PERATURAN DIREKTUR
RS ANNA MEDIKA
NOMOR 028/PER/DIR/RSAM/VII/2019
TENTANG PEDOMAN
PENATALAKSANAAN
HAK PASIEN DAN KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Saat sekarang ini masyarakat sudah semakin cermat dan kritis terhadap produk jasa yang
diperolehnya termasuk pelayanan yang diberikan dalam bidang kesehatan.Hal ini tentunya
memacu instansi rumah sakit khususnya rumah sakit swata untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya mulai dari pra sampai pasca pelayanan. Pelayanan yang prima akan
meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit tersebut.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit).Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010, rumah sakit merupakan
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan yang meliputi preventif, kuratif,
rehabilitatif dan promotif mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam hubungan
hukum perjanjian terapeutik dengan pasien sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Melalui mottonya,
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah kebahagiaan kami, RS Anna Medika berkomitmen
untuk memberikan pelayanan medis yang terbaik kepada masyarakat, memberikan
penjelasan medis yang komprehensif kepada seluruh pasien dan menjunjung tinggi
keselamatan pasien serta hak dan kewajiban pasien.
Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien merupakan sebuah
tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara keduanya.Setiap upaya pelayanan
medis seperti pengobatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang diberikan oleh
rumah sakit terhadap pasien merupakan wujud pelaksanaan dari kewajiban rumah sakit
dalam memenuhi hak-hak pasien.
B. TUJUAN
Setelah membaca pedoman ini, diharapkan mampu memahami dan memenuhi hak-hak
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak
lahir bahkan sebelum lahir. Berdasarkan kamus Bahasa Indonesia, hak merupakan
sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus
dilaksanakan).
3. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang diberikan
oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.
4. Informed Consent adalah suatu kesepakatan atau persetujuan pasien atau usaha medis
yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapatkan informasi
dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai
dengan informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.
5. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
6. Dokter dan Dokter Gigi adalah seorang tenaga kesehatan yang menjadi tempat kontak
pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin,
sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam
koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan
prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab
profesional, hukum, etika dan moral.
7. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-
saudara kandung.
Ayah adalah ayah kandung atau ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Ibu adalah ibu kandung atau ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan
pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Suami adalah seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Istri adalah seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-
laki berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri, perlindungan hak
keluarga dapat diberikan kepada salah satu dari istri.
D. RUANG LINGKUP
Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar
pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan dari tenaga kesehatan
yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU No. 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
b) Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh
masyarakat perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.
e) Bahwa pelayanan kesehatan sangat penting apabila dihadapkan kepada pasien yang
sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para
pasien.
h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang
bersifat timbal balik, yaitu pihak-pihak tersebut dapat terlindungi hak-haknya bila
melakukan kewajibannya.
j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus ada
pedoman sebagai acuan bagi seluruh petugas rumah sakit.
a) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
c) Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
d) Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
e) Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
g) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
h) Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit.
j) Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi
yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
k) Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
o) Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas prilaku Rumah Sakit
terhadap dirinya.
p) Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
q) Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
maupun pidana.
r) Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan beberapa hak
pasien, yaitu hak atas informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas
persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual dan hak atas ganti rugi.
Menurut UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4 – 8 disebutkan setiap
orang berhak atas kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkat, menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan,
lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya. Hak-hak pasien dalam UU No.36
tahun 2009 itu diantaranya meliputi :
a) Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar,
penyakit menular berat, gangguan jiwa berat).
b) Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin yang bersangkutan,
kepentingan yang bersangkutan, kepentingan masyarakat).
c) Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan
nyawa atau cegah cacat).
Pada UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga
diatur hak-hak pasien, yang meliputi :
Terkait rekam medis, Peraturan Menteri Kesehatan No. 269 pasal 12 menyebutkan :
c) Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan
rekam medis.
d) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan,
dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan
tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
h) Pasien berhak menolak atau memberhentikan resusitasi atau bantuan hidup dasar.
1. Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangkat penegakkan hukum misalnya
visum et repertum.
d. Pasien diminta persetujuaannya untuk membuka informasi yang tidak tercakup dalam
undang-undang dan peraturan.
f. Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk memberikan
pelayanan kerohanian atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien.
g. Menyediakan partisi atau sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di ruang
perawatan.
h. Menyediakan locker atau lemari untuk menyimpan harta benda pasien.
i. Memasang CCTV pada area yang memerlukan pengawasan ketat dan area rumah sakit
yang jauh dari keamanan.
j. Memasang akses pin pada pintu ruangan yang memiliki akses terbatas, seperti ruang
bayi, ruang perawatan, ruang rekam medik, dan sebagainya.
k. Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang masuk
ke ruang perawatan dan mewajibkan pengunjung untuk memakai ID Card.
m. Menyediakan tenaga penterjemah baik bagi pasien yang tidak bisa memahami bahasa
Indonesia maupun bagi pasien tuna rungu.
o. Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi pasien yang
membutuhkan.
B. Kewajiban Pasien
Selain hak, pasien juga memiliki kewajiban yang terdapat dalam persetujuan umum yang
diberikan kepada pasien pada saat masuk ruang rawat inap atau pada saat melakukan
pendaftaran pertama kali sebagai pasien rawat jalan. Kewajiban pasien telah diatur dalam
Permenkes Nomor 4 Tahun 2018, yang meliputi :
Pelaksanaan hak dan kewajiban antara rumah sakit dan pasien merupakan
sebuah tanggung jawab yang lahir dari hubungan hukum diantara keduanya.Setiap
upaya pelayanan medis seperti pengobatan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
yang diberikan oleh rumah sakit terhadap pasien merupakan wujud pelaksanaan dari
kewajiban rumah sakit dalam memenuhi hak-hak pasien.
e) Bahwa pelayanan kesehatan amat penting apabila dihadapkan pada pasien yang
sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan para
pasien.
h) Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang
bersifat timbale balik artinya pihka-pihak tersebut dapat terlindungi atas hak-haknya
bila melkukan kewajibannya.
j) Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus
ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit
f) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
i) Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
j) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien lainnya.
m) Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
i) Memasang CCTV pada area yang perlu pengawasan ketat seperti di ICU,
ICCU,NICU, Burn Unit, ROI, ruang bayi, Irna Jiwa serta area rumah sakit yang
jauh dari keramaian.
j) Memasang finger print pada area yang mempunyai akses terbatas, seperti ruang
bayi, ruang rekam medis, tempat penyimpanan obat- obatan berbahaya di gudang
farmasi, dan sebagainya.
k) Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang
masuk ruang perawatan serta mewajibkan pengunjung memakai ID Card
o) Menyediakan tenaga penterjemah, baik bagi pasien yang tidak bisa memahami
bahasa indonesia maupun bagi pasien tuna rungu
4. Kewajiban Pasien
Kewajiban pasien tertuang dalam persetujuan umum atau disebut juga general consent
adalah persetujuan yang bersifat umum yang diberikan pasien pada saat masuk ruang
rawat inap atau didaftar pertama kali sebagai pasien rawat jalan, yaitu :
c. Memperlakukan staf rumah sakit dan pasien lain dgn bermartabat dan hormat
serta tidak melakukan tindakan yg akan mengganggu operasional rumah sakit
d. Menghormati privasi orang lain dan barang milik orang lain dan rumah sakit
e. Tidak membawa alkohol, obat2 terlarang atau senjata tajam ke dalam rumah sakit
III. Tujuan
Setelah membaca pedoman ini, diharapkan mampu memahami dan
memenuhi hak-hak pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan.
IV. Tatalaksana
1. Pada Saat Pendaftaran.
Pada saat pendaftaran, baik di rawat jalan maupun rawat inap, Petugas
admisiakan memberi penjelasankepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti
mengenai 18 butir hak pasien berdasarkan Undang – Undang no 44 tentang Rumah
Sakit Pasien diberi pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah PENENTU
keputusan tindakan medis bagi dirinya sendiri. Seperti yang tertera pada Undang-
Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dimana Undang – Undang ini
bertujuan untuk “memberikan perlindungan kepada pasien”, “mempertahankan dan
meningkatkan mutu pelayanan medis”, dan “memberikan kepastian hukum bagi pasien
maupun dokter”.
Pasien menjadikan dirinya sebagai ”partner” diskusi yang sejajar bagi dokter.
Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari pihak manapun, tentunya
sedikit banyak harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar atau tidak. Semua
profesi memiliki prosedur masing-masing, dan semua kebenaran tindakan dapat diukur
dari kesesuaian tindakan tersebut dengan standar prosedur yang seharusnya. Begitu juga
dengan dunia kedokteran. Ada yang disebut dengan guideline atau Panduan Praktek
Klinis (PPK) dalam menangani penyakit. Lalu, dalam posisi sebagai pasien, setelah kita
mengetahui peran penting kita dalam tindakan medis, apa yang dapat dilakukan ?
Karena, tindakan medis apapun, harusnya disetujui oleh pasien (informed consent)
sebelumdilakukan setelah dokter memberikan informasi yang cukup. Bila pasien tidak
menghendaki, maka tindakan medis seharusnya tidak dapat dilakukan. Pihak dokter atau
RS seharusnya memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persetujuan
atau sebaliknya menyatakan penolakan
Selama dalam perawatan, pasien berhak mendapatkan privasi baik saat wawancara
klinis, saat dilakukan tindakan ataupun menentukan siapa yang boleh
mengunjunginya. Begitu pula untuk pelayanan rohani, pasein berhak mendapatkan
pelayanan rohani baik secara rutin maupun secara insidensial manakala dibutuhkan.