Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

Meningitis

Disusun Oleh:
Michele Yoselin (406192054)

Pembimbing:
dr. Eko Kristanto Kunta Adjie, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 27 APRIL 2020 – 10 MEI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASTARUMANAGARA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus :
Meningitis

Disusun oleh :
Michele Yoselin (406192054)
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Jakarta, 2 Mei 2020

dr. Eko Kristanto Kunta Adjie, Sp.A

2
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Nama Mahasiswa (NIM) : Michele Yoselin (406192054)
Tanggal : 2 Mei 2020
Dokter Pembimbing : dr. Eko Kristanto Kunta Adjie, Sp.A
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A Jenis kelamin : Laki-laki
TTL : Jakarta, 2 Februari Umur : 15 bulan
2020 Status : Belum menikah
Alamat : Grogol, Jakarta Barat Anak ke : 3 dari 3 bersaudara
Pendidikan : Belum sekolah Agama : Kristen
Suku : Jawa

IDENTITAS ORANG TUA


Ayah Ibu
Nama : Tn. B Nama : Ny. C
Umur : 30 tahun Umur : 28 tahun
Alamat : Grogol, Jakarta Barat Alamat : Grogol, Jakarta Barat
Status : Menikah Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Kristen Agama : Kristen

II. ANAMNESIS

3
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Dilakukan allo-anamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 2 Mei 2020 pukul 11.00
WIB.
Keluhuan Utama
Kejang Berulang.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan kejang berulang. Semalam SMRS pasien
mengalami kejang fokal di lengan dan tungkai kanan, frekuensi 3 kali dengan interval ±
3 jam dengan durasi 5 menit setiap kejang. Setelah kejang pasien tidak sadar. SMRS
suhu tubuh pasien cenderung hangat dan 2 hari SMRS sempat demam tinggi. Selama
kurun waktu tersebut pasien mengeluh pusing. 7 hari SMRS aktivitas pasien berkurang,
lebih banyak rebahan di tempat tidur dan tidak berselera makan. Tidak ada mual,
muntah, batuk, dan sesak. Pola BAB dan BAK masih baik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat inap di rumah sakit sebanyak 2 kali, pertama saat usia 3 bulan
karena sesak napas dan mengi, yang kedua saat usia 6 bulan karena kejang demam.
Postur tubuh pasien dibanding kedua kakak tergolong mungil dengan BB 7,9 kg pada
saat usia 1 tahun. Pasien sempat dirawat oleh pengasuh yang baru terdiagnosis TB
sekitar 2 bulan yang lalu, setelah merawat pasien sejak ibu kembali bekerja sesuai masa
cuti bersalin.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluhan serupa dalam keluarga. Ayah, ibu, dan kedua kakak pasien
sehat. Riwayat kejang di keluarga disangkal. Ayah pasien mengidap asma berulang.
Riwayat Pengobatan
Pasien telah berobat ke puskesmas dan mendapat resep vitamin dan antibiotika, namun
obat tidak diminum.
Riwayat Imunisasi
- Usia 0 bulan : Hepatitis B (-)

4
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Usia 1 bulan : BCG (+)
- Usia 2 bulan : DPT, HB, Hib (+), Polio (+), PCV (-)
- Usia 3 bulan : DPT, HB, Hib (+), Polio (+)
- Usia 4 bulan : DPT, HB, Hib (+), Polio (-), PCV (-)
- Usia 9 bulan : Campak (-)
- Usia 15 bulan : MMR (-)
Riwayat Asupan Nutrisi
 Sejak sakit, pasien tidak berselera makan.
 Sebelum sakit:
- Sejak lahir – 4 bulan : ASI eksklusif
- Usia 5 bulan : ASI dan MPASI komersil
- Saat ini : ASI dan menu keluarga 2-3 kali per hari dengan porsi ½
hingga ¾ mangkuk.
Riwayat Lingkungan dan Sosial
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan 2 kakak. Ayah dan ibu pasien bekerja di kantor.
Sebelum sakit, sehari-hari pasien dirawat oleh pengasuh yang menjaganya selama ayah
dan ibu pasien berada di kantor. Pengasuh baru terdiagnosis tuberkulosis sekitar 2 bulan
yang lalu, setelah merawat pasien sejak ibu kembali bekerja sesuai masa cuti bersalin.
Setelah itu pengasuh dikirim pulang ke kampung untuk berobat. Saat ini pasien
dititipkan ke day care di dekat kantor ayahnya ketika ayah dan ibunya bekerja.
Riwayat Perinatal
Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien lahir cukup bulan, dengan
persalinan spontan per vaginam ditolong bidan di puskesmas. Berat badan lahir 3000
gram, panjang 50 cm, dan apgar score 8-10.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat pertumbuhan : BB pasien saat usia 1 tahun 7,9 kg.
Riwayat perkembangan :

