SKENARIO 2
KAIDAH DASAR BIOETIK JUSTICE DAN AUTONOMY
Kelompok : B8
Ketua : Sandhia Aidhitya 1102020146
Sekretaris : Sestia Dia Alifah 1102020223
Anggota : Mifta Aulia A.S 1102020140
Quratul Ain 1102020143
Dhea Aprilia 1102020174
Ryan Firmansyah 1102020202
Addieni Shohwati 1102020208
Nadif Arya K. 1102020250
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2021/2022
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574
Fax. 62.21.424
Daftar Isi
Daftar isi..............................................................................................................................1
Skenario 2............................................................................................................................2
Kata sulit..............................................................................................................................3
Pertanyaan............................................................................................................................4
Jawaban................................................................................................................................5
Hipotesis..............................................................................................................................6
Sasaran Belajar....................................................................................................................7
1. Memahami dan Menjelaskan Kaidah dasar Bioetik Justice dan Autonomy
1.1 Definisi Justice dan Autonomy.......................................................................................8
2. Memahami dan Menjelaskan Pelanggaran kodeki pasal 3
3. Memahami dan Menjelaskan Hubungan dokter dan pasien
3.1 Jenis-jenis hubungan dokter dan pasien......................................................................12
3.2 Komunikasi dokter dengan pasien...............................................................................13
4. Memahami dan Menjelaskan Hak dan kewajiban dokter
5. Memahami dan Menjelaskan Hak dan kewajiban pasien
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17
1
SKENARIO 2
Ali 20 tahun mengeluh demam yang baru dirasakan selama satu hari, yang disertai
batuk, pilek, sakit kepala dan sakit perut. Ali datang ke tempat praktek dokter Budi dan setelah
dilakukan pemeriksaan, dokter memberikan resep yang berisi 8 macam obat untuk keluhan
tersebut, termasuk antibiotika. Obat yang diberikan merupakan produksi pabrik Farmasi yang
merupakan ”rekanan” dr. Budi, sehingga Ali harus mengeluarkan uang dalam jumlah yang
banyak. Dokter juga menyuruh Ali untuk segera melakukan pemeriksaan darah dan urin di
laboratorium ”X” yang merupakan ”rekanan” kerja dokter Budi.
2
KATA SULIT
3
PERTANYAAN
4
JAWABAN
1. Dokter telah melanggar 2 kaidah dasar bioetik yaitu autonomy dan justice
2. Belum, karena dokter belum memberikan inform consent kepada pasien
3. Dokter seharusnya tidak boleh terpengaruh oleh pertimbangan kentungan pribadi dalam
melakukan pekerjaannya tetapi harus atas pertimbangan untuk mencapai kesembuhan
pasien. dalam pemberian resep obat harus mendapat persetujuan dari pasiennya
4. Diberikan teguran/tuntutann secara tulisan atau lisan, penundaan gaji atau pangkat, izin
praktik dicabut utk sementara/selamanya
5. Beneficence, non malificence, autonomy, justice
6. MKEK (majelis kehormatan etik kedokteran)
7. Kolusi dan penyalahgunaan wewenang
8. Pasal 3 yang isinya dalam melakukan pekerjaan kedokteran, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuaru yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
9. Hubungan profesional yaitu dokter dengan klien (pasien). untuk membuat hubungan dokter
dan pasien yang baik adalah menguasai teknik komunikasi yang baik dengan pasien
10. Hak : sesuai dengan UU no.29 tahun. 2004 pasal 50 :
1. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar profesi dan SOP
2. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan SOP
3. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/ dari pihak keluarganya
Kewajiban :
1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan SOP serta kebutuhan
medis pasien
2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan
3. merahasiakan segala sesuatu informasi terkait dengan pasiennya
11. Hak :
1. memperoleh informasi mengenai tata tertib rumah sakit
2. memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya
3. memperoleh layanan yang manusiawi, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standar profesi dan standar
prosedur operasional
5. memberikan persetujuan, menolak pengobatan, dan memperoleh informasi medis
Kewajiban :
1. UU No.44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 31 dan 32 “pasien mempunyai
kewajiban terhadap rumah sakit atas pelayanan yang diterimanya”
2. UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran pasal 50 dan 51
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
mematuhi nasihat dan petunjuk dari dokter
mematuhi ketentuan yang berlaku disarana layanan kesehatan
memberikan imbalan untuk pelayanan yang diterima
5
HIPOTESIS
Seorang dokter menurut kaidah dasar justice dan autonomy seharusnya tidak boleh terpengaruh
oleh pertimbangan keuntungan pribadi dalam melakukan pekerjaannya tetapi harus atas
pertimbangan mencapai kesembuhan pasien, misalnya dalam pemberian resep obat harus
mendapat persetujuan dari pasien. Pelanggaran thd 2 kaidah dasar tsb menyebabkan seorang
dokter dapat dikenai pasal 3 yang isinya dalam melakukan pekerjaan kedokteran, seorang dokter
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian.
Sanksi terhadap pasal tersebut adalah berupa teguran atau tuntutan secara tulisan dan lisan,
penundaan gaji/pangkat, izin praktik yang dicabut untuk sementara. Komunikasi yang baik sangat
dibutuhkan antara dokter dengan pasien agar tercapai keseimbangan kewajiban dan hak pasien
dan dokter.
6
SASARAN BELAJAR
1. Memahami Memahami dan menjelaskan Kaidah dasar bioetik justice dan autonomy
1.1. Definisi justice dan autonomy
2. Memahami dan menjelaskan Pelanggaran kodeki pasal 3
3. Memahami dan menjelaskan Hubungan dokter dan pasien
3.1. Jenis-jenis hubungan dokter dan pasien
3.2. Komunikasi dokter dengan pasien
4. Memahami dan menjelaskan Hak dan kewajiban dokter
5. Memahami dan menjelaskan Hak dan kewajiban pasien
7
1. Memahami Memahami dan menjelaskan Kaidah dasar bioetik justice dan
autonomy
1.1 Definisi justice dan autonomy
Prinsip Autonomy
5. Membantu orang lain membuat keputusan yang penting (when ask, help others
make important decision)
Prinsip Justice
Pasal 3 KODEKI : “seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.”
Cakupan Pasal :
(1) Setiap dokter memiliki moral dan tanggung jawab untuk mencegah keinginan
pasien atau pihak manapun yang sengaja atau tidak sengaja bermaksud
menyimpangi atau melanggar hukum dana tau etika melalui praktek pekerjaan
kedokteran.
(2) Setiap dokter dilarang melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3,
antara lain :
a. Memberikan obat, alat produk kesehatan, anjuran nasehat atau tindakan
kedokteran, prototype cara perangkat sistem manajemen klinis pelayanan langsung
pasien dana tau penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan kiat
kedokteran yang belum berdasarkan bukti ilmiah (evidence) dan/atau diakui
dibidang kedokteran yang mengakibatkan hilangnya integritas moral dan
keilmuannya.
b. Membuat ikatan atau menerima imbalan berasal dari perusahaan farmasi, obat,
vaksin, makanan, suplemen, alat kesehatan, alat kedokteran, bahan produk atau jasa
kesehatan terkair kesehatan dan atau berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan
apapun dan dari manapun dan/atau berasal dari pengusaha, perorangan atau badan
lain yang akan menghilangkan kepercayaan public masyarakat dan menurunkan
martabat profesi kedokteran
c. Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung dalam segala bentuk kegiatan
yang bertujuan untuk mempromosikan atau mengiklankan dirinya, barang dan atau
jasa sebagaimana dimaksud Pasal 3, cakupan pasal butir 1 dan 2 diatas guna
kepentingan dan keuntungan pribadinya, sejawat pihak lain kelompoknya.
9
d. Melakukan upaya diagnostik, pengobatan atau tindakan medis apapun pada pasien
secara menyimpang dari atau tanpa indikasi medik yang mengakibatkan turunnya
martabat profesi kedokteran dan kemungkinan terganggunya keselamatan pasien.
e. Menerima pemberian imbalan jasa apapun untuk pengiriman rujukan pasien ke
dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, didalam maupun luar negeri.
(3) Dokter sebagai perseorangan praktisi wajib menolak pemberian segala bentuk
apapun bila dikaitkan atau patut diduga dikaitkan dengan kapasitas profesionalnya
dalam meresepkan obat alat produk barang industri kesehatan tertentu dan anjuran
penggunaan jasa kesehatan tertentu, termasuk berniat mempengaruhi kehendak
pasien/ keluarganya untuk membeli atau mengkonsumsi obat alat produk barang jasa
tertentu karena ia telah menerima atau dijanjikan akan menerima komisi keuntungan
dari perusahaan farmasi alat produk jasa kesehatan tersebut.
(4) Dokter yang bekerja penuh dan/atau paruh waktu untuk industri farmasi alat
produk kesehatan dan atau barang produk terkait lainnya wajib menjelaskan posisi
status pekerjaannya bila ia memberi ceramah atau informasi tentang atau berkaitan
dengan barang produk tersebut kepada dokter atau masyarakat awam. Demikian
pula setiap dokter pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk jasa pelayanan.
(5) Dalam kehadirannya pada temu ilmiah, setiap dokter dilarang mengikatkan diri
untuk mempromosikan meresepkan barang produk dan jasa tertentu, apapun bentuk
bantuan sponsorshipnya.
(6) Dokter dapat menerima bantuan dari pihak sponsor untuk keperluan
keikutsertaan dalam temu ilmiah mencakup pendaftaran, akomodasi dan transportasi
sewajarnya sesuai kode etik masingmasing.
(7) Dokter dilarang menyalahgunakan hubungan profesionalnya dengan terhadap
pasien dan/atau keluarganya demi keuntungan pribadi dan dilarang melibatkan diri
dalam kolusi, kongkalikong, berbagi imbalan komisi diskon, termasuk pola
pemasaran beragam jenjang (multi-level marketing) dan penarikan imbalan jasa
secara paket yang dibayarkan dimuka.
(8) Dokter dilarang menerima bantuan apapun dari perusahaan atau badan yang
produk barang jasanya bertentangan dengan prinsip kesehatan, seperti rokok,
minuman beralkohol dan sejenisnya.
(9) Dokter yang menyandang jabatan resmi kepemerintahan, lembaga negara lainnya
dan organisasi profesi dalam sosialisasi program kemitraan bersama seyogyanya
secara sendiri-sendiri tidak mengiklankan produk barang jasa tertentu serta dilarang
mengkaitkannya dengan identitas keahlian spesialisasi profesi tertentu.
(10) Setiap dokter dilarang menyalahgunakan secara tidak sah dan tidak etis forum
wahana peningkatan ilmu dan ketrampilan kedokteran beserta berbagai bentuk temu
ilmiah pengembangan profesionalisme kedokteran.
(11) Pemberian sponsor kepada seorang dokter haruslah dibatasi pada kewajaran dan
dinyatakan jelas tujuan, jenis, waktu dan tempat kegiatan ilmiah tersebut serta
kejelasan peruntukan pemberian dimaksud dan secara berkala dilaporkan kepada
10
pimpinan organisasi profesi setempat untuk diteruskan ke pimpinan nasional Ikatan
Dokter Indonesia.
(12) Setiap dokter dilarang menerima pembayaran untuk kompensasi praktek atau
biaya tambahan lainnya sehubungan dengan partisipasinya dalam temu ilmiah.
(13) Pemberian beasiswa/bantuan finansial dari sponsor untuk peserta didik
kedokteran wajib disalurkan melalui institusi pendidikan kedokterannya dan
pimpinan institusi pendidikan tersebut seyogyanya melaporkan nama pemberi dan
penerima kepada organisasi profesi setempat.
(14) Setiap dokter dilarang bertindak memenangkan persaingan bisnis apapun secara
melanggar hukum.
(15) Setiap dokter wajib mendukung program anti korupsi, kolusi, dan nepotisme
dari pemerintah, organisasi profesi atau pihak manapun juga.
(16) Setiap dokter memiliki yang kepentingan finansial terhadap suatu institusi/
perusahaan badan usaha seharusnya bertindak patut, teliti dan hati-hati agar jangan
sampai mempengaruhi dirinya dalam menangani pasien.
(17) Setiap dokter seyogyanya tidak menarik honorarium sejumlah yang tidak pantas
dan bertentangan dengan rasa perikemanusiaan.
(18) Setiap dokter wajib mengkomunikasikan secara jujur honorarium dan atau jasa
mediknya kepada pasien agar tidak terjadi aduan menerapkan honorarium di luar
kemampuan pasien atau keluarganya.
(19) Seorang dokter dalam berbisnis / bekerjasama dengan perusahaan di luar
bidang kedokteran wajib untuk :
a. Tidak berniaga yang tidak cocok atau bertentangan dengan profesi kedokteran
atau membawa pengabdian atau profesinya menjadi tidak layak dihormati.
b. Memisahkan barang dan jasa yang dihasilkan dari praktek kedokterannya dan
keahliannya sehingga tidak dirancukan masyarakat sebagai jasa kedokteran atau
diakui oleh profesi kedokteran.
c. Tidak mempromosikan nama, jenis keahlian dan pelayanan praktek pribadinya.
Pelaksanaan profesi kedokteran tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan
pribadi, tetapi lebih didasari sikap perikemanusiaan dan mengutamakan kepentingan
pasien.
Hal-hal berikut dilarang :
a. Menjual contoh obat (free sample yang diterima cuma-cuma dari perusahaan
farmasi.
b. Menjuruskan pasien untuk membeli obat tertentu karena dokter yang
bersangkutan telah menerima komisi dari perusahaan farmasi tertentu.
c. Mengizinkan penggunaan nama dan profesi sebagai dokter untuk kegiatan
pelayanan kedokteran kepada orang yang tidak berhak, misalnya dengan namanya
melindungi balai pengobatan yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
11
d. Melakukan tindakan kedokteran yang tidak perlu atau tanpa indikasi yang jelas,
karena ingin menarik pembayaran yang lebih banyak.
e. Kunjungan ke rumah pasien atau kunjungan pasien ke kamar praktek hendaklah
seperlunya saja supaya jangan menimbulkan kesan seolah-olah dimaksudkan untuk
memperbanyak imbalan jasa. Hal ini perlu dipehatikan terutama oleh dokter
perusahaan yang dibayar menurut banyaknya konsultasi.
f. Melakukan usaha untuk menarik perhatian umum dengan maksud supaya praktek
lebih dikenal orang lain dan pendapatannya bertambah.
g. Meminta dahulu sebagian atau seluruh imbalan jasa perawatan/pengobatan,
misalnya pada waktu akan diadakan pembedahan atau pertolongan obstetric.
h. Meminta tambahan honorarium untuk dokter-dokter ahli bedah/kebidanan
kandungan, setelah diketahui kasus yang sedang ditangani ternyata sulit, dimana
pasien yang bersangkutan berada pada situasi yang sulit.
i. Menjual nama dengan memasang papan praktek di suatu tempat padahal dokter
yang bersangkutan tidak pernah atau jarang datang ke tempat tersebut, sedangkan
yang menjalankan praktek sehari-harinya adalah dokter lain bahkan orang yang
tidak mempunyai keahlian yang sama dengan dokter yang namanya terbaca pada
papan praktek.
j. Mengeksploitasi dokter lain, dimana pembagian prosentasi imbalan jasa tidak
adil.
k. Merujuk pasien ke tempat sejawat kelompoknya, walaupun di dekat tempat
prakteknya ada sejawat lain yang mempunyai keahlian yang diperlukan.
b. Jika seorang pasien adalah seorang dewasa yang tidak mampu menerima
penjelasan dokter, maka penjelasan harus diberikan kepada mereka yang
bertanggung jawab terhadap pasien, keluarga terdekat atau teman lainnya yang
ikut terlibat dalam perawatan pasientersebut. Jika pasien adalah seoranganak,
keadaan ini harus disampaikan kepada orang yang bertanggung jawab secara
pribadi atau kepada pasien jika dinilai sudah cukup matang untuk mengerti
kejadian tersebut.
13
4. Memahami dan menjelaskan Hak dan kewajiban dokter
Hak Dokter
Sesuai dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 pasal 50:
1. Profesi dan standar prosedur operasional.
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar operasional
prosedur.
3. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.
4. Memahami dan menjelaskan Hak dan kewajiban pasien
Kewajiban dokter
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50
dan 51, Hak dan Kewajiban Dokter
Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional
prosedur serta kebutuhan medis
Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain
yang mempunyai kemampuan lebih baik.
Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah
pasien itu meninggal dunia
Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang mampu melakukannya
Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
14
· Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat
- Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
- Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
- Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik.
- Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan.
Hak Pasien
Kewajiban pasien :
- Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang
diterimanya.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 28
c. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit
d. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya
Pasal 29
4. Pasien dapat meninggalkan rumah sakit apabila Pasien atau keluarga telah
menandatangani perjanjian sebagaimana di maksud pada ayat (3)
16
DAFTAR PUSTAKA
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK), Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2004.
Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Jakarta: MKEK Pusat & Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
17