Group 11
Selasa, 12 November 2019
Identitas Kelompok
• Tutor : Anastasia Ratnawati Biromo dr.,Sp. KJ.
• Ketua : Maria Olivia Angeline W.
• Sekretaris : Louis Rianto
• Penulis : Kevina Liora
• Anggota :
1. Olivia Paulus
2. Gisela Winata
3. Devi Valeda Prawirodidjojo
4. Hana Aditya
5. Junius Kurniawan
6. Olivia Margaretha
7. Caesarizky Agriyandita Putra
8. Chindy Tjandra
Dokter Masa Kini
• Kemajuan teknologi informasi berkembang dengan pesat. Masyarakat dapat mengakses segala informasi dengan cepat melalui
internet termasuk informasi kesehatan. Sebagian masyarakat cenderung mencari gejala penyakit yang dideritanya di internet
sebelum mereka berobat ke dokter. Mereka terkadang juga mengobati penyakitnya sendiri. Bila tidak sembuh, mereka baru
berobat ke dokter dan memberitahukan diagnosis oenyakitnya berdasarkan informasi yang didapat di internet.
• Melihat fenomena tersebut, dokter A bergabung dengan penyelenggara aplikasi yang menyediakan jasa konsultasi
kesehatan secara online. Selain itu, di sela kesibukannya berpraktik di 3 tempat dengan 3 SIP berbeda, dia juga sering
membagikan berbagai informasi atau video kesehatan melalui media social (medsos). Beberapa kasus kesembuhan pasien
yang ditanganinya turut disebarkan di medsos. Akibatnya, diantara followers medsos-nya, ada yang mengirim direct
message atau meminta nomor pribadi agar dapat berkonsultasi lebih lanjut dan menanyakan obat yang harus dikonsumsi
sesuai dengan gejalanya. Ada pula yang meminta surat keterangan sakit. Beberapa perusahaan vitamin multi level-
marketing juga memintanya untuk meng-endorse produk mereka.
• Ayahnya, dokter B malah tidak menyukai medsos dan menolak permintaan anaknya untuk bergabung dengan
penyelenggara aplikasi konsultasi kesehatan online. Menurut dokter B, konsultasi dokter-pasien lebih efektif melalui tatap
muka langsung sehingga pasien lebih leluasa menceritakan keluhannya dan dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan
baik. Sebagai dokter yang berpegang teguh pada Sumpah Dokter dan KODEKI, dia selalu memeriksa pasien dengan teliti
agar dapat mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat serta mengedukasi pasien sesuai penyakitnya. Dokter B juga
mempertanyakan kerahasiaan pasien yang berkonsultasi secara online, sementara penyedia aplikasi bisa saja mengetahui
dan mengakses data pasien. Bagi dokter B, internet hanya digunakan sebagai salah satu sarana untuk meng-update ilmu
kedokteran dengan mencari berbagai literatur atau jurnal ilmiah kedokteran.
Konvensional Modern
Pasal 4 (Memuji Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang
Diri) bersifat memuji diri .
Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
(4) Bunyi sumpah/ janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 cakupan pasal
(1) dan (2) sebagai berikut:
• Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
• 1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
• 2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan
bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
• 3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur profesi kedokteran.
• 4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya.
• 5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu
yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
• 6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
• 7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien,
dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
• 8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya
tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit
dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
• 9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan
dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
• 10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara
kandung.
• 11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia.
• 12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan
dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
• Untuk yang beragama Islam dibagian awal mengucapkan:
“Demi Allah saya bersumpah”.
• Untuk penganut agama selain Islam mengucapkannya sesuai
yang ditentukan oleh agama masing-masing.
• Sesudah itu lafal sumpah diucapkan oleh setiap dokter secara
sendiri sendiri ataupun bersama-sama sesuai bunyi lafal.
• Sumpah dokter yang dilafalkan pertama kali dan satu-satunya
seumur hidup di fakultas/sekolah kedokteran setelah
memperoleh ijazah merupakan sumpah promisoris karena
berisi janji publik dokter untuk mengawali praktik kedokteran
sebagai pengabdian profesinya.
Hanafiah J, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta. 2007
UU NO 29 tahun 2004
Praktik kedokteran rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (pasal 1 butir 1)
Pasal 41
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
(2) Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan
kesehatan, pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat
daftar dokter atau dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran.
Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau
dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan
praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut
STR dan SIP
3 dr./drg. WNA praktik tanpa Penjara max 3 tahun Pasal 75 (2) & (3)
STR sementara atau Denda max 100 juta rupiah
bersyarat
Ketentuan Pidana
NO PELANGGARAN PIDANA UU 29/2004
4 dr./drg. yang tidak : Penjara max. 1 tahun Pasal 79
Memasang papan praktik Denda max. 50 juta rupiah
Membuat rekam medis yang s.d.a
baik s.d.a
Memenuhi kewajiban ( pasal 51 ) s.d.a
s.d.a
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
Prima Facie
• Sebagai dokter kita mempunyai kewajiban prima facie yang terdiri atas empat
kaidah dasar moral
• Dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan
1 kaidah dasar etik ter-”absah” sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi
konkrit terabsah.
• Empat prinsip yang dimaksud di sini adalah non-hierarkis, artinya tidak ada satu
prinsip yang secara rutin "mengalahkan" yang lain Namun, ketika dua atau lebih
prinsip berlaku, kita mungkin menemukan bahwa mereka bertentangan Dengan
kata lain, dalam menghadapi tidak ada klaim bersaing lainnya, kami memiliki
kewajiban untuk menegakkan masing-masing prinsip ini (tugas prima facie).
• Namun, dalam situasi aktual, kita harus menyeimbangkan tuntutan prinsip-
prinsip ini dengan menentukan mana yang memiliki bobot lebih dalam kasus
tertentu Tugas aktual seseorang yang bermoral ditentukan dengan menimbang
dan menyeimbangkan semua tugas prima facie yang bersaing dalam kasus
tertentu (Frankena, 1973)
Hak dan kewajiban dokter
dan profesionalisme
Hak & Kewajiban Dokter Pasien
Diatur dalam
• KODEKI tahun 2012
• UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
• Bab VII tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
• Bagian Ketiga tentang Pemberian Pelayanan
Macam-macam surat
keterangan dokter
Pedoman :
• Pasal 7 KODEKI
” Seorang dokter wajib hanya memberi surat
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.”
• Pasal 16 KODEKI
“Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.”
• Paragraf 4, pasal 48 UU No.29/2004 tentang Praktek
Kedokteran