Anda di halaman 1dari 19

Peran dan Tindakan Dokter dalam Menilai Kesehatan

Fina Otta Apelia


102012086 / F7
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012
Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat 15510
Email: fina.otta@ymail.com

I Pendahuluan
Kode etik dapat diartikan sebagai pola aturan, tatacara,pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Suatu kodeetik menggambarkan nilai nilai
profesionalsuatuprofesi.Dokter yang telah melafalkan sumpah dokter harus memiliki
kodeetik kedokteran, didalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari terutama dalam
menanganipasien, dokterdiharapkan selalu mengingat etika, disiplindanhukumkedokteran.
Etika profesi sebagai dokter juga telah dibuat dalam KODEKI (Kode Etik Kedokteran
Indonesia) yang mengatur prinsip-prinsip dokter dalammenjalankan profesinya. Dokter wajib
mengetahui hukum yang berlaku agar pada saat dimintai keterangan sebagai saksi ahli
maupun saat memeriksa keadaan medis tersangka, dokter dapat memberikan keterangan
sesuai dengan hukum tersebut,karena jikadokter melanggar kodeetik maka akan dikenakan
sanksi dan akan dikenakan pasal yang berkaitan. Dokter dalam menjalankan profesinya perlu
menjaga tanggungjawab moral dan tanggung jawab profesinya kepada masyarakat,
karenapadadirimasyarakatterdapatkebebasan dasar dan hak-hak dasar yang disebut hak asasi
manusia yang melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan YangMaha Esa.
Hak-hak ini tidak dapat diingkari, pengingkaran terhadap hak tersebut berarti mengingkari
martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau organisasi apapun
mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap
manusia tanpa kecuali. Ini berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak,
dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan benegara.

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 1


Skenario 5

Seorang dokter ( kapten ) yang bekerja di kesatuan khusus militer dipanggil oleh
atasannya ( kolonel ). Sang kolonel memberitahukan tentang situasi politik dan keamanan
akhir-akhir ini yang telah dipenuhi dengan banyaknya kasus pengeboman. Saat ini
kesatuannya telah menangkap seorang tersangka pelaku pengeboman. Suatu informasi
intelijen juga menyatakan bahwa orang itu telah menempatkan bom di suatu mall, tapi tidak
tahu dimana. Tentu saja apabila bom tersebut meledak akan mengancam hidup banyak orang
tak berdosa. Sang kolonel mengatakan kepada si kapten agar membantu anak buahnya dalam
melakukan pemeriksaan terhadap tersangka yang mungkin akan cukup keras. Dokter
diharapkan dapat menilai kesehatan tersangka dan memantau jalannya pemeriksaan. Dokter
tersebut tahu bahwa dokter sebagai profesional di bidang perikemanusiaan mestinya tidak
boleh berpartisipasi dalam suatu pemeriksaan yang keras (penyiksaan untuk memperoleh
pengakuan). Tapi di sisi lain banyak orang tak berdosa bisa menjadi korban.

II Pembahasan

2.1 Prinsip etika kedokteran

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik-buruk atau benar-salahnya suatu
sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian
baik-buruk dan benar-salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang
cukup banyak jumlahnya. Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang adalah
teori deontologi dan teleologi. Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu
perbuatan harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri (I Kant), sedangkan teleologi
mengajarkan untuk melihat hasilnya atau akibatnya (D Hume, J Bentham, JS Mills).
Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan budaya, sedangkan teleologi
lebih ke arah penalaran (reasoning) dan pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat (aliran
utilitarian).1

Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai suatu


keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral dan beberapa rules dibawahnya. Ke 4 kaidah
dasar moral tersebut adalah:

1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent.

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 2


2. Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke
kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja,
melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya
(mudharat).
3. Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk
keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau above all do no
harm.
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice)

Sedangkan rules derivatnya adalah veracity (berbicara benar, jujur dan


terbuka), privacy (menghormati hak privasi pasien), confidentiality (menjaga kerahasiaan
pasien) dan fidelity (loyalitas dan promise keeping).

Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman dalam
mengambil keputusan klinis, profesional kedokteran juga mengenal etika profesi sebagai
panduan dalam bersikap dan berperilaku (code of ethical conduct). Sebagaimana diuraikan
pada pendahuluan, nilai-nilai dalam etika profesi tercermin di dalam sumpah dokter dan kode
etik kedokteran. Sumpah dokter berisikan suatu kontrak moral antara dokter dengan Tuhan
sang penciptanya, sedangkan kode etik kedokteran berisikan kontrak kewajiban moral
antara dokter dengan peer-groupnya, yaitu masyarakat profesinya.1

2.2 Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)

Kodeki terdiri dari 4 kewajiban, yaitu kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien,
kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri. Bunyi pasal-pasalnya
adalah sebagai berikut :1

Kewajiban umum

Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi.
Pasal 3

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 3


Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari pebuatan yang bersifat memuji diri sendiri
Pasal 5
Setiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.
Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam
menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
(promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya
Pasal 9

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 4


Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Kewajiban dokter terhadap pasien


Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat


Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

Kewajiban dokter terhadap diri sendiri


Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan. 1

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 5


2.3 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia ( HAM )

Deklarasi Hak Asasi Manusia sebagai standar umum keberhasilan semua manusia
dan semua bangsa dengan tujuan bahwa setiap individu dan setiap organ masyarakat, dengan
senantiasa mengingat Deklarasi ini, akan berusaha melalui cara pengajaran dan pendidikan
untuk memajukan penghormatan terhadap hak dan kebebasan ini, dan melalui upaya-upaya
yang progresif baik secara nasional dan internasional, menjamin pengakuan dan ketaatan
yang universal dan efektif, baik oleh rakyat Negara Pihak maupun rakyat yang berada di
dalam wilayah yang masuk dalam wilayah hukumnya. Deklarasi ini merupakan pernyataan
umum pertama dari masyarakat dunia tentang hak asasi manusia dan di dalamnya termuat 30
pasal.2

Pasal 1
Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal budi dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu dengan yang lain dalam
semangat persaudaraan.
Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi ini
tanpa pembedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, keyakinan politik atau keyakinan lainnya, asal usul kebangsaan dan sosial, hak
milik, kelahiran atau status lainnya. Selanjutnya, pembedaan tidak dapat dilakukan atas
dasar status politik, hukum atau status internasional negara atau wilayah dari mana
seseorang berasal, baik dari negara merdeka, wilayah perwalian, wilayah tanpa
pemerintahan sendiri, atau wilayah yang berada di bawah batas kedaulatan lainnya.
Pasal 3
Setiap orang berhak atas kehidupan, kemerdekaan dan keamanan pribadi.
Pasal 4
Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhambakan; perbudakan dan perdagangan
budak dalam bentuk apapun wajib dilarang.
Pasal 5
Tidak seorangpun boleh disiksa atau diperlakukan atau dihukum secara keji, tidak
manusiawi atau merendahkan martabat.

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 6


Pasal 6
Setiap orang berhak atas pengakuan sebagai pribadi di depan hukum di mana saja ia
berada.
Pasal 7
Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi apapun. Semua orang berhak untuk mendapatkan perlindungan yang sama
terhadap diskriminasi apapun yang melanggar Deklarasi ini dan terhadap segala hasutan
untuk melakukan diskriminasi tersebut.
Pasal 8
Setiap orang berhak atas penyelesaian yang efektif oleh peradilan nasional yang
kompeten, terhadap tindakan-tindakan yang melanggar hak-hak mendasar yang diberikan
padanya oleh konstitusi atau oleh hukum.

Pasal 9
Tidak seorangpun yang dapat ditangkap, ditahan atau diasingkan secara sewenang-
wenang.
Pasal 10
Setiap orang berhak, dalam persamaan yang penuh, atas pemeriksaan yang adil dan
terbuka oleh peradilan yang bebas dan tidak memihak, dalam penentuan atas hak dan
kewajibannya serta dalam setiap tuduhan pidana terhadapnya.
Pasal 11
1. Setiap orang yang dituduh melakukan tindak pidana berhak untuk dianggap tidak
bersalah sampai dibuktikan kesalahannya sesuai dengan hukum, dalam pengadilan yang
terbuka, di mana ia memperoleh semua jaminan yang dibutuhkan untuk pembelaannya.
2. Tidak seorangpun dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana karena perbuatan
atau kelalaian, yang bukan merupakan pelanggaran pidana berdasarkan hukum nasional
atau internasional ketika perbuatan tersebut dilakukan. Juga tidak boleh dijatuhkan
hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang berlaku pada saat pelanggaran
dilakukan.
Pasal 12
Tidak seorangpun boleh diganggu secara sewenang-wenang dalam urusan pribadi,
keluarga, rumah tangga atau hubungan surat-menyuratnya, juga tidak boleh dilakukan

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 7


serangan terhadap kehormatan dan reputasinya. Setiap orang berhak mendapat
perlindungan hukum terhadap gangguan atau penyerangan seperti itu.
1. Setiap orang berhak untuk bebas bergerak dan bertempat tinggal dalam batas-batas
setiap Negara.
2. Setiap orang berhak untuk meninggalkan negaranya termasuk negaranya sendiri, dan
kembali ke negaranya.
Pasal 14
1. Setiap orang berhak untuk mencari dan menikmati suaka di negara lain untuk
menghindari penuntutan atau tindakan pengejaran sewenang-wenang (persecution).
2. Hak ini tidak berlaku dalam kasus-kasus penuntutan yang benar-benar timbul karena
kejahatan non-politik atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan tujuan dan
prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pasal 15
1. Setiap orang berhak atas kewarganegaraan.
2. Tidak seorang pun dapat dicabut kewarganegaraannya secara sewenang-wenang atau
ditolak haknya untuk mengubah kewarganegaraannya.
Pasal 16
1. Laki-laki dan perempuan dewasa, tanpa ada pembatasan apapun berdasarkan ras,
kewarganegaraan atau agama, berhak untuk menikah dan membentuk keluarga.
Mereka mempunyai hak yang sama dalam hal perkawinan, dalam masa perkawinan
dan pada saat berakhirnya perkawinan.
2. Perkawinan hanya dapat dilakukan atas dasar kebebasan dan persetujuan penuh dari
pihak yang hendak melangsungkan perkawinan.
3. Keluarga merupakan satuan kelompok masyarakat yang alamiah dan mendasar dan
berhak atas perlindungan dari masyarakat dan Negara.
Pasal 17
1. Setiap orang berhak untuk memiliki harta benda baik secara pribadi maupun
bersama-sama dengan orang lain.
2. Tidak seorangpun dapat dirampas harta bendanya secara sewenang-wenang.

Pasal 18

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 8


Setiap orang berhak atas kemerdekaan berpikir, berkeyakinan dan beragama; hak ini
mencakup kebebasan untuk berganti agama atau kepercayaan, dan kebebasan untuk
menjalankan agama atau kepercayaannya dalam kegiatan pengajaran, peribadatan,
pemujaan dan ketaatan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, di muka
umum maupun secara pribadi.

Pasal 19
Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat; hak ini
mencakup kebebasan untuk berpegang teguh pada suatu pendapat tanpa ada intervensi,
dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui
media apa saja dan tanpa memandang batas-batas wilayah.

Pasal 20
1. Setiap orang berhak atas kebebasan berkumpul secara damai dan berserikat.
2. Tidak seorangpun dapat dipaksa untuk menjadi anggota suatu perkumpulan.

Pasal 21
1. Setiap orang berhak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan negaranya, baik secara
langsung atau melalui wakil-wakil yang dipilihnya secara bebas.
2. Setiap orang berhak atas akses yang sama untuk memperoleh pelayanan umum di
negaranya.
3. Keinginan rakyat harus dijadikan dasar kewenangan pemerintah; keinginan tersebut
harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilakukan secara berkala dan sungguh-
sungguh, dengan hak pilih yang bersifat universal dan sederajat, serta dilakukan melalui
pemungutan suara yang rahasia ataupun melalui prosedur pemungutan suara secara
bebas yang setara.

Pasal 22
Setiap orang sebagai anggota masyarakat berhak atas jaminan sosial dan terwujudnya hak-
hak ekonomi, sosial dan budaya yang sangat diperlukan untuk martabat dan
perkembangan kepribadiannya dengan bebas, melalui usaha-usaha nasional maupun
kerjasama internasional, dan sesuai dengan pengaturan dan sumber daya yang ada pada
setiap negara .

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 9


Pasal 23
1. Setiap orang berhak atas buruhan, untuk memilih buruhan dengan bebas, atas kondisi
buruhan yang adil dan menyenangkan, dan atas perlindungan terhadap pengangguran.
2. Setiap orang berhak atas upah yang sama untuk buruhan yang sama, tanpa diskriminasi.
3. Setiap orang yang bekerja berhak atas pengupahan yang adil dan memadai, yang bisa
menjamin penghidupan yang layak bagi dirinya maupun keluarganya sesuai dengan
martabat manusia, dan apabila perlu ditambah dengan perlindungan sosial lainnya.
4. Setiap orang berhak mendirikan dan bergabung dengan serikat buruh untuk melindungi
kepentingannya.

Pasal 24
Setiap orang berhak atas istirahat dan liburan, termasuk pembatasan jam kerja yang layak
dan liburan berkala dengan menerima upah.

Pasal 25
1. Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang,
papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan, serta hak atas
keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya, usia
lanjut, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan
yang terjadi diluar kekuasaannya.
2. Ibu dan anak-anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak,
baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati
perlindungan sosial yang sama.

Pasal 26
1. Setiap orang berhak atas pendidikan. Pendidikan harus cuma-cuma, paling tidak pada
tahap-tahap awal dan dasar. Pendidikan dasar harus diwajibkan. Pendidikan teknis dan
profesional harus terbuka bagi semua orang, dan begitu juga pendidikan tinggi harus
terbuka untuk semua orang berdasarkan kemampuan.

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 10


2. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan sepenuhnya kepribadian manusia, dan
untuk memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar.
Pendidikan harus meningkatkan pengertian, toleransi dan persaudaraan di antara semua
bangsa, kelompok rasial dan agama, dan wajib untuk mengembangkan kegiatan-
kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian.
3. Orang tua mempunyai hak pertama untuk memilih jenis pendidikan yang akan diberikan
pada anaknya.

Pasal 27
1. Setiap orang berhak untuk secara bebas berpartisipasi dalam kehidupan budaya
masyarakat, menikmati seni, dan turut mengecap kemajuan ilmu pengetahuan dan
pemanfaatannya.
2. Setiap orang berhak atas perlindungan terhadap keuntungan moral dan materil yang
diperoleh dari karya ilimiah, sastra atau seni apapun yang diciptakannya.

Pasal 28
Setiap orang berhak atas ketertiban sosial dan internasional, di mana hak dan kebebasan
yang diatur dalam Deklarasi ini dapat diwujudkan sepenuhnya.

Pasal 29
1. Setiap orang mempunyai kewajiban kepada masyarakat tempat satu-satunya di mana ia
dimungkinkan untuk mengembangkan pribadinya secara bebas dan penuh.
2. Dalam pelaksanaan hak dan kebebasannya, setiap orang hanya tunduk pada batasan-
batasan yang ditentukan oleh hukum, semata-mata untuk menjamin pengakuan dan
penghormatan terhadap hak dan kebebasan orang lain, dan memenuhi persyaratan-
persyaratan moral, ketertiban umum dan kesejahteraan umum yang adil dalam
masyarakat yang demokratis.
3. Hak dan kebebasan ini dengan jalan apapun tidak dapat dilaksanakan apabila
bertentangan dengan tujuan dan prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pasal 30
Tidak ada satu ketentuan pun dalam Deklarasi ini yang dapat ditafsirkan sebagai
memberikan hak pada suatu Negara, kelompok atau orang, untuk terlibat dalam aktivitas

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 11


atau melakukan suatu tindakan yang bertujuan untuk menghancurkan hak dan kebebasan
apapun yang diatur di dalam Deklarasi ini.2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi


Manusia

Pasal 3
(1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan
sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam semangat persaudaraan.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang
adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum.
(3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa
diskriminasi.
Pasal 4
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh
siapapun.
Pasal 5
(1) Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh
perlakuan serta perlindungan yang samasesuai dengan martabat kemanusiaanya di depan
hukum.
(2) Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang adil dari pengadilan yang
objektif dan tidak berpihak.
(3) Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.
Pasal 9
(1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya.
(2) Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.
(3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Pasal 17
Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan
permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata, maupun
administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 12


dengan hukum acara yang menjamin pemerikasaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan
adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar.
Pasal 18
(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu
tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah
dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlakukan untuk
pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(2) Setiap orang tidak boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi pidana, kecuali
berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum tindak pidana itu
dilakukannya.
(3) Setiap ada perubahan dalam peraturan perudang-undangan maka beralaku ketentuan yang
paling menguntungkan bagi tersangka.
(4) Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan
sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(5) Setiap orang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas suatu
perbutan yang telah memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pasal 29
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
hak miliknya.
(2) Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi dimana saja
ia berada.
Pasal 30
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
Pasal 33
(1) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang
kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa.
Pasal 34
Setiap orang tidak boleh ditangkap, dittahan, disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang
secara sewenag-wenang.
Pasal 35
Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman,
dan tentram, yang menghormati, melindungi dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Kewajiban setiap individu menurut undang-undang no 39 tahun 1999 antara lain:


Pasal 67

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 13


Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh pada peraturan
perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional mengenai hak asasi
manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.
Pasal 69
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika, dan tata tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setiap hak asasi manusia seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik serta menjadi tugas Pemerintah untuk
menghormati, melindungi, meneggakan, dan memajukannya.
Pasal 70
Dalam menjalankan hak dan kewajiban, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan oleh Undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.

2.4 Konvesi Internasional tentang Penghapusan Penganiayaan


Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam,
tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia telah diadopsi oleh majelis umum
persrikatan bangsa-bangsa (PBB) dalam resolusinya no. 39/46 tanggal 10 desember 1984 dan
mulai diberlakukan tanggal 26 Juni 1987.
Dalam Kovenan Hak Sipil dan Politik inilah, maka hal tentang manusia bebas dari
penyiksaan diatur di dalamnya. Pasal 7 dalam Konvenan ini mengatur dengan sanagat jelas
konsern tentang perlindungan manusia dari ancaman penyiksaan yang dilakukan pihak lain:
Tidak seorangpun boleh dikenai penyiksaan, atau perlakuan atau hukuman yan keji, tidak
manusiawi atau merendahkan martabatnya, khususnya secara sukarela dapat dijadikan
eksperimen medis atau ilmiah.
Penganiayaan atau torture adalah setiap tindakan yang menyebabkan rasa sangat
sakit atau penderitaan, baik fisik maupun mental, baik jasmani maupun rohani pada seseorang
untuk tujuan seperti memperoleh darinya atau informasi orang ketiga atau pengakuan,
menghukum dia untuk tindakan ia atau orang ketiga yang telah lakukan atau diduga memiliki
komitmen, atau mengintimidasi atau memaksa dia atau orang ketiga, atau untuk alasan
apapun berdasarkan diskriminasi apapun, ketika rasa sakit atau penderitaan tersebut
ditimbulkan oleh atau atas hasutan atau dengan persetujuan atau persetujuan dari pejabat
publik atau orang lain yang bertindak dalam kapasitas resmi. Ini tidak termasuk rasa sakit
atau penderitaan yang timbul hanya dari, melekat pada atau terkait dengan sanksi hukum.3

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 14


Secara umum, pihak Konvensi wajib untuk mengambil "legislatif, administratif,
yudisial dan lainnya langkah-langkah efektif untuk mencegah tindakan penyiksaan di dalam
wilayah yuridikasi. 2
Konvensi ini memuat banyak aturan tentang kewajiban negara Pihak, dengan tujuan
untuk menguatkan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar lainnya. Enam belas
pasal dari 33 pasal dalam konvensi ini mengatur kewajiban negara untuk menghormati
berbagai hak dasar manusia untuk bebas, tidak disiksa dan mendapatkan perlakuan kejam
lainnya.
Pasal 2 ayat 1 dari Konvensi ini misalnya menyebut soal kewajiban setiap negara
pihak untuk mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, hukum dan langkah-
langkah efektif untuk mencegah tindakan penyiksaan di wilayah manapun dalam batas
kekuasaannya. Sementara itu dalam ayat 2 pasal 2 juga diingatkan : Tiada ada keadaan
pengecualian apapun, apakah keadaan perang atau ancaman perang, ketidakstabilan politik
dalam negeri ataupun keadaan darurat, yang dapat digunakan sebagai pembenaran untuk
penyiksaan.2

Penggunaan kekerasan pada suatu interogasi hanya boleh dilakukan apabila:3


Hanya boleh dilakukan setelah upaya persuasif tidak berhasil
Hanya untuk tujuan-tujuan perlindungan dan penegakan HAM secara proposional dengan
tujuan yang sah.
Diarahkan untuk memperkecil terjadinya kerusakan dan luka baik bagi petugas maupun
bagi masyarakat.
Digunakan hanya apabila diperlukan dan untuk penegakan hukum
Penggunaan kekerasan harus sebanding dengan pelangaran dan tujuan yang hendak
dicapai.
Harus meminilasasi kerusakan dan cedera serta memelihara kehidupan manusia
Harus memastikan bahwa bantuan medisdan penunjangnya diberikan kepada orang-orang
yang terluka atau terkena dampak pada waktu sesegera mungkin.
Harus memastikan bahwa sanak keluarga atau teman terdekat yang terlukaatau terkena
dampak diberitahu sesegera mungkin.

2.5 Peran Dokter Dalam Kepolisian


Kedokteran Kepolisian atau lebih dikenal sebagai DOKPOL adalah penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran untuk kepentingan tugas kepolisian. Banyak
yang mengira bahwa DOKPOL identik dengan Kedokteran Forensik, namun sebenarnya
berbeda, oleh karena Kedokteran Forensik adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang
diterapkan di dalam DOKPOL, sehingga Kedokteran Forensik merupakan bagian dari
penerapan DOKPOL. Ilmu-ilmu lain yang juga merupakan bagian terapan dari DOKPOL

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 15


selain Kedokteran Forensik adalah Forensik Klinik, Psikiatri Forensik, Kedokteran Gigi
Forensik, Biomolekuler Forensik, Medikolegal, Toksikologi Kedokteran Forensik,
Kedokteran Gawat Darurat, Kesehatan Lapangan, Kedokteran Lalu Lintas dan sebagainya.
Adapun dasar hukum bahwa DOKPOL berperan dalam tugas kepolisian adalah
tercantum dalam Bab III Pasal 14 ayat 1 butir (h) UU No. 2 tahun 2002 yang berbunyi
menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan
psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian. Disini berarti mengungkapkan
bahwa DOKPOL merupakan salah satu pengemban tugas atau fungsi teknis kepolisian harus
dapat berperan dalam penyelenggaraan tugas-tugas pokok Kepolisian sebagaimana yang
diamanatkan pada UU No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
tersebut.3

2.6 Dampak Hukum yang Mungkin Timbul dari Keputusan Dokter

Dokter melanggar hak asasi manusia anti penganiayaan


Menurut penjelasan menteri kehakiman pada waktu pembentukan pasal 351 KUHP
dirumuskan, antara lain :4

1. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan penderitaan badan
kepada orang lain.
2. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merugikan kesehatan pada orang
lain.

Berbeda dengan RUU-KUHP 1993 yang memberikan penafsiran kepada hakim.


Penjelasan resmi RUU-KUHP 1993 yang dimuat dalam penjelasan resmi pasal 451 (20.01)
dimuat antara lain sebagai berikut :
perumusan penganiayaan tidak perlu ditentukan secara pasti mengingat
kemungkinan perubahan nilai-nilai social dan budaya serta perkembangan dalam dunia
kedokteran dan sosiologi.
Berdasarkan pengertian tindak pidana diatas maka rumusan penganiayaan memuat
unsur-unsur sebagai berikut :

a. Unsur kesengajaan.
Dalam tindak pidana penganiayaan unsur kesengajaan harus diartikan secara luas
yaitu meliputi kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan sebagai kepastian dan kesengajaan
sebagai kemungkinan.
Dengan penafsiran bahwa unsur kesengajaan dalam tindak pidana penganiayaan
ditafsir sebagai kesengajaan sebagai maksud (opzet alsa olmergk), maka seorang baru

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 16


dikatakan melakukan tindak pidana penganiayaan, apabila orang itu mempunyai maksud
menimbulkan akibat berupa rasa sakit atau luka pada tubuh. Jadi, dalam hal ini maksud orang
itu haruslah ditujukan pada perbuatan dan rasa sakit atau luka pada tubuh.
Walaupun secara prinsip kesengajaan dalam tindak pidana penganiayaan harus
ditafsirkan sebagai kesengajaan sebagai maksud, namun dalam hal-hal tertentu kesengajaan
dalam penganiayaan juga dapat ditafsirkan sebagai kesengajaan sebagai kemungkinan.
Namun demikian penganiayaan itu bisa ditafsirkan sebagai kesengajaan dalam sadar
akan kemungkinan, tetapi penafsiran tersebut juga terbatas pada adanya kesengajaan sebagai
kemungkinan terhadap akibat. Artinya dimungkinkan penafsiran secara luas unsur
kesengajaan itu yaitu kesengajaan sebagai maksud, kesengajaan sebagai kemungkinan
bahkan kesengajaan sebagai kepastian, hanya dimungkinkan terhadap akibatnya. Sementara
terhadap perbuatan itu haruslah pada tujuan pelaku.4

b. Unsur perbuatan.
Perbuatan dalam penganiayaan adalah perbuatan dalam arti positif. Artinya
perbuatan tersebut haruslah merupakan aktivitas atau kegiatan dari manusia dengan
menggunakan (sebagaian) anggota tubuhnya sekalipun sekecil apapun perbuatan itu. Selain
bersifat positif, unsur perbuatan dalam tindak pidana penganiayaan juga bersifat abstrak.
Artinya penganiayaan itu bisa dalam berbagai bentuk perbuatan seperti memukul, mencubit,
mengiris, membacok, dan sebagainya.4

c. Unsur akibat perbuatan (yang dituju) yaitu :


Rasa sakit, tidak enak pada tubuh;
Luka Tubuh
Rasa sakit dalam konteks penganiayaan mengandung arti sebagai terjadinya atau
timbulnya rasa sakit, rasa perih, atau tidak enak penderiataan.
Luka adalah adanya perubahan dari tubuh, atau terjadinya perubahan rupa pada tubuh
sehingga menjadi berbeda dari keadaan tubuh sebelum terjadinya penganiayaan. Perubahan
rupa itu misalnya lecet-lecet pada kulit, putusnya jari tangan, bengkak-bengkak pada anggota
tubuh dan sebagainya.
Rasa sakit atau luka dengan unsur perbuatan harus ada hubungan kausal. Artinya,
harus dapat dibuktikan, bahwa akibat yang berupa rasa sakit atau luka itu merupakan akibat
langsung dari perbuatan dengan akibat ini, maka tidak akan dapat dibuktikan dengan adanya
tindak pidana penganiayaan.4

d. Akibat mana menjadi satu-satunya tujuan si pelaku.


Unsur ini mengandung pengertian, bahwa dalam tindak pidana penganiayaan akibat

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 17


berupa rasa sakit atau luka pada tubuh itu haruslah merupakan tujuan satu-satunya dari
pelaku. Artinya memang pelaku menghendaki timbulya rasa sakit atau luka dari perbuatan
(penganiayaan) yang dilakukannya. Jadi, untuk adanya penganiayaan harus dibuktikan bahwa
rasa sakit atau luka pada tubuh itu menjadi tujuan dari pelaku.4
Penganiayaan adalah tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum berupa tubuh
manusia. Di dalam KUHP terdapat ketentuan yang mengatur berbagai perbuatan yang
menyerang kepentingan hukum yang berupa tubuh manusia.Dalam KUHP tindak pidana
penganiayaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

a. Penganiayaan biasa sebagaimana diatur dalam pasal 351 KUHP


b. Penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 KUHP
c. Penganiayaan berencana sebagaimana diatur dalam pasal 353 KUHP
d. Penganiayaan berat sebagaimana diatur dalam pasal 354 KUHP
e. Penganiayaan berat berencana sebagaimana diatur dalam pasal 355 KUHP
f. Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu sebagaimana diatur dalam pasal
356 KUHP
2.7 Penyelesaian Masalah dalam Kasus
Menurut kasus diatas, terdapat alternative yang dapat dilakukan tanpa harus
dilakukan tindak penganiayaan terhadap tersangka, yaitu dengan penggunan obat-obatan
yang biasa digunakan untuk teknik interogasi. Dalam uji analisis test, imajinasi subjek
dinetralkan dengan membuat orang tersebut setengah sadar. dalam keadaan ini, tersangka
akan sulit berbohong. Para ahli atau dokter akan menyuntikan tersangka dengan sodium
amythal. Dosis yang disuntikkan tergantung dengan jenis kelamin, kesehatan dan kondisi
fisik seseorang.

1. Sodium Amythal
Sodium Amytal mampu menurunkan hambatan, di mana orang yang disuntikkan zat
ini dapat memberikan pikiran yang jelas dan mendorong untuk memberikan keterangan
kepada interogator secara jujur.
2. Skopolamin
Skopolamin paling sering dikenal sebagai serum kebenaran, memiliki kemampuan
yang luar biasa untuk membuat penjahat berbicara kebenaran. Namun, tidak terlalu banyak
orang yang tahu efek negatif dari skopolamin. Obat ini dapat membuat orang yang
meminumnya dapat melakukan apa saja yang diperintahkan oleh orang lain.5

IIIPenutup

Kesimpulan

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 18


Setiap pasien memiliki hak-hak yang sepatutnya dipenuhi olehdokter, dan begitupun
sebaliknya dokter pun seharusnya sudah tau hak-hak apa saja yang dapat diterima oleh
pasien. Sebagai dokter, etika sangat diperlukan dalam menangani pasien. Pada skenario diatas
seorang dokter dihadapkan denganpilihan yang sangat bertentangan, yaitu antara melanggar
kode etik kedokteran, pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dengan melanggar perintah
atasan dan risiko untuk membahayakan nyawa masyarakat.Sebagai dokter sebaiknya dapat
bertindak tepat. Karena apabila kita melakukan penganiayaan dengan maksud agar tersangka
mengakui perbuatannya, dan tersangka tidak terbukti bersalah maka dokter dapat dikenakan
pasal penganiayaan.

Daftar Pustaka

1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007.h.30-2, 49-51
2. Sudibyo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia. http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.htm. Diunduh tanggal 12 Januari 2016.
3. Undang undang kepolisian. Diunduh dari http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU
%20KEPOLISIAN.pdf. Diunduh tanggal 12 Januari 2016.
4. Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi ke 4. Jakarta: EGC;
2008.h.54-9.
5. Semiloka Kesehatan dan Hak Asasi Manusia.Prisoners and Detainees Mardjono
Reksodiputro. Penerbit: IDI. 2005 hal. 63-7.

Makalah Pbl Blok 30-Fina Otta Apelia Page 19

Anda mungkin juga menyukai