Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA PROFESI & HUKUM KESEHATAN

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 7

NADIA SAFITRI IPA

ELINDA WAHAB

POLTEKKES KEMENKES TERNTE

TAHUN AKADEMIK 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah


melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan “Kewajiba Klien“. Makalah ini
disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan dan juga sebagai bahan pegangan yang dapat menambah
pengetahuan kita tentang Kewajiban apa saja yang dimiliki klien.

Kelompok kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh


dari sempurna, untuk itu saran yang membangun sangat kami perlukan untuk
memperbaiki makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……..…………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………....

1.3 Tujuan……………………………………………………………………..

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kewajiban…………………………………………………..

2.2 Kewajiban Klien………………………………………………………….

2.3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen………………………....

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpilan………………………………………………………………..

3.2 Saran………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kesehatan wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan
hukum. Hal ini menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan
karena disisi lain tenaga kesehatan juga wajib menghormati hak-hak klien
dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku. Tenaga kesehatan wajib melakukan pertolongan darurat
atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya. Pelaksanaan gawatdarurat yang
sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan
baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara tenaga
kesehatan dengan tenagakesehatan lain yang berhubungan langsung,
sedangkan untuk daerah yang jauh dari pelayanan kesehatan modern
tentunya kebanyakan dari mereka menggunakanseluruh kemampuannya
untuk melakukan tindakan pertolongan, demi keselamatan jiwa klien.
Kewajiban lain yang jarang diperhatikan dengan serius yaitu menambah
ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kesehatan
dalam meningkatkan profesionalsme.
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hak dan
kewajiban merupakan sesuatu yang harus diketahui dan di
implementasikan oleh tenaga kesehatan,selain itu tenaga kesehatan
harus mempunyai etika karena etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta
himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok
masyarakat dan bukan merupakan hukum atau undang-undang.hal ini

4
menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang
dipakai man usia sebagai dasar prilakunnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kewajiban
2. Apa yang dimaksud kewajiban klien
3. Apa saja kewajiban tehadap klien
4. Apa saja undang-undang kewajiban terhadap klien.

1.3 Tujuan
1. Meingetahui Apa yang dimaksud kewajiban
2. Meingetahui Apa yang dimaksud kewajiban klien
3. Meingetahui Apa saja kewajiban tehadap klien
4. Meingetahui Apa saja undang-undang kewajiban terhadap klien

5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan haknya.
2.2 KEWAJIBAN KLIEN
a. Kewajiban yang harus dimiliki seorang klien adalah :
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan dan tat tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter,
bidan, perawat yang merawatnya.
3. Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi
semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi
pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.
4. Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi
hal-hal yang selalu disepakati perjanjian yang telah dibuatnya.
b. Menurut Fred Ameln, kewajiban pasien adalah :
1. Memberi informasi lengkap perihal penyakitnya kepada tenaga
kesehatan.
2. Mematuhi nasehat tenaga kesehatan.
3. Menghormati privasi tenaga kesehatan yang mengobatinya.
4. Memberi imbalan jasa.
c. Kewajiban klien menurut profesi
a) Keperawatan
menurut buku Pengantar Pendidikan Keperawatan karya A.
Aziz Alimul H., S.Kep.,Kewajiban pasien antara lain :

6
1. Pasien dan keluarga berkewajiban untuk mentaati segala
peraturan tata tertib rumah sakit.
2. Pasien wajib menceritakan sejujurnya tentang segala
sesuatu mengenai penyakit yang diderita.
3. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi
dokter atau perawat dalam rangka pengobatan.
4. Pasien beserta penanggungnya berkewajiban untuk
melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah
sakit atau dokter.
5. Pasien dan penanggungnya berkewajiban untuk
memenuhi segala perjanjian yang ditandatangani.
b) Analis Kesehatan
1. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam
memberikan pelayanan kepada pasien / pemakai jasa
secara profesional.
2. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan
pasien / pemakai jasa, serta hanya memberikan kepada
pihak yang berhak.
3. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat
atau pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
c) Kedokteran
Sedangkan menurut M. Jusuf Hanafiah dalam buku Etika
Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 3, kewajiban pasien
adalah :
1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.
2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang
penyakitnya.
3. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter.

7
4. Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat
di rumah sakit dan lain – lainnya.
5. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
6. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya
pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium dokter.
2.3 UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:
1. Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.
4. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
 INFORMED CONSENT
Kata concent berasal dari bahasa latin, consentio yang artinya
persetujuan izin, menyetujui ; atau pengertian yang lebih luas adalah
member izin atau wewenang kepada seseorang untuk melakukan
suatu informed consent (IC), dengan demikian suatu penyataan setuju
atau izin oleh pasien secara sadar, bebas dan rasional setelah
memperoleh informasi yang dipahaminya darri tenaga
kesehatan/dokter tentang penyakitnya. Harus diingat bahwa yang
terpenting adalah pemahaman oleh pasien.
Pengertian lain yaitu Informed Consent adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien (orang tua/wali/suami/istri/orang yang
berhak mewakilinya) kepada tenahga kesehatan/dokter untuk
dilakukan suatu tindakan medis yang bertujuan untuk kesembuhan
penyakit yang dideritanya. Informed Consent berarti pernyataan
kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi secukupnya.

8
Jay katz mengemukakan falsafah dasar informed consent yaitu
pada hakikatnya suatu keputusan pemberian pengobatan atas pasien
harus terjadi secara kolaboratif (kerjasama) antara tenaga
kesehatan/dokter dan pasien serta bukan semata – mata keputusan
sepihak. Dengan demikian, informed consent mengandung 2 unsur
utama, yakni sukarela (voluntariness) dan memahami (understanding).
Ada 2 bentuk informed consent yaitu :
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied consent)
a. Keadaan normal
b. Keadaan darurat
2. Dinyatakan (expressed consent)
a. Lisan (oral)
b. Tulisan (written)

Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien


secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini
ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan
dokter disini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau sudah
diketahui umum.

Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan


gawat darurat (emergency) sedang dokter memerlukan tindakan
segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan
persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat maka dokter dapat
melakukan tindakan medic terbaik menurut dokter (Permenkes No.
585 tahun 1989, pasal 11). Jenis persetujuan ini disebut sebagai
Presumed Consent, artinya bila pasien dalam keadaan sadar,
dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.

9
Exressed Consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara
lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan lebih dari prosedur
pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian
sebaiknya kepada pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa
yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah pengertian.

 Informasi
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed
consent dinyatakan bahwa dokter harus menyampaikan informasi atau
penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi
indormasi harus disampaikan. Informasi tersebut meliputi informasi
mengenai apa (what) yang perlu disampaikan, kapan disampaikan
(when), siapa yang harus menyampaikan (Who), dan informasi yang
mana (Which) yang perlu disampaikan.
 Persetujuan
The Medical Denfence Union dalam bukunya Medicolegal Issues in
Clinical Practice,menyatakan bahwa ada 5 syarat yang harus dipenuhi
untuk sahnya Informed Consent yaitu :
1. Diberikan secara bebas
2. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
3. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga
pasien dapat memahami tindakan itu perlu dilakukan
4. Mengenai sesuatu hal yang khas
5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama
 Penolakan
Seperti dikemukakan pada bagian awal, tidak selamanya pasien
atau keluarga setuju dengan tindakan medic yang akan dilakukan
dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter maupun kalangan
kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga

10
mempunyai hak menolak usul tindakan yang akan dilakukan. In I
disebut sebagai informed Refusal.
Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti
anjuran, walaupun dokter menganggap penolakan bisa berakibat
gawat atau kematian pada pasien.
Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan
yang diperlukan, maka untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya
dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga
menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medic
yang diperlukan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kewajiban adalah tanggung jawab seseorang untukmelakukan


sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan haknya.

Kewajiban klien antara lain, memberi informasi lengkap perihal


penyakitnya mematuhi nasehat petugas, menghormati privasi, memberi
imbalan jasa.

3.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan sebaiknya petugas wajib mengetahui


dan mematuhi kewajiban dari klien atau pasien dan sebaiknya klien harus
mengetahui kewajuban apa saja yang bisa dimiliki olehnya agar tidak
tejadi hal-hal yang tidak diinginkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, Aziz. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV.


Sagung Seto.

Hanafiah, M. Jusuf dan Amir, Amri. 1991. Etika Kedokteran dan Hukum
Kesehatan. Jakarta : EGC.

Praptianingsih, S.H., M.H., Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam


Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta : Rajawali Pers.

Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta :


EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai