DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7
ELINDA WAHAB
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan……………………………………………………………………..
3.1 Kesimpilan………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang
dipakai man usia sebagai dasar prilakunnya.
1.3 Tujuan
1. Meingetahui Apa yang dimaksud kewajiban
2. Meingetahui Apa yang dimaksud kewajiban klien
3. Meingetahui Apa saja kewajiban tehadap klien
4. Meingetahui Apa saja undang-undang kewajiban terhadap klien
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan haknya.
2.2 KEWAJIBAN KLIEN
a. Kewajiban yang harus dimiliki seorang klien adalah :
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan dan tat tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter,
bidan, perawat yang merawatnya.
3. Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi
semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi
pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
4. Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi
hal-hal yang selalu disepakati perjanjian yang telah dibuatnya.
b. Menurut Fred Ameln, kewajiban pasien adalah :
1. Memberi informasi lengkap perihal penyakitnya kepada tenaga
kesehatan.
2. Mematuhi nasehat tenaga kesehatan.
3. Menghormati privasi tenaga kesehatan yang mengobatinya.
4. Memberi imbalan jasa.
c. Kewajiban klien menurut profesi
a) Keperawatan
menurut buku Pengantar Pendidikan Keperawatan karya A.
Aziz Alimul H., S.Kep.,Kewajiban pasien antara lain :
6
1. Pasien dan keluarga berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan tata tertib rumah sakit.
2. Pasien wajib menceritakan sejujurnya tentang segala
sesuatu mengenai penyakit yang diderita.
3. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi
dokter atau perawat dalam rangka pengobatan.
4. Pasien beserta penanggungnya berkewajiban untuk
melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah
sakit atau dokter.
5. Pasien dan penanggungnya berkewajiban untuk
memenuhi segala perjanjian yang ditandatangani.
b) Analis Kesehatan
1. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa
secara profesional.
2. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan
pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada
pihak yang berhak.
3. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat
atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
c) Kedokteran
Sedangkan menurut M. Jusuf Hanafiah dalam buku Etika
Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 3, kewajiban pasien
adalah :
1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.
2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang
penyakitnya.
3. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter.
7
4. Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat
di rumah sakit dan lain – lainnya.
5. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
6. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya
pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium dokter.
2.3 UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:
1. Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.
4. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
INFORMED CONSENT
Kata concent berasal dari bahasa latin, consentio yang artinya
persetujuan izin, menyetujui ; atau pengertian yang lebih luas adalah
member izin atau wewenang kepada seseorang untuk melakukan
suatu informed consent (IC), dengan demikian suatu penyataan setuju
atau izin oleh pasien secara sadar, bebas dan rasional setelah
memperoleh informasi yang dipahaminya darri tenaga
kesehatan/dokter tentang penyakitnya. Harus diingat bahwa yang
terpenting adalah pemahaman oleh pasien.
Pengertian lain yaitu Informed Consent adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien (orang tua/wali/suami/istri/orang yang
berhak mewakilinya) kepada tenahga kesehatan/dokter untuk
dilakukan suatu tindakan medis yang bertujuan untuk kesembuhan
penyakit yang dideritanya. Informed Consent berarti pernyataan
kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi secukupnya.
8
Jay katz mengemukakan falsafah dasar informed consent yaitu
pada hakikatnya suatu keputusan pemberian pengobatan atas pasien
harus terjadi secara kolaboratif (kerjasama) antara tenaga
kesehatan/dokter dan pasien serta bukan semata – mata keputusan
sepihak. Dengan demikian, informed consent mengandung 2 unsur
utama, yakni sukarela (voluntariness) dan memahami (understanding).
Ada 2 bentuk informed consent yaitu :
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied consent)
a. Keadaan normal
b. Keadaan darurat
2. Dinyatakan (expressed consent)
a. Lisan (oral)
b. Tulisan (written)
9
Exressed Consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara
lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur
pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian
sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa
yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.
Informasi
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed
consent dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau
penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi
indormasi harus disampaikan. Informasi tersebut meliputi informasi
mengenai apa (what) yang perlu disampaikan, kapan disampaikan
(when), siapa yang harus menyampaikan (Who), dan informasi yang
mana (Which) yang perlu disampaikan.
Persetujuan
The Medical Denfence Union dalam bukunya Medicolegal Issues in
Clinical Practice,menyatakan bahwa ada 5 syarat yang harus dipenuhi
untuk sahnya Informed Consent yaitu :
1. Diberikan secara bebas
2. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
3. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga
pasien dapat memahami tindakan itu perlu dilakukan
4. Mengenai sesuatu hal yang khas
5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama
Penolakan
Seperti dikemukakan pada bagian awal, tidak selamanya pasien
atau keluarga setuju dengan tindakan medic yang akan dilakukan
dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter maupun kalangan
kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga
10
mempunyai hak menolak usul tindakan yang akan dilakukan. In I
disebut sebagai informed Refusal.
Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti
anjuran, walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat
gawat atau kematian pada pasien.
Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan
yang diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya
dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga
menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medic
yang diperlukan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, M. Jusuf dan Amir, Amri. 1991. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Jakarta : EGC.
13