Kedokteran Forensik
Pleno 1 Kelompok 4
Selasa 12 Februari 2019
Kelompok 4
Tutor : dr.Frudensia
Ketua : Hapsari Mustika Cahyani 405150076
Sekretaris : Theresia Fitriyana Dwi K 405150086
Penulis : Muhammad Abdu Quraisy S 405150066
Berdasarkan :
•Bietika, Etika Kedokteran
•KODEKI, KODERSI
•Sistem, Nilai Terkait Pelayanan Kesehatan
•Moral Praktik Kedokteran
•Profesionalisme Dokter
•Penyelesaian Masalah Sengketa
•Hukum Pelayanan Kesehatan
Learning Issues
1. MM. Regulasi Kedokteran Indonesia
2. MM. Surat Keterangan Dokter
3. MM. Asas Bioetika
4. MM. Bioetika dalam Kodeki
5. MM. Hak dan Kewajiban Dokter
6. Analisa Pemicu
LI 1 : MM Regulasi Praktik Dokter
di Indonesia
(STR,SIP, KODEKI, UU No.36 Tahun 2014, UU No.36 Tahun 2009, Sumpah Dokter)
Sumpah Dokter Indonesia
Lafal tersebut dalam esensi yg sama telah mengalami penyempurnaan urutan lafal
dan redaksional berulang kali :
Versi 1 : Declaration of Geneva 1948
Versi 2 : PP No.26 Th. 1960
Versi 3 : Munas Etik II, 14-16 Desember 1981
Versi 4 : SK Menkes No.434 th. 1983
Versi 5 : hasil Rakernas MKEK 1993 diperkuat pada Mukernas Etika
kedokteran III, Jakarta 21-22 April th.2001
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KEWAJIBAN UMUM Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin
Pasal 1 melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan persetujuan pasien/keluarganya dan hanya diberikan untuk
mengamalkan sumpah dan atau janji dokter. kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Pasal 2 Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau
keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap
perilaku profesional dalam ukuran yang tertinggi. hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Pasal 3 Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
Pasal 8
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,
memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan
Pasal 4
teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
yang bersifat memuji diri .
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga
kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan
masyarakat, wajib saling menghormati.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas Pasal 16
dan mempergunakan seluruh keilmuan dan Setiap dokter wajib merahasiakan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien,
segala sesuatu yang diketahuinya
yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas tentang seorang pasien, bahkan juga
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib setelah pasien itu meninggal dunia.
merujuk pasien kepada dokter yang Pasal 17
mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib melakukan
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan
pertolongan darurat sebagai suatu
pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi wujud tugas perikemanusiaan,
dengan keluarga dan penasihatnya, kecuali bila ia yakin ada orang lain
termasuk dalam beribadat dan atau bersedia dan mampu
penyelesaian masalah pribadi lainnya. memberikannya.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN
SEJAWAT KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 18 Pasal 20
Setiap dokter memperlakukan Setiap dokter wajib selalu
teman sejawatnya sebagaimana ia memelihara kesehatannya, supaya
sendiri ingin diperlakukan. dapat bekerja dengan baik.
Pasal 19 Pasal 21
Setiap dokter tidak boleh Setiap dokter wajib senantiasa
mengambil alih pasien dari teman mengikuti perkembangan ilmu
sejawat, kecuali dengan pengetahuan dan teknologi
persetujuan keduanya atau kedokteran/ kesehatan.
berdasarkan prosedur yang etis.
Surat Tanda Registrasi (STR)
Registrasi
Pasal 44
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan.
3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan.
5) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. memiliki STR lama;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi;
e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan
f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
Pasal 46
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.
2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP.
3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan praktiknya.
4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus memiliki:
1) STR yang masih berlaku;
2) Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
3) Tempat praktik.
5) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing berlaku hanya untuk 1 (satu) tempat.
6) SIP masih berlaku sepanjang:
1) STR masih berlaku; dan
2) Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
7) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 47
Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama praktik
Penegakan Disiplin Tenaga Kesehatan
Pasal 49
1) Untuk menegakkan disiplin Tenaga Kesehatan dalam penyelenggaraan praktik, konsil masing-
masing tenaga Kesehatan menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin tenaga Kesehatan.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan dapat memberikan sanksi disiplin berupa:
a. Pemberian peringatan tertulis;
b. Rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau
c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kesehatan.
3) Tenaga Kesehatan dapat mengajukan keberatan atas putusan sanksi disiplin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi disiplin sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menter
Penyelesaian Perselisihan
Pasal 77
Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan
dapat meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 78
Dalam hal Tenaga Kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan kesehatan, perselisihan yang timbul akibat kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui penyelesaian sengketa di luar pengadilan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 79
Penyelesaian perselisihan antara Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Sanksi Administratif
Pasal 82
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 47, Pasal 52 ayat (1), Pasal 54 ayat (1), Pasal 58 ayat
(1), Pasal 59 ayat (1), Pasal 62 ayat (1), Pasal 66 ayat (1), Pasal 68 ayat (1), Pasal 70 ayat (1), Pasal 70 ayat (2), Pasal 70
ayat (3) dan Pasal 73 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
2) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (2), Pasal 53 ayat (1), Pasal 70
ayat (4), dan Pasal 74 dikenai sanksi administratif.
3) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
memberikan sanksi administratif kepada Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa:
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.
5) Tata cara pengenaan sanksi administratif terhadap Tenaga Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan Pidana
Pasal 83
Setiap orang yang bukan Tenaga Kesehatan melakukan praktik seolah-olah sebagai
Tenaga Kesehatan yang telah memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 84
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan
Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun.
2) Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian,
setiap Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 85
1) Setiap Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja menjalankan praktik tanpa memiliki STR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja memberikan pelayanan
kesehatan tanpa memiliki STR Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Pasal 86
3) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
4) Setiap Tenaga Kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja memberikan pelayanan
kesehatan tanpa memiliki SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Surat Ijin Praktik (SIP)
Bukti tertulis yang diberikan pemerintah → dokter dan dokter
gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran, setelah memenuhi
persyaratan
Dikeluarkan pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten / kota
tempat praktik kedokteran / kedokteran gigi dilaksanakan
Diberikan paling banyak untuk 3 tempat
1 surat izin hanya berlaku untuk 1 tempat praktik
Masih tetap berlaku sepanjang :
STR dokter / dokter gigi masih berlaku
Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum di SIP
Contoh formulir permohonan SIP Contoh format
UU No.36 Tahun 2009
LI 2 MM. Surat Keterangan Dokter
Surat Keterangan Dokter
Kewajiban melaporkan penyakit menular di • Tanda bukti pembayaran atas imbalan jasa yg
Indonesia diatur dalam Undang-Undang N0.6 diterimanya.
tahun 1962 tetang Wabah.
Sanksi Hukum
• Penyimpangan dalam pembuatan surat • Pasal 179 KUHAP:
keterangan selain tidak etis merupakan
pelanggaran terhadap pasal 267 KUHP sebagai
– Setiap orang yg dimintai pendapatnya
berikut, sebagai ahli kedokteran kehakiman
– Seorang dokter yg dengan sengaja memberikan atau dokter atau ahli lainnya wajib
surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya memberikan keterangan ahli demi
penyakit, kelemahan atau cacat diancam dengan keadilan.
hukuman penjara paling lama empat tahun.
– Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk
– Semua ketentuan tersebut di atas untuk
memasukkan seseorang dalam rumah sakit gila saksi berlaku juga bagi mereka
atau untuk menahannya disitu, dijatuhkan mengucapkan sumpah atau janji akan
hukuman penjara paling lama delapan tahun enam memberikan keterangan yg sebaik-
bulan.
baiknya dan sebenar-benarnya menurut
– Diancam dengan pidana yg sama, barang siapa
dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu pengetahuan dalam bidang
itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran. keahliannya.
LI 3 : MM Asas Bioetik
Asas Bioetik
Van Rensselaer Potter (1971) Beauchamp / Childress : mereka
Ia memaksudkan bioetika sbg memilih empat prinsip tertentu
suatu ilmu baru yg (four cluster of principles ) :
menggabungkan pengetahuan Menghormati otonomi
ilmu2 hayati dg pengetahuan Tidak merugikan
tentang sistem2 nilai manusiawi
dari etika Berbuat baik
Keadilan
Bioetika ditandai sekurang2nya Prinsip2 moral lain lagi :
tiga ciri berikut : Jangan membunuh
Interdisiplinaritas Jangan mencuri
Internasionalisasi Jangan menipu
pluralisme
Prinsip umum etik kedokteran
4 prinsip Etik Biomedis (Beuchamp & childress, 2001) :
1. Menghormati otonomi berarti Prinsip ini Prinsip ini 1. Prinsip ini mengacu pada
seorang pasien yang mampu menalar dengan menyatakaan perlakukaan kepada setiaap
pilihan pribadinya harus diperlakukan kewajiban bahwa jika kita orang sama dalam
dengan menghormati kemampuannya menolong tidak dapat memperoleh haknya dalam
mengambil keputusan mandiri. orang lain melakukan hal memeproleh pelayanan
2. Melindungi seseorang yang dengan yang bermanfaat kesehatan, 6tidak dipengaruhi
otonominyaa kurang atau terganggu mengupayaka maka setidaknya oleh pertimbangan
yang berarti pada pasien yang n manfaat jangan merugikan keagamaan, kesukuan ,
tergaantungan (vulnareble, orang maksimal orang lain. perbedaan kelamin (gender).
cacat, gangguan jiwa, demensia dll) sambil 2. Keadilaan distributif,
perlu dilindungi terhadap kerugian meminimalkan proporsional antara beban
(harm). resiko. (termasuk biaya), dan risiko
dengan manfaat.
Nonmalefice Menghormati
Beneficence Berlaku adil
nce otonomi
manusia
4 KAIDAH DASAR
MORAL DOKTER
Prinsip Prima Facie
WD. Ross mengajukan prinsip Prima Facie, artinya kita dituntut untuk
menemukan “kewajiban terbesar” dalam situasi yang ada dengan
menemukan “keseimbangan terbesar” dari hal yang baik atas hal yang buruk.
WD Ross membedakan kewajiban prima facie dengan kewajiban actual,
dimana kewajiban yang selalu harus dilaksanakan kecuali kalau dalam situasi
khusus tertentu bertentangan dengan atau dikalahkan oleh suatu kewajiban
yang sama atau yang lebih kuat.
LI 4 : MM Bioetika dalam KODEKI
KODEKI yang Mengandung Dasar Bioetika
PASAL BIOETIK
1 Beneficence, Non-Maleficence, Autonomi, Justice
2 Beneficence, Non-Maleficence
3 Beneficence, Non-Maleficence, Justice
4
5 Beneficence, Non-Maleficence, Autonomi
6 Beneficence, non-Maleficence
7 Beneficence, Non-Maleficence
8 Beneficence, Non-Maleficence
9 Beneficence, Non-Maleficence
10 Non-Maleficence, Autonomi, Justice
KODEKI yang Mengandung Dasar Bioetika
PASAL BIOETIK
11 Beneficence, Non-maleficence
12 Beneficence, Non-Maleficence, Justice
13 Beneficence
14 Beneficence, Non-Maleficence, Justice, Autonomi
15 Non-Maleficence, Autonomi
16 Non-Maleficence, Autonomi
17 Non-Maleficence, Justice
18 Beneficence
19 Beneficence, Autonomi
20 Non-Maleficence
LI 5 : MM Hak dan Kewajiban Dokter
UU no 29 tahun 2004 Bab VII: Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Bagian Ketiga, Paragraf 6: Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur operasional
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi
UU no 29 tahun 2004 Bab VII: Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Bagian Ketiga, Paragraf 7: Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 52