Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KEDOKTERAN

DOSEN
Tuti Alawiyah, drg, M Pd

DISUSUN OLEH
Nabhan Arafi
(201811094)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA SELATAN
A. HUKUM DAN ETIKA KEDOKTERAN
Seorang dokter dalam menjalankan tugasnya mempunyai alasan yang mulia, yaitu
berusaha untuk mengurangi beban pada tubuh pasien, atau setidak-tidaknya berbuat untuk
mengurangi penderitaan pasien, oleh karenanya dengan alas an yang demikian wajarlah
apabila seorang dokter itu layak mendapatkan perlindungan hukum sampai batas-batas
tertentu. Karena apabila seorang dokter melakukan sesuatu diluar yang sudah ditetapkan
oleh hukum dan etik kedokteran yang berlaku seorang dokter dinyatakan gagal oleh seorang
pasien dalam melakukan perawatannya.
Jika seorang dokter tidak mengetahui tentang batas tindakan yang diperbolehkan oleh
hokum dan menjalankan tugas perawatannya, sudah tentu ida akan ragu-ragu dalam
menjalankan tugas tersebut, terutama untuk memberikan diagnosis dan terapi terhadap
penyakit yang diderita oleh pasien. Keraguan bertindak seprti itu tidak akan menghasilkan
suatu penyelesaian yang baik, atau setidak-tidaknya tidak akan memperoleh penemuan baru
dalam ilmu pengobatan atau pelayanan kesehatan. Bahkan bias saja terjadi suatu tindakan
yang dapat meruggikan pasien. Dengan demikian terlihat betapa eratnya kaitan hokum
dengan profesi dokter dalam pelayanan kesehatan. Hubungan kepercayaan antara dokter
dengan pasien yang tadinya sudah cukup diatur dengan kaidah-kaidah moral, yakni melalui
etika profesi atau kode etik

B. AZAS ETIKA KEDOKTERAN

Azas etik merupakan kepercayaan, atau aturan umum yang mendasar yang
dikembangkan dari sistem etik; dan dari asas etik tersebut disusun kode etik profesi
kedokteran. Meskipun terdapat perbedaan aliran dan pandangan hidup, serta ada perubahan
dalam tata nilai kehidupan masyarakat secara global, tetapi azas dasar etik kedokteran yang
diturunkan sejak jaman Hipocrates : “Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan”
(The health of my patient will be my first consideration) tetap merupakan asas yang tidak
pernah berubah dan merupakan rangkaian kata yang mempersatukan para dokter di seluruh
dunia. Azas dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi 6 azas etik yang bersifat universal yang
juga tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran, yaitu :
1. Azas menghormati otonomi pasien (Principle of respect to the patient’s autonomy)
Pasien mempunyai kebebasan untuk mengetahui serta memutuskan apa yang akan
dilakukan terhadapnya, dan untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup. Pasien
berhak untuk dihormati pendapat dan keputusannya, dan tidak boleh dipaksa, untuk ini
perlu ada “informed concent”

2. Azas kejujuran (Principle of veracity). Dokter hendaknya mengatakan hal yang


sebenarnya secara jujur apa yang terjadi, apa yang akan dilakukan serta akibat/risiko
yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan tingkat
pendidikan pasien. Selain jujur kepada pasien seorang dokter juga harus jujur kepada
dirinya sendiri.

3. Azas tidak merugikan (Principle of non maleficence) Dokter berpedoman “primun non
nocere” (first of all do no harm), tidak melakukan tindakan yang tidak perlu, dan
mengutamakan tindakan yang tidak merugikan pasien, serta mengupayakan supaya resiko
fisik, resiko psikologik maupun resiko sosial akibat tindakan tersebut seminimal
mungkin.

4. Azas manfaat (Principle of beneficence) Semua tindakan dokter yang dilakukan terhadap
pasien harus bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi penderitaan atau memperpanjang
hidupnya. Untuk ini dokter diwajibkan membuat rencana perawatan/tindakan yang
berlandaskan pengetahuan yang sahih dan dapat berlaku secara umum, kesejahteraan
pasien perlu mendapat perhatian yang utama. Risiko yang mungkin timbul dikurangi
sampai seminimal mungkin dan memaksimalkan manfaat bagi pasien.

5. Azas kerahasiaan (Principle of confidentiality) Dokter harus menjaga kerahasiaan


penderita, meskipun penderita telah meninggal.

6. Azas keadilan (Principle of justice) Dokter harus berlaku adil, dan tidak berat sebelah
pada waktu merawat pasien.

Dari azas etik tersebut diatas disusun peraturan dan kode etik kedokteran. Kode
etik kedokteran tersebut merupakan landasan bagi setiap dokter untuk mengambil keputusan
etik dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai seorang dokter. Oleh karena itu jika
seorang dokter yang melaksanakan tugas profesinya sesuai dengan etik kedokteran biasanya
akan terhindar dari berbagai sengketa medik dengan pasien atau keluarganya.

C. MACAM-MACAM ETIKA KEDOKTERAN

Macam-macam etika kedokteran ada tiga bentuk dari etika kedokteran yaitu
1. Etika dokter terhadap tuhan
Seorang dokter yang beragama haruslah benar-benar menyadari bahwa dirinya adalah
hamba Allah, dan menyerahkan segala dirinya dan ilmunya kepada tuhan YME
Mengenai etika terhadap tuhan disebutkan bahwa dokter yang beragama harus meyakini
dirinya sebagai fungsionaris Tuhan dalam bidang kesehatan dan kedokteran,
melaksanakan profesinya karena Tuhan, karena kesembuhan hanya ditangannya. Dokter
hanya sebagai perantara kesembuhan pasien.
2. Etika dokter terhadap pasien
Hubungan antara dokter dengan pasien adalah hubungan antar sesama manusia. Dalam
hubungan ini mungkin timbul pertentangan antara dokter dan pasien karena masing-
masing mempunyai pemahaman yang berbeda. Masalah semacam ini akan dihadapi oleh
seorang dokter yang bekerja dilingkungan dengan suatu sistem yang berbeda dengan
kebudayaan profesinya.
3. Etika dokter terhadap sejawatnya
Para dokter di dunia mereka sama- sama memiliki tujuan dari profesinya. Walaupun
mereka beda tempat mereka tetap saling membantu satu sama lain untuk memberikan
yang terbaik untuk para pasiennya. Dan tidak ada yang saling menyaingi karena mereka
memiliki tujuan yang sama.
REFERENSI

1. https://masukkedokteran.wordpress.com/tag/azas-etika-kedokteran/ diunduh tanggal 8-9-


2018 pukul 20.41 Wib

2. https://budi399.wordpress.com/2010/11/22/hukum-etik-kedokteran-standar-profesi-
medis-audit-medis/ diunduh tanggal 9-9-2018 pukul 13.50 Wib

Anda mungkin juga menyukai