasien yang membutuhkan

r) Memberikan Informasi bila terjadi penundaan pelayanan

s) Menyediakan formulir permintaan rohaniawan

t) Menyediakan formulir permintaan menyimpan harta benda

u) Menyediakan formulir pelepasan informasi

v) Menyediakan formulir permintaan privasi

w) Menyediakan formulir permintaan penterjemah

4. Kewajiban Pasien

Kewajiban pasien tertuang dalam persetujuan umum atau disebut juga general consent
adalah persetujuan yang bersifat umum yang diberikan pasien pada saat masuk ruang
rawat inap atau didaftar pertama kali sebagai pasien rawat jalan, yaitu :

a. memberikan informasi yg akurat dan lengkap ttg keluhan sakit


sekarang, riwayat medis yg lalu, medikasi/pengobatan dan hal-hal lain yg berkaitan
dgn kesehatan pasien.

b. Mengikuti rencana pengobatan yg diadviskan oleh doktertermasuk instruksi


para perawat dan tenaga kesehatan yg lain sesuai perintah dokter.

c. Memperlakukan staf rumah sakit dan pasien lain dgn bermartabat dan hormat
serta tidak melakukan tindakan yg akan mengganggu operasional rumah sakit

d. Menghormati privasi orang lain dan barang milik orang lain dan rumah sakit

e. Tidak membawa alkohol, obat2 terlarang atau senjata tajam ke dalam rumah sakit

f. Menghormati bahwa RS adalah area bebas rokok

g. Mematuhi jam kunjungan dari RS

h. Meninggalkan barang berharga di rumah dan membawa hanya barang- barang yg


penting selama tinggal di RS
i. Memastikan bahwa kewajiban finansial atas asuhan pasien dipenuhi sebagaimana
kebijakan RS

j. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri apabilamenolak pengobatan


atau advis yang diberikan oleh dokter.

III. Tujuan
Setelah membaca pedoman ini, diharapkan mampu memahami dan
memenuhi hak-hak pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.

IV. Tatalaksana
1. Pada Saat Pendaftaran.

Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, Petugas
admisiakan memberi penjelasankepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti
mengenai 18 butir hak pasien berdasarkan Undang – Undang no 44 tentang Rumah
Sakit Pasien diberi pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah PENENTU
keputusan tindakan medis bagi dirinya sendiri. Seperti yang tertera pada Undang-
Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dimana Undang – Undang ini
bertujuan untuk “memberikan perlindungan kepada pasien”, “mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan medis”, dan “memberikan kepastian hukum bagi pasien
maupun dokter”.

Adanya hak pasien membantu meningkatkan kepercayaan pasien dengan


memastikan bahwa sistem pelayanan di RS Anna Medika bersifat cukup adil dan
responsive terhadap kebutuhan mereka, memberitahukan kepada pasien mekanisme
untuk memenuhi keinginan mereka, dan mendorong pasien untuk mengambil peran
aktif serta kritis dalam meningkatkan kesehatan mereka. Selain itu, hak dan kewajiban
juga dibuat untuk menegaskan pola hubungan yang kuat antara pasien dengan dokter.

2. Pada Saat Pengobatan


Pada saat pasien berkunjung ke poliklinik atau sedang dirawat di ruang
perawatan, akan berlangsung Tanya jawab antara pasien dan dokter (anamnesis), pasien
harus bertanya (berusaha mendapatkan hak pasien sebagai konsumen). Bila berhadapan
dengan dokter yang tidak mau membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya pasien
mencari dokter lain atau mencari second opinion ditempat lain.

Pasien menjadikan dirinya sebagai ”partner” diskusi yang sejajar bagi dokter.
Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari pihak manapun, tentunya
sedikit banyak harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar atau tidak. Semua
profesi memiliki prosedur masing-masing, dan semua kebenaran tindakan dapat diukur
dari kesesuaian tindakan tersebut dengan standar prosedur yang seharusnya. Begitu juga
dengan dunia kedokteran. Ada yang disebut dengan guideline atau Panduan Praktek
Klinis (PPK) dalam menangani penyakit. Lalu, dalam posisi sebagai pasien, setelah kita
mengetahui peran penting kita dalam tindakan medis, apa yang dapat dilakukan ?
Karena, tindakan medis apapun, harusnya disetujui oleh pasien (informed consent)
sebelumdilakukan setelah dokter memberikan informasi yang cukup. Bila pasien tidak
menghendaki, maka tindakan medis seharusnya tidak dapat dilakukan. Pihak dokter atau
RS seharusnya memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persetujuan
atau sebaliknya menyatakan penolakan

Persetujuan itu dapat dinyatakan secara tulisan. Selanjutnya, UU no. 29/2004


pada pasal 46 menyatakan dokter WAJIB mengisi rekam medis untuk mencatat
tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien secara clear, correct dan complete.
Dalam pasal 47, dinyatakan rekam medis merupakan milik rumah sakityang wajib dijaga
kerahasiannya, tetapi ISI-nya merupakan milik pasien. Artinya, pasien BERHAK
mendapatkan salinan rekam medis dan pasien BERHAK atas kerahasiaan dari isi rekam
medis miliknya tersebut, sehingga rumah sakit tidak bisa memberi informasi terkaitdata –
data medis pasien kepada orang pribadi/perusahaan asuransi atau ke media cetak /
elektronik tanpa seizin dari pasiennya.
3. Pada Saat Perawatan.

Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan privasi baik saat wawancara
klinis, saat dilakukan tindakan ataupun menentukan siapa yang boleh
mengunjunginya. Begitu pula untuk pelayanan rohani, pasein berhak mendapatkan
pelayanan rohani baik secara rutin maupun secara insidensial manakala dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai