Anda di halaman 1dari 87

Problem 01

Group 11
Selasa, 12 November 2019
Identitas Kelompok
• Tutor : Anastasia Ratnawati Biromo dr.,Sp. KJ.
• Ketua : Maria Olivia Angeline W.
• Sekretaris : Louis Rianto
• Penulis : Kevina Liora

• Anggota :
1. Olivia Paulus
2. Gisela Winata
3. Devi Valeda Prawirodidjojo
4. Hana Aditya
5. Junius Kurniawan
6. Olivia Margaretha
7. Caesarizky Agriyandita Putra
8. Chindy Tjandra
Dokter Masa Kini
• Kemajuan teknologi informasi berkembang dengan pesat. Masyarakat dapat mengakses segala informasi dengan cepat melalui
internet termasuk informasi kesehatan. Sebagian masyarakat cenderung mencari gejala penyakit yang dideritanya di internet
sebelum mereka berobat ke dokter. Mereka terkadang juga mengobati penyakitnya sendiri. Bila tidak sembuh, mereka baru
berobat ke dokter dan memberitahukan diagnosis oenyakitnya berdasarkan informasi yang didapat di internet.
• Melihat fenomena tersebut, dokter A bergabung dengan penyelenggara aplikasi yang menyediakan jasa konsultasi
kesehatan secara online. Selain itu, di sela kesibukannya berpraktik di 3 tempat dengan 3 SIP berbeda, dia juga sering
membagikan berbagai informasi atau video kesehatan melalui media social (medsos). Beberapa kasus kesembuhan pasien
yang ditanganinya turut disebarkan di medsos. Akibatnya, diantara followers medsos-nya, ada yang mengirim direct
message atau meminta nomor pribadi agar dapat berkonsultasi lebih lanjut dan menanyakan obat yang harus dikonsumsi
sesuai dengan gejalanya. Ada pula yang meminta surat keterangan sakit. Beberapa perusahaan vitamin multi level-
marketing juga memintanya untuk meng-endorse produk mereka.
• Ayahnya, dokter B malah tidak menyukai medsos dan menolak permintaan anaknya untuk bergabung dengan
penyelenggara aplikasi konsultasi kesehatan online. Menurut dokter B, konsultasi dokter-pasien lebih efektif melalui tatap
muka langsung sehingga pasien lebih leluasa menceritakan keluhannya dan dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan
baik. Sebagai dokter yang berpegang teguh pada Sumpah Dokter dan KODEKI, dia selalu memeriksa pasien dengan teliti
agar dapat mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat serta mengedukasi pasien sesuai penyakitnya. Dokter B juga
mempertanyakan kerahasiaan pasien yang berkonsultasi secara online, sementara penyedia aplikasi bisa saja mengetahui
dan mengakses data pasien. Bagi dokter B, internet hanya digunakan sebagai salah satu sarana untuk meng-update ilmu
kedokteran dengan mencari berbagai literatur atau jurnal ilmiah kedokteran.

• Apa yang dapat Saudara pelajari dari pemicu di atas?


Mind
Map Pelayanan Kesehatan

Konvensional Modern

Etika dan hukum


kedokteran
Peritonitis

Endorsement SIP & STR


Kerahasiaan Surat
Konsultasi Keterangan
medis Online Sakit

KODEKI, Permenkes, UU, sumpah dokter, hak, kewajiban dan


profesionalisme dokter, bioetika (asas-asas kedokteran -> non Peptic ulcer
maleficent, beneficence, otonomy, justice), dasar moral
Praktek Kedokteran
Menurut Hukum (UU,
Permenkes) dan Etika
(KODEKI, sumpah dokter)
Kodeki
• Hasil mukernas Etik Kedokteran Indonesia III Tahun 2001 sebagai
Pedoman Etik bagi dokter dalam menjalankan profesi kedokteran.
• Etik ini memuat prinsip yaitu : Beneficence, non maleficence,
autonomi dan justice.
• Etik kedokteran dilandaskan atas norma-norma etik yang mengatur
hubungan manusia umumnya, dan memiliki asas-asasnya dalam
falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus.
• Khusus di Indonesia Asas itu adalah Pancasila yang diakui sebagai
landasan ideologi dan UUD 1945 sebagai landasan struktural.
KODEKI
21 PASAL
PASAL PASAL PASAL PASAL
1-13 14-17 18 & 19 20 & 21

KEWAJIBAN KEWAJIBAN DOKTER


UMUM THD TEMAN SEJAWAT
KEWAJIBAN KEWAJIBAN DOKTER
DOKTER THD PASIEN THD DIRI SENDIRI
Kewajiban Umum
Pasal 1 (Sumpah Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan
Dokter) mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.

Pasal 2 (Standar Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan


Pelayanan keputusan profesional secara independen, dan
Kedokteran Yang mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
Baik) tertinggi.

Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter


(Kemandirian tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
Profesi) hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4 (Memuji Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang
Diri) bersifat memuji diri .

Pasal 5 (Perbuatan Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin


Melemahkan Psikis melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
Maupun Fisik) memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.

IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2012


Pasal 6 (Bijak Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
Dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau
Penemuan pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap
Baru) hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7 Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan


(Keterangan Dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pendapat Yang
Valid)

Pasal 8 Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,


(Profesionalism) memberikan pelayanan secara kompeten dengan kebebasan
teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 9 Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan


(Kejujuran Dan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk
Kebajikan mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien dia
Sejawat) ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi,
atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.

IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2012


Pasal 10 Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman
(Penghormatan sejawatnya, dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib
Hak-hak Pasien menjaga kepercayaan pasien.
Dan Sejawat)

Pasal 11 Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban


(Pelindung dirinya melindungi hidup makhluk insani.
Kehidupan)

Pasal 12 Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib


(Pelayanan memperhatikan keseluruhan aspek pelayanan kesehatan
Kesehatan Holistik) (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif ), baik fisik
maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.

Pasal 13 Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat


(Kerjasama) lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang lainnya dan
masyarakat, wajib saling menghormati.

IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2012


Kewajiban Dokter Terhadap
Pasien
Pasal 14 Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
(Konsul Dan seluruh keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan
Rujukan) pasien, yg ketika ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia
wajib merujuk pasien kpd dokter yg mempunyai keahlian untuk
itu.
Pasal 15 Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar
(Kebebasan senantiasa dapat berinteraksi dengan keluarga dan
Beribadat Dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau
Lain-lain) penyelesaian masalah pribadi lainnya.

Pasal 16 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang


(Rahasia diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah
Jabatan) pasien itu meninggal dunia.

Pasal 17 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai


(Pertolongan suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
Darurat) orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2012


Kewajiban Dokter Terhadap
Teman Sejawat
Pasal 18 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
(Menjunjung Tinggi sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Kesejawatan)
Pasal 19 (Pindah Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari
Pengobatan) teman sejawat, kecuali dengan persetujuan keduanya
atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri


Pasal 20 (Menjaga Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya,
Kesehatan) supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 21 Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti
(Perkembangan Ilmu perkembangan ilmu
Dan Teknologi pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.
Kedokteran)

IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2012


Larangan-larangan
• Memuji diri
• Perbuatan atau nasihat yang melemahkan daya tahan pasien
• Mengumumkan dan menerapkan teknik atau pengobatan yang belum
diuji kebenarannya
• Melepaskan kebebasan dan kemandirian profesi karena pengaruh
sesuatu
• Mengambil alih pasien sejawat lain tanpa persetujuannya
Jenis pelanggaran etik
• Pelanggaran etik murni • Pelanggaran etika sekaligus pelanggaran
hukum (pelanggaran etikolegal)
• Menarik imbalan yang tidak wajar • Pelayanan dokter di bawah standar
• Mengambil alih pasien tanpa persetujuan • Menerbitkan surat keterangan dokter yang
sejawat tidak sesuai
• Membuka rahasia jabatan
• Memuji diri sendiri di hadapan pasien
• Pelecehan seksual terhadap pasien
• Bekerja di luar batas kewajaran • Melakukan abortus provokatus atau
pengguguran kandungan
Sumpah dokter
• Lafal Sumpah Dokter Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
26 Tahun 1960 yang disusul dengan SK Menkes RI No.
434/Menkes/SK/X/1983 adalah berdasarkan Sumpah Hippokrates dan
Deklarasi Jenewa dari Ikatan Dokter Sedunia ( World Medical Association,
WMA 1948)
• Sumpah dokter di Indonesia diucapkan pada suatu upacara di Fakultas
Kedokteran setelah Sarjana Kedokteran lulus ujian profesinya
• Yang wajib mengucapkan lafal sumpah dokter adalah semua dokter warga
negara Indonesia baik lulusan pendidikan dalam negeri maupun luar
negeri. Mahasiswa asing yang belajar di Fakultas Kedokteran di Indonesia
diharuskan juga mengucapkan lafal sumpah dokter Indonesia
Sumpah
Hippokrates
Deklarasi Jenewa
Pada saat diterima sebagai anggota profesi kedokteran, saya bersumpah bahwa:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
2. Saya akan menghormati dan berterima kasih kepada guru-guru saya sebagaimana layaknya
3. Saya akan menjalankan tugas saya sesuai dengan hati nurani dengan cara yang terhormat
4. Kesehatan pasien senantiasa akan saya utamakan
5. Saya akan merahasiakan segala rahasia yang saya ketahui bahkan sesudah pasien meninggal
dunia
6. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran
7. Teman sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara-saudara saya
8. Dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien, saya tidak mengixinkan untuk terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial
9. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan
10. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan
11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan bebas, dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya
Sumpah Dokter Indonesia
Pasal 1 : Sumpah Dokter
• Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan
atau janji dokter.
• Cakupan pasal:
• (1) Dokter lulusan Fakultas Kedokteran di Indonesia wajib melafalkan sumpah/ janji dokter
sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, didepan pimpinan fakultas kedokteran yang
bersangkutan dalam suasana khidmat.
• (2) Dokter lulusan luar negeri dan/ atau dokter asing yang hendak melakukan pekerjaan
profesi di Indonesia wajib melafalkan sumpah/ janji dokter sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 didepan pemimpin IDI dan penjabat kesehatan setempat.
• (3) Setiap dokter yang akan menjalankan tugas sebagai anggota tim dokter pemeriksa atau
pembuat visum et repertum/surat keterangan ahli wajib menyatakan diri bahwa ia
telah/belum melafalkan sumpah sebagaimana dimaksud Pasal 1.

Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
(4) Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 cakupan pasal
(1) dan (2) sebagai berikut:
• Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
• 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
• 2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan
bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
• 3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur profesi kedokteran.
• 4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya.
• 5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
• 6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.

Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
• 7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
• 8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit
dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
• 9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan
dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
• 10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara
kandung.
• 11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
• 12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan
dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.

Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
• Untuk yang beragama Islam dibagian awal mengucapkan:
“Demi Allah saya bersumpah”.
• Untuk penganut agama selain Islam mengucapkannya sesuai
yang ditentukan oleh agama masing-masing.
• Sesudah itu lafal sumpah diucapkan oleh setiap dokter secara
sendiri sendiri ataupun bersama-sama sesuai bunyi lafal.
• Sumpah dokter yang dilafalkan pertama kali dan satu-satunya
seumur hidup di fakultas/sekolah kedokteran setelah
memperoleh ijazah merupakan sumpah promisoris karena
berisi janji publik dokter untuk mengawali praktik kedokteran
sebagai pengabdian profesinya.

Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
UU NO 29 tahun 2004

Praktik kedokteran rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (pasal 1 butir 1)

Asas & Tujuan


Pasal 2 Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,
manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.

Pasal 3 Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :


a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Praktik kedokteran

Pasal 41
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan
kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat
daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau
dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan
praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut
STR dan SIP

• Pasal 1 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


7. Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter
gigi yang akan menjalankan praktik.
8. Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.
• Pasal 29 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki
surat tanda registrasi.
2. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
• Pasal 35 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai
wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi
yang dimiliki, yang terdiri atas :
a. Mewawancarai pasien;
b. Memeriksa fisik dan mental pasien;
c. Menentukan pemeriksaan penunjang;
d. Menegakkan diagnosis;
e. Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
g. Menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
i. Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil
yang tidak ada apotek.
2. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kewenangan lainnya diatur
dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia.

• Pasal 36 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik.
• Pasal 37 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh penjabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dilaksanakan.
2. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.
3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
• Pasal 38 UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, dokter atau dokter gigi
harus :
a. Memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi yang masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32;
b. Mempunyai tempat praktik; dan
c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
2. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang :
a. Surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih berlaku; dan
b. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin praktik.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan Menteri.

• Pasal 40 UU 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


1. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan mnyelenggarakan praktik kedokteran harus membuat
pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti.
2. Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dokter atau dokter gigi
yang mempunyai surat izin praktik.
Ketentuan Pidana
NO PELANGGARAN PIDANA UU 29/2004

1 dr./drg. praktik tanpa Surat Penjara max. 3 tahun Pasal 75 ayat 1


Tanda Registrasi Denda max 100 juta rupiah

2 dr./drg. praktik tanpa Surat Penjara max. 3 tahun Pasal 76


Izin Praktik Denda max 100 juta rupiah

3 dr./drg. WNA praktik tanpa Penjara max 3 tahun Pasal 75 (2) & (3)
STR sementara atau Denda max 100 juta rupiah
bersyarat
Ketentuan Pidana
NO PELANGGARAN PIDANA UU 29/2004
4 dr./drg. yang tidak : Penjara max. 1 tahun Pasal 79
 Memasang papan praktik Denda max. 50 juta rupiah
 Membuat rekam medis yang s.d.a
baik s.d.a
 Memenuhi kewajiban ( pasal 51 ) s.d.a
s.d.a

5 Identitas dan gelar palsu, tanpa Penjara max. 5 tahun Pasal 77


STR dan SIP Denda max. 150 juta
rupiah

6 Mempekerjakan dr/drg tanpa SIP Penjara max. 10 tahun Pasal 80


Denda max. 300 juta
rupiah
Asas-asas kedokteran
(bioetika)
Empat kaidah dasar moral bioetika
• Beneficence
• Kewajiban berbuat baik terhadap manusia dan masyarakat
• Nonmaleficence
• Kewajiban tidak menimbulkan mudarat ( first do no harm)
• Menghormati otonomi pasien
• Otonomi : menghormati hak orang untuk mengambil keputusan dan tentang dirinya sendiri
• Berkata jujur(truth telling)
• Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas)
• Menjaga kepercayaan, memenuhi kewajiban, menepati janji , dsb
• Berlaku adil (justice)
• Keadilan sosial : tdk membedakan latar belakang orang
• Keadilan distributif : didistributifkan sumberdaya kesehatan secara adil
• Berlaku fair
Beneficence
• Kewajiban untuk melakukan ‘yang baik’ terhadap manusia. Asas ini
adalah substansi pertama dalam Sumpah Hipokrates (460-377 SM).
“Saya akan menerapkan aturan tentang makanan untuk kebaikan
orang sakit menurut kemampuan dan penilaian saya; saya akan
menjauhkan mereka dari cidera dan ketidakadilan.”
• Beauchamp & Childress (filsuf-filsuf kontemporer) menerjemahkan asas
beneficence ini utk pelayanan pasien sebagai :
Kewajiban mencegah hal yang buruk (evil) atau cidera (harm)
Kewajiban menghilangkan hal yang buruk atau cidera
Kewajiban melakukan atau meningkatkan yang baik pada pasien
Beneficence
Kriteria
1. Mengutamakan altruism (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia


3. Memandang pasien/keluarga sebagai sesuatu yang tak hanya menguntungkan dokter

4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya


5. Paternalisme bertanggungjawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal based (sesuai tujuan/kebutuhan pasien)
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium di luar kewajaran
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
Nonmaleficence
•Kewajiban untuk tidak melakukan hal-hal yang buruk atau merugikan terhadap manusia. Asas ini juga sudah
ada dalam Sumpah Hippokrates, “Saya akan menjaga mereka terhadap bahaya dan ketidakadilan.”
•Asas ini adalah ‘pelengkap’ asas pertama tadi (beneficence).
•Nonmaleficence adalah kewajiban untuk tidak menimbulkan mudarat.
•Asas ini diungkapkan juga dalam bahasa latin sebagai primum non nocere (pertama-tama tidak berbuat
salah).
•Beauchamp & Childress menerjemahkan asas nonmaleficence ini untuk pelayanan pasien sebagai :
kewajiban untuk tidak menimbulkan cidera atau hal yang buruk pada pasien.
•Jika diperhatikan, terjemahan Beauchamp & Childress di atas tentang asas beneficence & nonmaleficence
untuk pelayanan pasien, sebenarnya 2 hal yang tidak dapat dipisahkan.
•Keduanya bertujuan melakukan yang baik yang sekaligus tentu berarti mencegah atau menghilangkan yang
buruk dan cidera pada pasien.
•Seakan-akan 2 asas itu adalah 2 sisi dari mata uang yang sama, yang tidak dapat dipisahkan 1 dari yang lain.
•Dalam ajaran Islam, 2 asas itu selalu disebut dalam 1 kalimat : Amar ma’ruf (beneficence) nahi mungkar
(nonmaleficence)
Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian

2. Mengobati pasien yang luka


3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
Menghormati Otonomi Pasien
• Otonomi = hak untuk memutuskan sendiri dalam hal-hal yang
menyangkut diri sendiri
• Hak otonomi pasien adalah hak pasien untuk mengambil keputusan
dan menentukan sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan malahan
secara ekstrim tentang kematiannya.
• Ini berlawanan dengan budaya tradisional Hippokrates, di mana
umumnya dokterlah yang menentukan apa yg dianggapnya paling
baik untuk pasien.
Autonomy
Kriteria
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien

2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (kondisi elektif)


3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

9. Tidak mengintervensi atau menghalangi otonomi pasien


10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan termasuk
keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien


13. Menjaga hubungan (kontrak)
Keadilan (Justice)
• Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia; setiap orang berhak untuk mendapat
pelayanan kesehatan yang adil, karena kesehatan adalah hak yang sama bagi setiap
warga negara. Hak ini dijamin dalam amandemen UUD 1945.
• Keadilan dalam pelayanan kesehatan berarti perlakuan yang sama pada kasus yang
sama, tanpa melihat latar belakang seseorang.
• Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia, asas keadilan terungkap sbb : Saya akan
berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam
menunaikan kewajiban terhadap penderita.
• Keadilan dalam lafal sumpah di atas adalah bersikap fair dalam hubungan dokter pasien.
• Keadilan dapat juga berarti keadilan distributif, yaitu keadilan dalam distribusi sumber
daya kesehatan antara 1 daerah dan daerah lain.
Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi) secara adil

13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten

14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan

16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Prima Facie
• Sebagai dokter kita mempunyai kewajiban prima facie yang terdiri atas empat
kaidah dasar moral
• Dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan
1 kaidah dasar etik ter-”absah” sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi
konkrit terabsah.
• Empat prinsip yang dimaksud di sini adalah non-hierarkis, artinya tidak ada satu
prinsip yang secara rutin "mengalahkan" yang lain Namun, ketika dua atau lebih
prinsip berlaku, kita mungkin menemukan bahwa mereka bertentangan Dengan
kata lain, dalam menghadapi tidak ada klaim bersaing lainnya, kami memiliki
kewajiban untuk menegakkan masing-masing prinsip ini (tugas prima facie).
• Namun, dalam situasi aktual, kita harus menyeimbangkan tuntutan prinsip-
prinsip ini dengan menentukan mana yang memiliki bobot lebih dalam kasus
tertentu Tugas aktual seseorang yang bermoral ditentukan dengan menimbang
dan menyeimbangkan semua tugas prima facie yang bersaing dalam kasus
tertentu (Frankena, 1973)
Hak dan kewajiban dokter
dan profesionalisme
Hak & Kewajiban Dokter Pasien
Diatur dalam
• KODEKI tahun 2012
• UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• Bab VII tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
• Bagian Ketiga tentang Pemberian Pelayanan
Macam-macam surat
keterangan dokter
Pedoman :
• Pasal 7 KODEKI
” Seorang dokter wajib hanya memberi surat
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.”
• Pasal 16 KODEKI
“Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.”
• Paragraf 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang Praktek
Kedokteran

Ikatan Dokter Indonesia Kepulauan Riau


Kode Etik Kedokteran Indonesia Tahun 2012
1. Surat Keterangan Lahir
• SK kelahiran berisi tentang waktu (tanggal dan jam) lahirnya
bayi, kelamin, BB dan nama orang tua.
Hal yg menjadi masalah ialah surat keterangan kelahiran dari:
1. Anak yg lahir hasil inseminasi buatan dari semen donor
(Artificial Insemination by Donor = A.I.D)
2. Anak yg lahir dari hasil bayi tabung yg telur dan/atau sel
maninya berasal dari donor (In Vitro Fertilization by
Donor)
3. Anak yg lahir dari konsepsi saudara kandung.
2. Surat Keterangan Meninggal
a. Surat keperluan penguburan. Perlu dicantumkan identitas jenazah,
tempat, dan waktu meninggalnya.
b. Surat keterangan (laporan) meninggal.
3. Surat Keterangan Sehat
1. Untuk Asuransi jiwa
2. Untik Surat Izin Mengemudi (SIM) darat, laut, udara.
3. Untuk nikah
4. Surat Keterangan Sakit Untuk Istirahat

• Surat keterangan cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter


dituntut menurut pasal 263 dan 267 KUHP.
5. Surat Keterangan Cacat
• Seorang dokter harus hati hati memberikan keterangan mengenai
tingkat cacat seseorang pekerja akibat kecelakaan di tempat kerjanya.
• Besar tunjangan yg akan diberikan tergantung pada keterangan
dokter tentang sifat cacatnya.
6. Surat Keterangan Penggantian
Biaya Dari Asuransi Kesehatan
• Berisi identitas pasien dan pernyataan pemberian kuasa pasien/ wali
pasien keada dokterm untuk memebrikan data medisnya kepada
perusahaan asuransi yg bersangkutan.

7. Surat Keterangan Cuti Melahirkan


• Hak cuti melahirkan seorang ibu adalah 3 bulan, yaitu 1 bulan
sebelum persalinan dan 2 bulan setelah persalinan.
8. Surat Keterangan Ibu Hamil
Berpergian Dengan Pesawat Udara
• Sesuai dengan peraturan International Avation, ibu hamil tidak
dibenarkan bepergian dengan pesawat udara, jika mengalami:
• Hipertensi atau emesis gravidarium
• Hamil dengan komplikasi (perdarahan, preeklamsi, dll)
• Hami 36 minggu atau lebih
• Hamil dengan penyakit-penyakit yg beresiko
9. Visum et Repertum
• Visum er Repertum (VeR) : surat keterangan yg
dikeluarkan dokter untuk polisi dan pengadilan.
• Kasus Pemerkosaan
– Kesulitan jika korban dikirim terlambat karena hasil
pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan sebenarnya
• Bedah mayat kedokteran kehakiman
– Harus objektif tanpa pengaruh dari mereka yang
berkepentingan dalam perkara. Keterangan dibuat dengan
istilah yang mudah dipahami, berdasarkan apa yang dilihat
dan ditemukan, sehingga tidak berulang kali dipanggil ke
pengadilan untuk dimintakan keterangan tambahan.
10. Laporan Penyakit Menular
• Kewajiban melaporkan penyakit menular di Indonesia
diatur dalam Undang-Undang N0.6 tahun 1962 tetang
Wabah.
Surat Rujukan
Kerahasiaan Medis (sesuai
hukum dan etika
kedokteran)
• Sanksi pidana yang dikenakan bagi dokter apabila ia
dengan sengaja membuka rahasia penyakit pasiennya
kepada orang yang tak berhak tau ialah Pasal 322 KUHP:
• Barang siapa dg sengaja membuka suatu rahasia yg ia wajib
menyimpannya oleh krn jabatan atau pekerjaannya, baik skrg
atau dulu, dihukum penjara selama lamanya slm 9 bulan atau
denda sbyk 600 rupiah
• Jika kejahatan dilakukan thd seorg ttt, ia hny dituntut atas
pengaduan org itu
• Pasal 1365 KUH Perdata
• Barang siapa yg berbuat salah shg seorg lain menderita
kerugian wajib mengganti kerugian itu
Sanksi disiplin dan etik
• Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
16/KKI/PER/VIII/2006  ada tiga alternatif sanksi disiplin yaitu:
• Pemberian peringatan tertulis.
• Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik.
• Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi.

Konsil Kedokteran Indonesia. Manual rekam medis; 2006.


Analisis Kasus
• Dokter A:
• Konsultasi online, dan lewat DM: diperbolehkan jika
hanya konsultasi, edukasi dan memberikan informasi
tidak boleh mendiagnosis dan memberikan resep obat
kepada pasien.
• Kasus kesembuhan pasien disebarkan lewat medsos:
KODEKI pasal 4
• Jika menerima endorse obat yang akan mempengaruhi
kesehatan pasien: KODEKI pasal 3
• Jika memberi surat keterangan palsu: KODEKI pasal 7,
Pidana (pasal 263 &267 KUHP)
Kesimpulan dan Saran
• Kami telah mempelajari tentang praktek kedokteran menurut hukum
dan etika, asas-asas kedokteran, hak dan kewajiban dokter dan
profesionalisme, macam-macam surat keterangan dokter, kerahasiaan
medis.

• Diharapkan dokter A dan dokter B pada kasus pemicu dapat tetap


menerapkan dasar kaidah bioetika kedokteran sesuai dengan KODEKI
dan peraturan praktik kedokteran lainnya dalam pekerjaannya sehari-
hari
DAFTAR PUSTAKA
• Bertens K. Etika. Cetakan ke8. 2004. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
• A Amri, H Jusuf. KODEKI. In:Etika kedokteran dan hukum kesehatan.
4th ed. Jakarta : EGC. Pp. 13-22
• Jacobalis S. undang-undang no29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran. In:pengantar tentang perkembangan ilmu kedokteran,
etika medis, dan bioetika serta hubungan etika dan hukum
kedokteran. Jakarta: Sagung Seto. 2005.

Anda mungkin juga menyukai