5
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Usia 4 bulan : Berguling
- Usia 6 bulan : Merangkak
- Usia 8 bulan : Duduk
- Usia 9 bulan : Berdiri
- Usia 11 bulan : Berjalan sendiri
- Saat ini : Memanggil ‘yaya’, ‘bubu’, dan menunjuk anggota gerak
tubuhnya saat ditanya
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Mei 2020 pukul 11.30 WIB.
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit berat, membuka mata dengan
rangsang nyeri, tidak merespons instruksi saat
diperiksa, suara hanya berupa erangan (GCS < 8)
Tanda Vital
- Frekuensi nadi : 120 x/menit, reguler, isi cukup
- Frekuensi pernapasan : 28 x/menit
- Suhu tubuh : 38,6C (aksiler)
Berat Badan : 7,4 kg
Tinggi Badan : 71 cm
Lingkar Kepala : 43 cm

6
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Interpretasi berdasarkan kurva WHO (z-scores) untuk anak usia 0-2 tahun:
- BB/U : Gizi kurang (di bawah -2 SD)
- TB/U : Perawakan sangat pendek atau kerdil (di bawah -3 SD)
- BB/ TB : Normal (di bawah -1 SD)
- LK/U : Normal (di bawah -2 SD)
STATUS LOKALIS
Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam
terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut. Kulit kepala tidak tampak kelainan.
Mata : Edema palpebra(-/-), konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik(-/-),
pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+).
Telinga : Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikel (-), liang
telinga lapang, serumen (-/-), sekret (-/-), membran timpani intak.

7
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret (-/-), mukosa hidung
tidak hiperemis, nafas cuping hidung (-).
Mulut : Perioral sianosis (-), gusi berdarah (-), karies (-), mukosa mulut tidak
hiperemis, lidah kotor (-), atrofi papil lidah (-), lesi rongga mulut (-), tonsil (T1/T1),
tonsil hiperemis (-), detritus (-/-), mukosa faring tidak hiperemis.
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (+) di regio servikal dan
subklavikuler, pembesaran tiroid dan paratiroid (-/-).
Paru
- Inspeksi : Bentuk dada simetris saat diam dan pergerakan, retraksi
subkostal, interkostal, dan supraklavikular (-/-).
- Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), stem fremitus kanan-kiri dan
depan-
belakang sama kuat.
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru, batas paru normal.
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Jantung
- Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
- Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra.
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
- Inspeksi : Tampak datar.
- Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar-lien tidak teraba
membesar.
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), petekie (-), turgor kulit baik.

8
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Ekstremitas : Deformitas (-), edema (-), akral teraba hangat, CRT < 2 detik,
pulsasi nadi dan perifer baik dan sama kuat.
Anus dan Genitalia : Bentuk normal, tidak tampak kelainan dari luar.
Tulang belakang : Gibbus (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Neurologis
- Rangsangan Meningeal : Kaku kuduk (+), Brudzinsky (+), Kernig (+).
- Pemeriksaan Nervi Cranialis : Sulit dievaluasi.
- Sistem Sensorik : Sulit dievaluasi.
- Sistem Motorik
o Pergerakan : Terbatas.
lengan kanan /kiri 3/4
o Kekuatan otot : =
tungkai kanan/kiri 3/4
o Tonus otot : Meningkat.
- Refleks fisiologis : (+) di keempat ekstremitas.
- Refleks patologis
o Babinski (+/+).
o Klonus (+/+).
o Chaddock (-/-).
o Gordon (-/-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang dilakukan pada tanggal 2 Mei 2020 pukul 12.00 WIB.
Pemeriksaan Laboratorium:
- Hasil Uji Hematologi
Parameter Hasil Nilai normal
Haemoglobin 8,8 g/dL 11.5 - 13.0 g/dL
Hematokrit 36% 34.0 - 39.0%
Leukosit 25.300/mm3 5500 - 15.000/mm3

9
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Basofil 0% 0 - 1%
Eosinofil 2% 0 - 3%
Neutrofil Batang 2% 5 - 11%
Neutrofil Segmen 65% 23 - 45%
Limfosit 20% 35 - 65%
Monosit 11% 3-6%
Trombosit 562.000/μL 250.000 - 550.000/μL
MCV 71,1 fL 75 - 87 fL
MCH 21 pg 24 - 30 pg
MCHC 30 g/dL 31-37 g/dL
Retikulosit 2,9% 0.5-1.5%
LED 120 mm/jam < 10 mm/jam
Na 144 mEq/L 135 - 145 mEq/L

- Analisis LCS
Parameter Hasil Nilai normal
Transudat Kekuningan Jernih
Berat Jenis 1,001 1,003 - 1,008
pH 8,0 7,32 - 7,35
Sedimen (-) (-)
Leukosit 250 sel/μL 5-10 sel/μL
PMN 81% 0,15 - 0,5
Nonne (-) (-)
Pandy (+) (-)
Protein 100 mg/dL < 30 mg/dL
Glukosa 37 mg/dL > 40 mg/dL

- Foto toraks: Pembengkakan limfonodus hilus kiri, dengan corakkan


bronkovaskuler meningkat.
V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 15 bulan dengan keluhan kejang
berulang. Dari hasil anamnesis didapatkan semalam SMRS pasien mengalami kejang

10
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
fokal di lengan dan tungkai kanan, frekuensi 3 kali dengan interval ± 3 jam dengan
durasi 5 menit setiap kejang. Setelah kejang pasien tidak sadar. SMRS suhu tubuh
pasien cenderung hangat dan 2 hari SMRS sempat demam tinggi. Selama kurun waktu
tersebut pasien mengeluh pusing. 7 hari SMRS aktivitas pasien berkurang, lebih banyak
rebahan di tempat tidur dan tidak berselera makan. Pasien pernah dirawat inap di rumah
sakit sebanyak 2 kali, pertama saat usia 3 bulan karena sesak napas dan mengi, yang
kedua saat usia 6 bulan karena kejang demam. Postur tubuh pasien dibanding kedua
kakak tergolong mungil dengan BB 7,9 kg pada saat usia 1 tahun. Pasien sempat
dirawat oleh pengasuh yang baru terdiagnosis TB sekitar 2 bulan yang lalu. Tidak ada
riwayat keluhan serupa dalam keluarga, namun ayah pasien mengidap asma berulang.
Pasien telah berobat ke puskesmas dan mendapat resep vitamin dan antibiotika, namun
obat tidak diminum.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit berat, hanya membuka mata
dengan rangsang nyeri, tidak merespons instruksi saat diperiksa, suara hanya berupa
erangan (GCS < 8). Pasien demam dengan suhu 38,6C. Pada pemeriksaan status lokalis
terdapat konjungtiva anemis dan pembesaran KGB di regio servikal dan subklavikuler.
Pada pemeriksaan neurologis terdapat kaku kuduk (+), brudzinsky (+), kernig (+),
pergerakan pasien terbatas kekuatan otot lengan 3/4 dan tungkai 3/4, tonus otot
meningkat, babinski (+/+), dan klonus (+/+).
Dari pemeriksaan penunjang dari uji hematologi didapatkan anemia mikrositik
hipokrom, leukositosis, neutrofil right shift, limfopenia, monositosis, trombositosis,
retikulositosis, dan peningkatan LED. Pemeriksaan analisis LCS menunjukkan adanya
transudat kekuningan, berat jenis rendah, pH basa, leukositosis, peningkatan PMN,
pandy (+), peningkatan protein, dan penurunan glukosa. Pemeriksaan foto toraks
menunjukkan pembengkakan limfonodus hilus kiri, dengan corakkan bronkovaskuler
meningkat.

11
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
VI. DIAGNOSIS
Meningitis e.c suspek Bakterial
Anemia mikrositik hipokrom
VII. DIAGNOSIS BANDING
Meningitis e.c suspek Tuberkulosis
VIII. RENCANA DIAGNOSTIK
Pewarnaan gram cairan serebrospinal, kultur cairan serebrospinal, pemeriksaan
PCR, uji tuberkulin.
IX. TATALAKSANA
1. Cefotaxime 370 mg IV 4x sehari selama 10-14 hari.
(Dosis: 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis selama 10-14 hari)
2. Deksametason 1.11 mg IV 4x sehari selama 4 hari
(Dosis: 0,6 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 4 hari diberikan 15-30
menit sebelum pemberian antibiotik)
3. Diazepam 3,7 mg IV (bila kejang)
(Dosis: 0,2-0,5 mg/kgBB IV)
4. Paracetamol drops 0.8 ml 3x sehari (bila demam)
(Dosis: 10-15 mg/kg PO)

X. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

12
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
TINJAUAN PUSTAKA
MENINGITIS
1. Definisi
Meningitis adalah peradangan selaput otak (meningen) dan medulla spinalis
yang berada pada meningitis berada di araknoid, piameter, dan cairan serebrospinalis.
Kemudian peradangan akan meluas melalui ruang subaraknoid, medulla spinalis, dan
ventrikel.1 Meningitis bakterial adalah peradangan yang ditandai oleh peningkatan
jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal serta ditemukan bakteri
penyebab dalam cairan serebrospinal.2
2. Epidemiologi
Angka kejadian meningitis bakterial di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1,2
juta kasus/tahun. Kejadian dan tingkat fatalitas kasus sangat bervariasi berdasarkan
wilayah, negara, patogen, dan kelompok umur.3 Negara paling banyak kejadian
meningitis bakterial adalah Afrika dengan 1000 kasus per 100.000 populasi. 4 Selain itu
negara Amerika Latin, Alaska, dan Australia juga memiliki angka prevalensi yang
tinggi. Infeksi meningitis seringkali terjadi pada tempat ramai, terutama di tempat
penitipan anak dan asrama. Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi adalah pada
anak di bawah 1 tahun, terutama pada anak di bawah 2 bulan. 5 Berdasarkan jenis
kelamin, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan
dengan perbandingan 1,7:1.2.
3. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur pada. Pada
meningitis bakterial biasanya akan ditemukan bakteri penyebab dalam cairan
serebrospinal disertai dengan jumlah sel polimorfonukelar yang meningkat. Organisme
penyebab meningitis bakterial dapat dilihat pada tabel 1. Pada infeksi virus biasanya
yang paling umum menyebabkan meningitis adalah enterovirus dan parechovirus.
Kedua virus ini paling banyak menginfeksi saat musim panas dan pasien yang terinfeksi

13
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
biasanya pasien imunokompromais. Selain itu terdapat virus lain yang dapat
menyebabkan meningitis yaitu herpes simplex virus (HSV), Epstein-Barr virus (EBV),
cytomegalovirus (CMV), lymphotic choriomeningitis virus (LCMV), virus mumps, dan
human immunodeficiency virus (HIC).5 Infeksi jamur disebabkan oleh
Cryptococcus, Histoplasma, Blastomyces, Coccidiodes, dan Candida.
Tabel 1. Bakteri penyebab meningitis menurut usia.5
Usia Bakteri yang sering Bakteri yang jarang
Neonatus Streptococcus group B Listeria monocytogenes
  Escherichia coli Enterococcus faecalis
  Bakteri enterik basil gram negatif lainnya Neisseria meningitidis
    Streptococcus pneumoniae
    Streptococcus lainnya
    Citrobacter
    Salmonella
    Pseudomonas aeruginosa
    Haemophilus influenzae
Staphylococcus aureus
    (NICU)
    Listeria monocytogenes
> 1-3
bulan Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis
  Bakteri basil gram negatif  
  Streptococcus group B  
> 3 bulan Streptococcus pneumoniae Bakteri basil gram negatif
  Neisseria meningitidis Streptococcus group B

4. Faktor Risiko2,5
a. Faktor Host
- Penderita meningitis lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibanding anak
perempuan dengan perbandingan 1,7:1.
- Bayi BBLR dan bayi yang lahir prematur lebih rentan mengalami meningitis
dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan.

14
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Bayi dari ibu yang mengalami ketuban pecah dini, partus lama, manipulasi
berlebihan selama kehamilan, infeksi pada akhir kehamilan rentan mengalami
sepsis dan meningitis.
- Infeksi meningitis rentan terjadi pada bayi oleh karena kurangnya aktivitas
bakterisidal dari leukosit, defesiensi komplemen serum (C1, C3, C5), rendahnya
properdin serum, rendahnya konsentrasi IgM dan IgA oleh karena kedua
imunoglobulin tersebut tidak atau sedikit ditransfer melalui plasenta sehingga
kekurangan kemampuan bakterisidal terhadap bakteri gram negatif.
- Bayi yang lahir dengan defisiensi gamma globulinemia atau
dysgammaglobulinemia, defisiensi jaringan timus kongenital, defesiensi sel B
dan sel T, dan asplenia kongenital.
- Pada penyakit keganasan yaitu leukemia, mieloma multipel, dan penyakit
hodgkin dapat menurunkan produksi imunoglobulin sehingga infeksi rentan
terjadi.
- Penggunaan obat antibiotik, imunosupresan, dan radiasi.
- Pasien yang mengalami malnutrisi.
b. Faktor Mikroorganisme
Mikroorganisme yang menjadi penyebab meningitis berkaitan dengan usia pasien,
hal ini dapat dilihat pada tabel 1.
5. Patogenesis
Infeksi oleh patogen dapat mencapai meningen dengan cara:2
a. Hematogen:
Cara ini disebabkan adanya infeksi di tempat lain. Infeksi di tempat lain yang
sering menjadi penyebab adalah faringitis, tonsilitis, endokarditis, pneumonia, dan
infeksi gigi. Cara masuk bakteri adalah dengan melekat pada sel epitel mukosa
nasofaring (kolonisasi) lalu menembus mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran
darah. Pada aliran darah bakteri menghindar dari sel fagosit dan aktivitas bakteriolitik

15
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
sehingga terjadi bakteremia, setelah itu mengikuti aliran darah ke cairan serebrospinal
dan memperbanyak diri dalam cairan serebrospinal, akhirnya menimbulkan peradangan
pada meningen. Untuk mengonfirmasi diagnosis digunakan biakan kuman pada darah
yang sama dengan kuman pada cairan otak.

b. Perkontinuitatum:
Perkontinuitatum adalah perluasan dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi
sinus paranaslis, mastoid, abses otak, dan sinus carvenosus.
c. Implantasi langsung:
Dapat disebabkan oleh trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi
lumbal, dan mielokel.
d. Pada neonatus, meningititis disebabkan:
- Adanya infeksi secara transplancental oleh infeksi bakteri terutama listeria.
- Aspirasi cairan amnion pada saat bayi lahir atau flora normal yang ada pada
jalan lahir.
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada meningitis sangat bervariasi, hal ini bergantung dari usia
pasien, durasi sakit, dan respons tubuh terhadap patogen.2,5
a. Usia 0-28 hari (neonatus):
- Tampak lemah dan malas
- Tidak mau minum
- Muntah
- Penurunan kesadaran
- Ubun-ubun besar tegang dan membonjol (Gambar 1)
- Pernapasan ireguler
- Leher lemas
- Ikterus jika terdapat sepsis

16
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
b. Usia 3 bulan-24 bulan:
- Demam
- Muntah
- Gelisah
- Kejang berulang
- High pitched cry
- Ubun-ubun besar tegang dan membonjol (Gambar 1)
c. Anak yang lebih besar:
- Demam
- Menggigil
- Muntah
- Nyeri kepala  akibat inflamasi pembuluh darah meningen
- Kejang, gelisah, gangguan tingkah laku (gejala pertama)
- Penurunan kesadaran seperti delirium, stupor, dan koma
- Kaku kuduk (+), Brudzinski (+), dan Kernig (+)
- Fotofobia dan hiperestesia
- Postur rigid  akibat iritasi meningen dan radiks spinalis
- Kelainan N. IV, N.VI, N. VII  akibat inflamasi lokal pada perineurium dan
terganggunya suplai vaskular ke saraf
- Hemiparesis

