Anda di halaman 1dari 55

LI 1.

penilaian dokter senior sesuai dgn sumpah


dokter& etika hukum & disiplin
• Sikap :
1. Sering telat & pelayanan terburu2
2. Mendahulukan pasien langganan dg meminta biaya tambahan :
pelanggaran thd Justice
3. Berusaha meyakinkan pasien : wanprestasi
4. Membanggakan diri sendiri : kodeki pasal 4, setiap dokter wajib
menghindari diri dari perbuatan yg bersifat memuji diri
5. Menulis rekam medis dibantu olh suster
6. Mempermudah pemberian surat sakit utk 1-2 hari sebelum nya,
meskipun pasien berobat saat itu : kodeki pasal 7, seorang dokter wajib
hanya memberi surat keterangan & pendapat yg telah diperiksa sendiri
kebenarannya
LI 2. penilaian dokter junior sesuai dgn sumpah
dokter& etika hukum & disiplin
• Sikap :
1. Ramah, teliti, catatan lengkap di Rekam Medis + terapi
2. Sabar thd pasien
3. Mempersilahkan pasien mencari second/thrid opinion
4. Menangani pasien dg hati2 & hanya menyuntik jika ada
indikasi medis
5. Bila tidak mampu menangani pasien/diluar kopetensi 
merujuk : kodeki pasal 7 ayat 6, seorang dokter wajib
melakukan konsultasi /merujuk ke sejawatnya yg
mempunyai kompetensi utk memberikan keterangan yg lbh
bermutu apabila kasus yg dihadapi diluar kopetensinya
LI3. sikap sbg tmn sejawat jika menemui dr
senior/junior seperti dikasus
• Sebagai mahasiswa, saya berpendapat bahwa
sikap yg dilakukan oleh dokter junior dapat
contoh selama tidak ada hal yg dapat
merugikan pasien.
• Dan sebalik nya pada sikap dokter senior.
Sumpah Dokter Indonesia
Demi Allah saya bersumpah, bahwa:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
keperikemanusiaan
2. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur jabatan kedokteran
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya
5. Saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya
untuk sesuatu yg bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia


6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan penderita
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsan,
kesukuan, perbedaan kelamin, politik kepartaian atau
kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap
penderita
9. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan
dan pernyataan terima kasih yang selayaknya
10.Saya akan perlakukan teman sejawat saya sebagaimana saya
sendiri ingin diperlakukan
11.Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia yang berdasarkan Pancasila
12.Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Penjelasan :
• Telah mengalami penyempurnaan sejak versi pertama yaitu
Declaration of Geneva 1948 -> PP No, 26 Tahun 1960 -> Munas
EtikII,14-16 Desember 1981 memunculkan lafal Sumpah dokter versi
ketigan -> versi ke-empat SK Menkes No, 434 Tahun 1983 ->
Penyempurnaan versi ke-lima dilakukan sebagai hasil Rakernas
MKEK 1993 dan sejak itu tidak pernah berubah lagi
• Beragama Islam ucapkan “Demi Allah saya bersumpah”
• Penganut agama selain Islam  sesuai yang ditentukan
• Lafal diucapkan sendiri-sendiri atau bersama
• Sumpah dokter dilafalkan pertama kali dan satu2nya seumur
hidup setelah memperoleh ijazah
• Merupakan sumpah promisoris karena berisi janji publik dokter
untuk mengawali praktik kedokteran sebagai pengabdian profesinya

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
KODEKI
• Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
• Diatur & diawasi oleh  Majelis Kehormatan dan Etik
Kedokteran (MKEK)
• Sejarah :
– KODEKI sebelumnya disusun tahun 2001  disahkan IDI tahun
2002; belum menampung substansi profesionalisme dokter &
keselamatan pasien sebagaimana tersirat dalam :
• UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
• UU nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
• UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS),
–  Revisi tahun 2012
Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Bioetika
4 prinsip dasar bioetika :
• Nonmaleficence  tidak merugikan
• Beneficence  berbuat baik
• Menghormati otonomi
• Justice  keadilan

Buku Bioetik dan hukum kedokteran


1. Non maleficience, prinsip moral yang melarang
tindakan yg memperburuk keadaaan pasien,
dikenal sbg primum non nocere
2. Beneficience, prinsip moral yg mengutamakan
tindakan yg ditujukan ke kebaikan pasien,
&manfaat lebih besar drpd sisi buruk nya
3. Prinsip otonom, prinsip moral yg menghormati
hak2 otonom pasien
4. Justice, prinsip moral yg mementingkan
fairness & keadilan dlm bersikap

Buku Bioetik dan hukum kedokteran


Kewajiban Umum Dokter
Pasal 1 (Sumpah Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan
Dokter) mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2 (Standar Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan
Pelayanan keputusan profesional secara independen, dan
Kedokteran Yang mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
Baik) tertinggi.
Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter
(Kemandirian tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
Profesi) hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4 (Memuji Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan
Diri) yang bersifat memuji diri .
Pasal 5 (Perbuatan Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin
Melemahkan Psikis melemahkan daya tahan psikis maupun sik, wajib
Maupun Fisik) memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Pasal 6 (Bijak Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
Dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau
Penemuan pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap
Baru) hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7 Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan
(Keterangan Dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pendapat Yang
Valid)
Pasal 8 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,
(Profesionalism) memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9 Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan
(Kejujuran Dan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan
Kebajikan sejawatnya pada saat menangani pasien dia ketahui memiliki
Sejawat) kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan.

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Pasal 10 Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman
(Penghormatan sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib
Hak-hak Pasien Dan menjaga kepercayaan pasien.
Sejawat)
Pasal 11 (Pelindung Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya
Kehidupan) melindungi hidup makhluk insani.
Pasal 12 (Pelayanan Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib
Kesehatan Holistik) memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan
(promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik sik
maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13 Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas
(Kerjasama) sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan
masyarakat, wajib saling menghormati.

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Kewajiban Dokter Terhadap Pasien
Pasal 14 Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
(Konsul Dan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien,
Rujukan) yg ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib
merujuk pasien kpd dokter yg mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15 Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar
(Kebebasan senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya,
Beribadat Dan termasuk dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
Lain-lain) pribadi lainnya.
Pasal 16 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang
(Rahasia diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien
Jabatan) itu meninggal dunia.
Pasal 17 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu
(Pertolongan wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
Darurat) bersedia dan mampu memberikannya.

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat
Pasal 18 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia
(Menjunjung sendiri ingin diperlakukan.
Tinggi
Kesejawatan)
Pasal 19 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman
(Pindah sejawat,
Pengobatan) kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur
yang etis.

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri
Pasal 20 Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya
(Menjaga dapat bekerja dengan baik.
Kesehatan)
Pasal 21 Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
(Perkembangan pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.
Ilmu Dan
Teknologi
Kedokteran)

Kode Etik Kedokteran Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
Rekam Medis
• Diatur dalam:
– UU No. 29 tahun 2004  tentang praktik kedokteran
• BAB VII  Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
– BAB Ketiga  Pemberian Pelayanan
» Paragraf 3  Rekam Medis
• Pasal 46, 47
– Permenkes No. 269 tahun 2008
• BAB I  Ketentuan Umum
• BAB II  Jenis dan Isi Rekam Medis
• BAB III  Tata Cara Penyelenggaraan
• BAB IV  Penyimpanan, Pemusnahan, dan Kerahasiaan
• BAB V  Kepemilikan, Pemanfaatan, dan Tanggung Jawab
• BAB VI  Pengorganisasian
• BAB VII, BAB VIII, BAB IX
a. UU No. 29 Tahun 2004 Pasal 46
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran wajib
membuat rekam medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus segera dilengkapi setelah pasien
selesai menerima pelayanan kesehatan.
3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi
nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.
a. UU No. 29 Tahun 2004 Pasal 47
1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana
pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh dokter atau
dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri.
b. Permenkes No. 269 tahun 2008
Definisi (BAB 1  Pasal 1)
Rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
b. Permenkes No. 269 tahun 2008 (2)

Jenis & Isi Rekam Medis (BAB 2)


Pasal 2
(1)Rekam medis harus dibuat secara tertulis,
lengkap dan jelas atau secara elektronik.
(2)Penyelenggaraan rekam medis dengan
menggunakan teknologi informasi elektronik
diatur lebih lanjut dengan peraturan
tersendiri.
b. Permenkes No. 269 tahun 2008 (3)
Jenis & Isi Rekam Medis (BAB 2)
Pasal 3
1) Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada 2) Isi rekam medis untuk pasien
sarana pelayanan kesehatan sekurang- rawat inap dan perawatan
kurangnya memuat
a. identitas pasien;
3) Isi rekam medis untuk pasien
b.tanggal dan waktu; gawat darurat
c.hasil anamnesis, mencakup sekurang- 4) Isi rekam medis pasien
kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; dalam keadaan bencana
d.hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; 5) Isi rekam medis untuk
e.diagnosis;
f.rencana penatalaksanaan;
pelayanan dokter spesialis
g.pengobatan dan/atau tindakan; atau dokter gigi spesialis
h.pelayanan lainyang telah diberikan kepada 6) Pelayanan yang diberikan
pasien; dalam ambulans atau
i.untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan pengobatan masal dicatat
odontogram klinik; dan
dalam rekam medis sesuai
j.persetujuan tindakan bila diperlukan.
ketentuan
b. Permenkes No. 269 tahun 2008 (4)
Pasal 4
1) Ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2)
harus dibuat o!eh dokter atau dokter gigi yang melakukan
perawatan pasien.
2) Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat:
a.identitas pasien;
b.diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
c.ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis
akhir, pengobatan, dan tindak lanjut; dan
d.nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan pelayanan kesehatan.
Tata Cara Penyelenggaraan (BAB III)
Pasal 5
1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.
2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat segera dan dilengkapi setelah
pasien menerima pelayanan.
3) Pembuatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui pencatatan
dan pendokumentasian hasil pemeriksaan pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
4) Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan dokter,
dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung.
5) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis dapat dilakukan
pembetulan.
6) Pembetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya dapat dilakukan dengan cara
pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter
gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
Pasal 6
Dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu bertanggungjawab atas catatan
dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.
Pasal 7
Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan rekam medis.
Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Kerahasiaan (BAB IV)
Pasal 8
1) Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
2) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan, kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
3) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disimpan untuk jangka waktu 10
(sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan
tersebut.
4) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh petugas
yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 9
1) Rekam medis pada sarana pelayanan
kesehatan non rumah sakit wajib disimpan
sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2
(dua) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat.
2) Setelah batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan.
Pasal 10
1) Informasi tentang identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya
oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
2) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
a.untuk kepentingan kesehatan pasien;
b.memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
c.permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
d.permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan; dan
e.untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien;
3) Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
Pasal 11
1) Penjelasan tentang isi rekam medis hanya
boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
yang merawat pasien dengan izin tertulis
pasien atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
2) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat
menjelaskan isi rekam medis secara tertulis
atau langsung kepada pemohon tanpa izin
pasien berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Surat Keterangan Dokter
• Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter untuk
tujuan tertentu tentang kesehatan / penyakit pasien,
atas permintaan pasien / atas permintaan pihak
ketiga dengan persetujuan pasien / atas perintah
undang-undang

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta; 2008.
Pedoman :
• Pasal 7 KODEKI
” Seorang dokter wajib hanya memberi surat
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.”
• Pasal 16 KODEKI
“Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.”
• Paragraf 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang Praktek
Kedokteran

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Kode Etik Kedokteran Indonesia Tahun 2012
• Surat Keterangan Lahir
• Surat Keterangan Meninggal
• Surat Keterangan Sehat
• Surat Keterangan Sakit
• Surat Keterangan Cacat
• Surat Keterangan Pelayanan Medis untuk
penggantian biaya dari asuransi kesehatan
• Surat Keterangan Cuti Hamil
• Surat Keterangan Ibu hamil, bepergian dgn pesawat
• Visum et Repertum
• Laporan Penyakit Menular
• Kuitansi
Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau
Surat Keterangan Lahir
• Waktu (tanggal dan jam) lahirnya bayi, kelamin, BB &
nama orang tua
• Diisi sesuai dgn keadaan yang sebenarnya
• Permasalahan :
– Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen
donor (AID)
– Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur
dan/atau sel maninya berasal dari donor
– Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara
kandung suami
Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau
Surat Keterangan Sehat
Untuk Asuransi Jiwa
• Laporan dokter harus objektif
• Jangan menguji kesehatan seorang calon yang masih
/ pernah menjadi pasien sendiri untuk menghindari
timbulnya kesukaran
• Jangan memberitahukan kesimpulan hasil
pemeriksaan medik kepada pasien, langsung kepada
perusahaan asuransi itu sendiri

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM)
• Perlu diperhatikan oleh karena pengendara / faktor
manusia merupakan faktor utama penyebab
kecelakaan lalu lintas

Untuk Nikah
• Selain pemeriksaan medis, dokter juga harus
memberikan edukasi reproduksi & pendidikan seks
kepada pasangan calon suami-istri

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Surat Keterangan Sakit
• Seorang dokter harus waspada terhadap
kemungkinan simulasi / agravasi pada waktu
memberikan keterangan mengenai cuti sakit seorang
karyawan
• Ada kalanya cuti sakit disalahgunakan untuk tujuan
lain
• Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan
seorang dokter dituntut menurut pasal 263 dan 267
KUHP

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Surat Keterangan Cacat
• Sangat erat Surat Keterangan Cuti
hubungannya dgn Hamil
besarnya tunjangan / • Hak cuti hamil seorang
pensiun yang akan ibu adalah 3 bulan,
diterima oleh pekerja, yaitu sekitar 1 bulan
yang tergantung kepada sebelum & 2 bulan
keterangan dokter setelah persalinan
tentang sifat cacatnya

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Surat keterangan ibu hamil
Surat Keterangan bepergian
Penggantian Biaya dari dgn pesawat udara
Asuransi Kesehatan • Hiperemesis / emesis
• Informasi Dasar: gravidarum
Identitas pasien & • Hamil dgn komplikasi
perwalian (bila (perdarahan,
diperlukan), hasil rekam preeklamsi dsb )
medik oleh dokter • Hamil >36 minggu
• Diisi & digabungkan dgn • Hamil dgn penyakit-
formulir claim asuransi penyakit lain yang
beresiko

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Laporan Penyakit Menular Kuitansi
• Diatur dalam UU No. 6 • Sebagai bukti pembayaran,
tahun 1962 tentang wabah tidak menimbulkan
• Kepentingan umum yang masalah apabila sesuai
diutamakan dengan keadaan yang
• Pasal 50 KUHP sebenarnya
“ Tiada boleh dihukum • Berhubungan dengan
barang siapa melakukan penggantian biaya berobat
perbuatan untuk dari perusahaan tempat
menjalankan aturan pasien / pasangannya
undang-undang” bekerja

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Sanksi Hukum  Pasal 263 KUHP
1.Barang siapa membuat surat palsu / memalsukan surat yang
dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan / pembebasan
hutang, / yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu
hal dgn maksud untuk memakai / menyuruh orang lain
memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan
kerugian, karena pemalsuan surat, dgn pidana penjara paling
lama enam tahun
2.Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan
sengaja memakai surat palsu / yang dipalsukan seolah-olah
sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian
Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau
Sanksi Hukum  Pasal 267 KUHP
1.Seorang dokter yang dgn sengaja memberikan surat
keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit,
kelemahan, / cacat diancam dgn hukuman penjara paling
lama empat tahun
2.Jika keterangan diberikan dgn maksud untuk memasukkan
seseorang dalam rumah sakit gila / untuk menahannya
disitu, dijatuhkan hukuman penjara paling lama delapan
tahun enam bulan
3.Diancam dgn pidana yang sama, barang siapa dgn sengaja
memberikan surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya
sesuai dgn kebenaran
Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau
a. Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter
Gigi
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan
standar prosedur operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien
atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa.
a. Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter
Gigi (2)
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
atau kedokteran gigi.
Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 52 Pasal 53
Pasien, dalam menerima pelayanan pada Pasien, dalam menerima pelayanan
praktik kedokteran, mempunyai hak: pada praktik kedokteran,
a. mendapatkan penjelasan secara mempunyai kewajiban :
lengkap tentang tindakan medis a. memberikan informasi yang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal lengkap dan jujur tentang masalah
45 ayat (3); kesehatannya;
b. meminta pendapat dokter atau b. mematuhi nasihat dan petunjuk
dokter gigi lain; dokter atau dokter gigi;
c. mendapatkan pelayanan sesuai c. mematuhi ketentuan yang berlaku
dengan kebutuhan medis; di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. menolak tindakan medis; dan d. memberikan imbalan jasa atas
e. mendapatkan isi rekam medis. pelayanan yang diterima.
• Pasal 75 UU no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
(1) Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki STR sebagaimana dimaksud dalam pasal 29
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah)
(2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki STR sementara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000
(seratus juta rupiah)
(3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki STR bersyarat
sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000
(seratus juta rupiah)
• Pasal 76 UU no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan
sengaja melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki SIP sebagaimana dimaksud dalam
pasal 36 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 tahun atau denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratu juta rupiah)
• Pasal 77 UU No 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
identitas berupa gelar atau bentuk lain yang
menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah
yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi
yang telah memiliki STR dokter atau STR dokter gigi
dan/atau SIP sebagaimana dimaksud dalam pasal
73 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun atau denda paling banyak
Rp150.000.000
• Pasal 78 UU No 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
alat, metode atau cara lain dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan
kesan seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter
atau dokter gigi yang telah memiliki STR dokter atau
STR dokter gigi atau SIP sebagaimana dimaksud
dalam pasal 73 ayat 2 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak Rp150.000.000
• Pasal 79 UU no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
Dipidana dengan pidana paling lama 1 tahun atau denda
paling banyak Rp50.000.000 setiap dokter atau dokter
gigi yang:
a. Dengan sengaja tidak memasang pasang nama
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 ayat (1)
b. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1); atau
c. Dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 huruf a,b,c,d
atau e
• Pasal 80 UU no 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
(1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan
dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam
pasal 42 dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 tahun atau denda paling banyak Rp300.000.000
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan oleh korporasi, maka pidana yang
dijatuhkan adalah pidana denda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah sepertiga atau
dijatuhi hukuman tambahan berupa pencabutan izin

Anda mungkin juga menyukai