Gambar 1. Perbandingan ubun-ubun normal dan


6
membonjol.
7. Diagnosis
1. Anamnesis1,2,5

17
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Didahului infeksi saluran napas atas atau saluran cerna ditandai oleh demam,
batuk, pilek, diare, dan muntah
- Gejala secara umum: demam, nyeri kepala, meningismus dengan atau tanpa
penurunan kesadaran, letargi, malaise, kejang, dan muntah.
- Tanda dan gejala meningitis berkaitan dengan usia. Biasanya pada bayi gejala
hanya berupa demam, iritabel, letargi, tidak mau minum, dan high pitched cry.
2. Pemeriksaan Fisik1,2,5,6
- Penurunan kesadaran atau iritabilitas yang menandakan gangguan kesadaran
- Ubun-ubun besar yang membonjol, kaku kuduk, dan tanda rangsang meningeal
lain (Brudzinski dan Kernig), kejang, dan defisit fokal neurologis. Tanda
rangsang meningeal dapat tidak ditemukan pada anak usia < 1 tahun.
- Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (pupil anisokor, spastik, paralisis
ekstremitas atau tubuh, dan pernapasan yang tidak teratur)
- Mencari tanda infeksi di tempat lain (infeksi telinga, hidung, tenggorokan,
pneumonia, dan sepsis)
3. Pemeriksaan Penunjang1,2,5
- Darah perifer lengkap dan kultur darah.
- Pemeriksaan gula darah dan elektrolit.
- Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan kecuali ada bukti
peningkatan tekanan intrakranial, infeksi pada daerah pungsi lumbal, gangguan
pembekuan darah, deformitas vertebra lumbal, dan gangguan pernapasan berat.
Interpretasi hasil analisa LCS berdasarkan etiologi dapat dilihat pada tabel 2.
- Idealnya, pemeriksaan LCS harus diperoleh sebelum terapi antibiotik empiris
karena gambaran LCS dapat tidak spesifik. Namun pada pasien yang tidak dapat
dilakukan pemeriksaan LCS antibiotik tidak boleh ditunda.
- Kultur dan uji resistensi bakteri pada CSS akan didapatkan setelah 24-72 jam.
Maka dari itu identifikasi bakteri penyebab yang cepat adalah pewarnaan gram

18
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
(untuk menentukan pengobatan), counterimmunoelectrophoresis (untuk
membedakan Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Stretococcus
grup B, dan Streptococcus pneumoniae), aglutinasi lateks, dan limulus lysate
(untuk mendeteksi bakteri gram negatif).
- Pemeriksaan PCR digunakan untuk mendiagnosis meningitis viral, hasilnya
akan lebih sensitif dan cepat daripada kultur virus.
- Pemeriksaan CT scan kontras atau MRI kepala dapat dilakukan pada kasus berat
atau curiga terdapat komplikasi seperti empiema subdural, hidrosefalus, dan
abses otak.
- Pemeriksaan EEG dapat ditemukan perlambatan umum.
Tabel 2. Interpretasi hasil analisa LCS berdasarkan etiologi. 5
Tekanan Leukosit Protein Glukosa
Hasil LCS (cm H20) (sel/μL) (mg/dL) (mg/dL) Keterangan
<5; 60-70% >50% Leukosit 10-
limfosit, 30- dari 20 sel dapat
40% monosit, glukosa normal pada
Normal 10-20 1-3% neutrofil 20-45 serum neonatus
Organisme
dapat
> 100; dapat <40 atau ditemukan
mencapai < 40% pada
ribuan; dari pewarnaan
Meningitis Meningkat predominan glukosa gram dan
Bakterial (> 25) PMN 100-500 serum kultur
1-10.000; Organisme
PMN namun dapat
Meningitis dapat berubah ditemukan /
Bakterial menjadi MN tidak namun
yang telah Normal jika telah Menurun bakteri dapat
diobati atau diobati dalam atau terdeteksi
sebagian meningkat jangka panjang >100 normal oleh PCR
Meningitis Meningkat 10-500; 100-500 <50; Bakteri tahan
tuberkulosa awalnya PMN akan asam dapat
kemudian menurun ditemukan
predominan jika tidak pada kultur

19
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
limfosit dan
monosit diobati atau PCR.
Normal;
dapat
10-1000; menurun
Meningitis awalnya PMN sampai
Viral atau Normal kemudian 40 pada Virus dapat
Meningo- atau sedikit predominan infeksi terdeteksi
encephalitis meningkat MN <50 mumps oleh PCR
Ragi yang
10-500 <50; mulai
awalnya MN akan tumbuh,
kemudian menurun organisme
Meningitis predominan jika tidak ditemukan
Fungal Meningkat PMN 20-500 diobati pada kultur;

- Hasil LCS pada meningitis bakterial dapat ditemukan:


- Cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+) dan Pandy (+)/(++)
- Jumlah sel 100-10.000/mm3 dengan hitung jenis predominan PMN, protein
200-500 mg/dL, glukosa <40 mg/dL, pewarnaan gram dan biakan (+). Pada
stadium dini jumlah sel dapat normal dengan predominan limfosit.
o Faktor yang membuat glukosa turun: mikroorganisme yang sangat
banyak membutuhkan glukosa untuk metabolisme, defek transpor
glukosa ke dalam LCS, dan peningkatan pemakaian glukosa oleh otak
akibat kenaikan proses glikolisis
8. Diagnosis Banding
Terdapat gangguan lain yang dapat menunjukkan tanda-tanda iritasi meningeal dan
peningkatan tekanan intrakranial yaitu ensefalitis, trauma dan perdarahan kepala,
penyakit rematik, keganasan. Kejang dapat dikaitkan dengan infeksi sistem saraf
pusat, gejala sisa edema otak, infark serebral atau perdarahan, dan vaskulitis.5
9. Tatalaksana
a. Farmakologis

20
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
i. Antibiotik
Pengobatan diawali dengan terapi empiris, kemudian disesuaikan dengan hasil
biakan dan uji resistensi. Terapi antibiotik empiris dapat dilihat pada tabel 3.
Pengobatan pada neonatus berlangsung selama 21 hari, sedangkan pada bayi dan anak
berlangsung selama 10-14 hari.1
Jika hasil biakan sudah ada, maka digunakan antibiotik spesifik sesuai kuman
penyebab yaitu:1
- Haemophilus influenzae: ampicillin, kloramfenikol, ceftriaxone, dan cefotaxime
- Streptococcus pneumoniae: penisilin, kloramfenikol, cefuroxime, ceftriaxone,
dan vancomycin
- Nesseria meningitidis: penisilin, kloramfenikol, cefuroxime, dan ceftriaxone.
- Kuman gram negatif: cefotaxime, ceftazidime, ceftriaxone, dan amikacin.
- Staphylococcus: nafcillin, vancomycin, amikacin, kanamisin, ceftriaxone,
cefotaxime, ceftazidim, dan penicillin.

Tabel 3. Tatalaksana meningitis berdasarkan usia. 1.7


Meningitis pada anak usia Meningitis pada anak
Meningitis pada neonatus
1-3 bulan usia > 3 bulan
Ampicillin 200-400 Ampicillin 200-400 Cefotaxime 200-300
mg/kgBB/x IV setiap 6 jam mg/kgBB/x IV setiap 6 jam mg/kgBB/x IV setiap 6
jam
DAN DAN ATAU
Gentamisin 2,5 mg/kgBB/x
IV setiap 12 jam untuk anak Cefotaxime 200-300 Cerftiaxone 100
usia 0-7 hari; setiap 8 jam mg/kgBB setiap 6-8 jam mg/kgBB setiap 12 jam
untuk anak usia >7 hari
ATAU ATAU ATAU
Ampicillin 200-400
Cefotaxime 100 mg/kgBB Cerftiaxone 100 mg/kgBB
mg/kgBB/x IV setiap 6
IV setiap 8 jam setiap 12 jam
jam
Jika suspek infeksi virus  Jika suspek infeksi virus  Jika suspek infeksi
herpes: herpes: virus herpes:

21
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Acyclovir 20 mg/kgBB IV Acyclovir 20 mg/kgBB IV Acyclovir 20 mg/kgBB
setiap 8 jam setiap 8 jam IV setiap 8 jam

Pemantauan penggunaan antibiotik perlu dilakukan dengan melakukan


pemeriksaan darah perifer secara serial, uji fungsi hati, dan uji fungsi ginjal bila terdapat
indikasi.1
ii. Kortikosteroid
Pengobatan dengan kortikosteroid terbukti dapat mengurangi produksi mediator
inflamasi seperti sitokin sehingga dapat mengurangi kecacatan neurologis yaitu paresis
dan tuli. Selain itu, steroid dapat menurunkan mortalitas. Pengobatan kortikosteroid
yang digunakan adalah Deksametason 0,6 mg/kgBB/x IV setiap 6 jam selama 4 hari.
Suntikan ini diberikan 15-30 menit sebelum pemberian antibiotik.2

iii. Antikonvulsan
Bila terdapat status konvulsivus (kejang > 30 menit terus menerus atau berulang
tanpa ada pulihnya kesadaran diantara kejang) maka anak perlu diberikan antikovulsan
yaitu Diazepam 0,2-0,5 mg/kgBB IV.2
- Jika kejang belum berhenti pemberian diazepam dapat diulang dengan dosis
yang sama. 2
- Jika kejang berhenti, lanjutkan pemberian Fenobarbital 10-20mg/kgBB IM dan
setelah 24 jam berikan dengan dosis rumat 4-5mg/kgBB/hari IM.2
- Jika kejang belum berhenti dengan Diazepam IV 2 kali beturut-turut, dapat
diberikan Fenitoin 10-20 mg/kgBB IV dengan kecepatan dalam 1 menit tidak
melebih 50 mg atau 1 mg/kgBB/menit. Selanjutnya 12-24 jam kemudian
diberikan 5 mg/kgBB/hari.2
b. Bedah
Terapi bedah umumnya tidak diperlukan kecuali terdapat komplikasi empiema
subdural, abses otak, dan hidrosefalus.1

22
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
c. Pemantauan1
- Pada meningitis bakterial periode kritis adalah hari ke 3 dan ke 4. Evaluasi tanda
vital dan neurologis secara teratur.
- Lingkar kepala pasien perlu dimonitor setiap hari pada anak dengan ubun-ubun
besar yang masih terbuka (<18 bulan).
- Kontrol peningkatan tekanan intrakranial, kejang, demam, dan syndrome
inappropriate antidiuretic hormone (SIADH). Diagnosis SIADH ditegakkan
jika terdapat Na Serum <135 mEq/L, osmolaritas serum <270 mOsm/kg,
osmolaritas urin > 2 kali osmolaritas serum, Na urin > 30 mEq/L tanpa adanya
tanda dehidrasi atau hipovolemia.
- Pemantauan gangguan pendengaran yang dapat terjadi pada 30% pasien
meningitis bakterial. Maka dari itu perlu dilakukan uji fungsi pendengaran.
- Pemantauan gejala sisa lain seperti retardasi mental, epilepsi, kebutaan,
spastisitas, dan hidrosefalus.
10. Komplikasi
Akibat pengobatan yang tidak adekuat atau terlambat, komplikasi dapat terjadi.
Komplikasi yang dapat ditemukan adalah:
a. Ventrikulitis
Ventrikulitis adalah infeksi pada sistem ventrikel akibat penyebaran
mikroorganisme dari ruang subaraknoid karena cairan serebrospinal atau migrasi kuman
yang bergerak. Ventrikulitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Jika
ventrikulitis disertai obstruksi aquaductus Sylvii, infeksinya akan menjadi terlokalisasi
seperti abses sehingga menyebabkan peningkatan intrakranial dan menjadi herniasi.
Pengobatan ventrikulitis menggunakan antibiotik parenteral secara masif, irigasi, dan
drainase.2
b. Efusi Subdural

23
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
Jika demam tidak turun dalam 72 jam setelah pemberian antibiotik, ubun-ubun
besar tetap membonjol, gambaran klinis tidak membaik, terdapat kejang fokal atau
umum, timbul kelainan neurologis fokal, dan muntah-muntah terdapat kemungkinan
terjadinya efusi subdural. Efusi subdural ditegakkan dengan transluminasi kepala.
Transluminasi dinyatakan positif bila daerah translusen asimetri. Pada bayi usia < 6
bulan translusen > 3 cm, sedangkan pada bayi usia > 6 bulan translusen > 2 cm.2
c. Gangguan cairan dan elektrolit
Meningitis bakterial terkadang disertai dengan hipervolemia (edema), oliguria,
gelisah, iritabel, dan kejang. Edema disebabkan oleh syndrome inappropriate
antidiuretic hormone (SIADH), sekresi ADH berlebihan. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan menimbang ulang pasien, memeriksa elektrolit serum, mengukur volume dan
osmolalitas urin, dan mengukur berat jenis urin.2

d. Tuli
Terjadinya tuli dapat terjadi sebesar 5-30% pasien meningitis bakterial yang
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae. Tuli yang terjadi dapat berupa konduktif
atau sensorineural. Tuli konduktif terjadi karena infeksi telinga tengah yang menyertai
meningitis. Tuli sensorineural lebih sering terjadi daripada tuli konduktif. Tuli
sensorineural terjadi karena sepsis koklear yang mengakibatkan kelainan N. VIII.2
11. Prognosis
Prognosis bergantung dari berbagai faktor yaitu usia, jenis mikroorganisme
penyebab, berat ringannya infeksi, lama sakit sebelum mendapat pengobatan, dan
kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang diberikan. Semakin muda usia pasien maka
prognosis lebih buruk. Angka mortalitas bayi baru lahir yang mengalami meningitis
sangat tinggi. Jika pengobatan kurang adekuat dapat menyebabkan morbiditas atau
kecacatan permanen. Memberikan antibiotik adekuat dan pengobatan suportif yang baik

24
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
sesuai dengan bakteri penyebab dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Angka kematian dapat diturunkan dari 50-60% menjadi 20-25% pada infeksi bakteri
Haemophilus influenzae, pneumokok, meningokok dibandingkan pada infeksi bakteri
gram negatif.2
12. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi Hib dan PCV karena
dapat mencegah meningitis bakterial yang disebabkan Haemophilus infuenzae dan
Streptococcus pneumoniae.7

MENINGITIS TUBERKULOSIS
1. Definisi dan Etiologi
Meningitis tuberkulosis adalah infeksi pada selaput otak (meningen) yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada infeksi ini jaringan otak juga ikut terinfeksi
sehingga penyakit ini disebut mengingoensefalitis tuberkulosis.1,8
2. Epidemiologi
Meningitis tuberkulosis sering terjadi pada anak usia 5 tahun pertama terutama pada
kelompok usia 6 bulan-2 tahun.1
3. Diagnosis1,8,9,10
1. Anamnesis
- Riwayat demam lama atau kronis biasanya > 7 hari.

25
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Kejang, deskripsi kejang (jenis, lama, frekuensi, interval) kesadaran setelah
kejang.
- Penurunan kesadaran.
- Penurunan berat badan, anoreksia, muntah, batuk, dan pilek.
- Riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis dewasa.
- Riwayat imunisasi BCG.
2. Pemeriksaan Fisik
Meningitis tuberkulosis dibagi menurut derajat keparahannya yaitu:
- Stadium I
Pasien tampak apatis, iritabel, nyeri kepala, demam, malaise, anoreksia, mual
dan muntah, belum tampak kelainan neurologis.
- Stadium II
Pasien tampak mengantuk, disorientasi, ditemukan tanda rangsang meningeal,
kejang, defisit neurologis fokal, paresis nervus kranial, dan gerakan involunter (tremor,
koreoatetosis, hemibalismus).
- Stadium III
Pasien tampak koma, ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial, pupil
terfiksasi, pernapasan ireguler, peningkatan suhu tubuh, dan ekstremitas spastis.
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat papil yang pucat, tuberkel pada retina,
dan nodul pada koroid.
3. Pemeriksaan Penunjang
- Periksa darah perifer lengkap, laju endap darah, dan gula darah. Leukosit darah
tepi sekitar 10.000-20.000 sel/mm3, terdapat hiponatremia dan hipokloremia
karena sekresi antidiuretik hormon yang tidak adekuat.
- Pungsi lumbal:
- LCS jernih, cloudy, xantokrom.

26
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Jumlah sel 10-250 sel/mm3, hitung jenis predominan sel limfosit atau
monosit namun pada stadium awal dapat ditemukan PMN.
- Protein meningkat > 100 mg/dL.
- Glukosa menurun < 35 mg/dL.
- PCR, ELISA, dan Latex particle agglutination dapat mendeteksi kuman
Mycobaterium pada cairan serebrospinal.
- Pencitraan CT Scan/MRI kepala dapat menunjukkan lesi parenkim pada daerah
basal otak, infark, tuberkuloma, dan hidrosefalus (dilakukan jika ada indikasi).
- Foto rontgen dada dapat menunjukkan gambaran tuberkulosis seperti infiltrat
bilateral, bercak berawan disertai kavitan, garis fibrosis, dan bercak granuler.
- Uji tuberkulin.
- EEG dapat menunjukkan perlambatan gelombang irama dasar.
Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan Mycobacterium tuberculosis pada
LCS/kultur.
4. Diagnosis Banding10
Diagnosis banding meningitis tuberkulosis adalah meningitis bakterial, menigitis
viral, ensefalitis, lesi yang menempati ruang intrakranial dari berbagai etiologi termasuk
infeksi dan non infeksi, sepsis, acute cerebral vascular accident (CVA).
5. Tatalaksana1
a. Farmakologis
i. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Tatalaksana meningitis tuberkulosis adalah dengan pemberian 4 macam obat
selama 2 bulan kemudian dilanjutkan INH dan Rifampisin selama 10 bulan. Dosis
OAT:
- Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, doksis maksimal 30 mg/hari.
- Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari.
- Pirazinamid 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari

27
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
- Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari atau
Streptomisin IM 20-30 mg/kg/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari.
ii. Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid dapat menurunkan inflamasi dan edema serebral.
Kortikosteroid yang diberikan adalah Prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu.
Jika ditemukan peningkatan tekanan intrakranial diberikan Deksametason 0,3-0,5
mg/kgBB/hari.
b. Bedah
Jika terdapat hidrosefalus dapat diterapi dengan asetazolamid 30-50 mg/kgBB/
hari setiap 8 jam. Namun tindakan bedah VP-shunt direkomendasikan pada hidrosefalus
obstruktif yang disertai gejala ventrikulomegali dan peningkatan tekanan intraventrikel
atau edema periventrikel.
c. Pemantauan
- Pemantauan darah tepi dan fungsi hati setiap 3-6 bulan untuk mendeteksi adanya
komplikasi OAT.
- Gejala sisa yang dapat ditemukan yaitu gangguan penglihatan, gangguan
pendengaran, palsi serebral, epilepsi, retardasi mental, dan gangguan perilaku.1
6. Pencegahan
Untuk pencegahan terjadinya meningitis tuberkulosis dapat dilakukan dengan
pemberian vaskin BCG.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2009.p.189-96.
2. Soetomenggolo TS, Ismael S. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 1999.p.339-51.

28
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020
3. Centers for disease control and prevention. Meningitis chapter 2. (updated 2011;
cited 2020 Apr 30). Available from: https://www.cdc.gov/meningitis/lab-
manual/chpt02-epi.html
4. Centers for disease control and prevention. Meningococcal disease. (updated 2019
May 31; cited 2020 Apr 30). Available from:
https://www.cdc.gov/meningococcal/global.html
5. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatrics eighth edition.
Philadelphia: Elsevier; 2019.p.386-9.
6. World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.
Jakarta: World Health Organizationl 2005.p.25,59.
7. Levine A. Meningitis in infant and children. In: Tintinalli JE. Tintinalli's emergency
medicine a comprehensive study guide eighth edition. New York: McGraw-Hill
Education; 2016.p.754-7.
8. Meningitis research foundation. Tuberculosis meningitis. (updated 2017; cited 2020
Apr 30). Available from: https://www.meningitis.org/meningitis/causes/tb-
(tuberculosis)-meningitis
9. Chin JH. Tuberculous meningitis: Diagnostic and therapeutic challenges.
Neurology: Clinical Practice. 2014 Jun 1;4(3):199-205.
10. Slane VH, Unakal CG. Tuberculous meningitis [Internet]. New York: StatPearls
Publishing; 2020 Mar 25 [cited 2020 Apr 30]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541015/

29
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Periode 27 April – 10 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai