Louis Rianto
405160055
LI 1
INFORMED CONSENT
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Pasal 45 UU RI no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien
harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.
(5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan
tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK UI – 2014
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Pasal 1 PerMenKes RI no 290 tahun 2008 tentang (4) Tindakan invasif adalah suatu tindakan medis yang
Persetujuan Tindakan Kedokteran langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan
Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: tubuh pasien.
(1) Persetujuan tindakan kedokteran adalah (5) Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian
secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau atau kecacatan.
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. (6) Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter
(2) Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan
atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara- pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di
saudara kandung atau pengampunya. dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan
(3) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
peraturan perundang-undangan.
selanjutnya disebut tindakan kedokteran adalah
suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, (7) Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau
terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh bukan anak menurut peraturan perundang-undangan
dokter atau dokter gigi terhadap pasien. atau telah/pernah menikah, tidak terganggu
kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara
wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan
(retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit
mental sehingga mampu membuat keputusan secara
bebas.
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Pasal 2 PerMenKes RI no 290 tahun Pasal 3 PerMenKes RI no 290 tahun 2008 tentang Persetujuan
2008 tentang Persetujuan Tindakan Tindakan Kedokteran
Kedokteran (1) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang
(1) Semua tindakan kedokteran yang berhak memberikan persetujuan.
akan dilakukan terhadap pasien harus (2) Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan
mendapat persetujuan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan
persetujuan lisan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud (3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dalam ayat (1) dapat diberikan secara dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus
tertulis maupun lisan. yang dibuat untuk itu.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan
pada ayat (1) diberikan setelah pasien menganggukkan kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.
mendapat penjelasan yang diperlukan (5) Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana
tentang perlunya tindakan kedokteran dimaksud pada ayat (2) dianggap meragukan, maka dapat
dilakukan. dimintakan persetujuan tertulis.
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK UI – 2014
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Pasal 4 PerMenKes RI no 290 tahun 2008 Pasal 5 PerMenKes RI no 290 tahun
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran 2008 tentang Persetujuan Tindakan
(1) Dalam keadaan gawat darurat, untuk Kedokteran
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah (1) Persetujuan tindakan kedokteran
kecacatan tidak diperlukan persetujuan dapat dibatalkan atau ditarik kembali
tindakan kedokteran.
oleh yang memberi persetujuan sebelum
(2) Keputusan untuk melakukan tindakan dimulainya tindakan.
kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Pembatalan persetujuan tindakan
(1) diputuskan oleh dokter atau dokter gigi dan
dicatat di dalam rekam medik. kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan secara tertulis
(3) Dalam hal dilakukannya tindakan kedokteran oleh yang memberi persetujuan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dokter
atau dokter gigi wajib memberikan penjelasan (3) Segala akibat yang timbul dari
sesegera mungkin kepada pasien setelah pembatalan persetujuan tindakan
pasien sadar atau kepada keluarga terdekat. kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) menjadi tanggung jawab
yang membatalkan persetujuan.
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK UI – 2014
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Pasal 6 PerMenKes RI no 290 tahun 2008 Pasal 7 PerMenKes RI no 290 tahun 2008 tentang
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran Persetujuan Tindakan Kedokteran
Pemberian persetujuan tindakan kedokteran (1) Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus
tidak menghapuskan tanggung gugat hukum diberikan langsung kepada pasien dan/atau keluarga
dalam hal terbukti adanya kelalaian dalam terdekat, baik diminta maupun tidak diminta.
melakukan tindakan kedokteran yang (2) Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang
mengakibatkan kerugian pada pasien. tidak sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya
atau yang mengantar.
(3) Penjelasan tentang tindakan kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
b. Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain, dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
f. Perkiraan pembiayaan.
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK
Persetujuan Tindakan Kedokteran
• Pasal 8 PerMenKes RI no 290 tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran c. Alternatif tindakan lain berikut kelebihan dan kekurangannya
dibandingkan dengan tindakan yang direncanakan.
(1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan kesehatan
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing
pasien dapat meliputi:
alternatif tindakan.
a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan
tersebut darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga
b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, lainnya.
maka sekurang-kurangnya diagnosis kerja dan diagnosis (3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah
banding semua risiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan
c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan kedokteran yang dilakukan, kecuali:
dilakukannya tindakan kedokteran a. Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum
d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak b. Risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya
dilakukan tindakan. sangat ringan
(2) Penjelasan tentang tindakan kedokteran yang dilakukan c. Risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya
meliputi: (unforseeable)
a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan (4) Penjelasan tentang prognosis meliputi:
preventif, diagnostik, terapeutik, ataupun rehabilitatif. a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam)
b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami b. Prognosis tentang fungsinya (ad functionam)
pasien selama dan sesudah tindakan, serta efek samping atau c. Prognosis tentang kesembuhan (ad sanationam)
ketidaknyamanan yang mungkin terjadi.
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK UI – 2014
Persetujuan Tindakan Kedokteran
Sumber: Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait Praktik Kedokteran – Departemen IKF dan Medikolegal FK
Definisi – Informed Consent
INFORMED
telah diberitahukan,
telah disampaikan,
telah diinformasikan
INFORMED CONSENT
Persetujuan yang
diberikan pasien
kepada dokter setelah
diberikan penjelasan
CONSENT
persetujuan yang
diberikan kepada
seseorang untuk
berbuat sesuatu
Informed Consent
• Informasi yang disampaikan dokter - persetujuan pasien dengan
tindakan medis yang bersifat bebas (free and informed concent).
• Menurut Permenkes no. 290/MenKes/Per/III/2008, UU no. 29 tahun
2004 pasal 45, Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran KKI 2008,
informed consent : persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan
oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
• Persetujuan pasien dengan tindakan medis harus dimengerti sebagai
konsekuensi prinsip hormat terhadap otonomi pasien.
Informed Consent
• Pengecualian terhadap keharusan pemberian informasi sebelum dimintakan
persetujuan tindakan kedokteran (Permenkes no. 290/MenKes/Per/III/2008) :
• Dalam keadaan emergency, dimana dokter harus segera bertindak untuk
menyelamatkan jiwa
• Keadaan emosi pasien yang labil sehingga tidak bisa menghadapi situasi dirinya
• Tujuan informed consent :
• Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasien
• Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko (Permenkes no.
290/MenKes/Per/III/2008 pasal 3).
Informed Consent
• Menurut Beauchamp dan Childress, analisis ttg inform consent
meliputi 7 unsur:
1. kompetensi
2. kebebasan
3. penyampaian inform oleh dokter
4. rekomendasi oleh dokter
5. pemahaman pasien
6. keputusan
7. otorisasi oleh pasien
Informed Consent
• 1. Kompetensi
• Jika ps tdk kompeten diwakili oleh wali (proxy consent)
• Ps kompeten jika dpt mengambil keputusan krn alasan rasional, mampu
mengerti prosedur, dpt mempertimbangkan risiko dan manfaat
• 2. Kebebasan
• Org dpt mengambil keputusan tnp paksaan atau tekanan, ancaman,
manipulasi
Informed Consent
• 3. Informasi
• Harus diberikan oleh dokter (t.u pd tindakan2 invasif)
• Dari informasi ps mendapat pengetahuan ttg penyakitnya dan harus mempertimbangkan risiko
dan manfaat pengobatan dlm pengambilan keputusan
• Isi informasi yg harus diberikan oleh dokter:
• Keadaan medis ps (D/, prognosis, dll)
• Prosedur, pengobatan yg dipertimbangkan
• Cara pengobatan lain yg mungkin (alternatif)
• Risiko, manfaat menyangkut pengobatan dan prosedur diagnosis
• Memberi kesempatan ps utk bertanya
• 4. Rekomendasi oleh dokter
• Dokter mulai dng menjelaskan terapi pertama yg mjd preferensi si dokter diikuti penjelasan
alternatifnya
• Rekomendasi yg ada jgn sampai menghilangkan kebebasan ps utk memilih
Informed Consent
• 5. Pemahaman oleh ps
• Informasi hrs disampaikan sedemikian rupa (sederhana) shg mudah dimengerti ps
• Ps memiliki hak meminta second opinion ttg diagnosis atau terapi yg diusulkan ke
dokter lain
• 6. Keputusan
• A shared decision-making pengambilan keputusan oleh ps bersama dokternya
• Ps dpt berhak menolak informed refusal
• Jika dlm keadaan darurat dokter dpt melakukan tindakan tnp izin krn perlu utk
menyelamatkan nyawa ps
• 7. Otorisasi
• Keputusan bersama membentuk inti consent atau persetujuan
Informed Consent
• Persetujuan wali (proxy consent)
• Pd ps tdk kompeten
• Org tua/ keluarga terdekat
• Wali hrs bebas, memperoleh dan memahami informasi, persetujuan yg
diberikan hrs didasarkan pd kepentingan ps
• Jika keputusan wali bertolak belakang dgn kepentingan ps Komisi Etika RS
• Dlm keadaan darurat tdk perlu proxy consent
Bentuk Informed Consent
• Tersirat (implied consent) • Dinyatakan (expressed consent)
• Jenis: keadaan normal dan darurat • Jenis: lisan dan tulisan
• Dinyatakan ke ps tanpa pernyataan • Tindakan yg akan dilakukan
tegas disampaikan dulu agar tdk terjadi
• Tindakan yg biasa dilakukan atau salah pengertian
diketahui umum (co: pengambilan • co penyampaian lisan: pem
darah dlm pem lab, jahit)
vagina, colok dubur, cabut kuku
• Jika ps dtg dgn keadaan darurat dmn
ps dan keluarga tdk dpt memberikan • Co penyampaian dgn tulisan:
persetujuan, keluarganya pun tidak pembedahan
lakukan tindakan medik terbaik
(presumed consent)
Persetujuan yang diperoleh
dokter sebelum melakukan
Umum pemeriksaan, pengobatan,
& tindakan medik apapun
yang akan dilakukan Permenkes no
290/Menkes/PER/
Informed III/2008 ttg
Persetujuan
Consent Tindakan
Kedokteran
Persetujuan/izin tertulis dari
keluarga/pasien pada
Khusus tindakan operatif / tindakan
invasif lain yang beresiko
Proses Komunikasi
5 syarat
sah-nya Tindakan itu
Diberikan secara
dilakukan pada
bebas Informed situasi yang sama
Consent
Informed Consent
Kemenkes no. 290 tahun 2008
Bab 1
• Persetujuan tindakan kedokteran > persetjuan yg diberikan oleh
pasien / keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedoteran
• Tindakan kedokteran > tindak medis berupa preventif, diagnostik,
terapeutik atau rehabilitatif
• Tindakan invasif > tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien
Bab II ( Persetujuan dan Penjelasan )
Persetujuan
• Pasal 2 : semua tindakan yang akan dilakukan harus mendapat
persetujuan lisan / tertulis, pasien harus mendapat penjelasan tentang
perlu tindakan
• Pasal 3 : tindakan yang berseiko tinggi harus mendapat persetujuan
tertulis
• Pasal 4 : dalam kasus gawat darurat untuk menyelamatkan dan
mencegah kecacatan tidak eprlu peretujuan tindakan dan harus
dicatat dalamm RM, dokter wajib memberikan penjelasan segera
setalah pasien sadar / keluarga dekat
• Pasal 5 : persetujuan dapat dibatalkan pihak yang menyetujui sebelum
dimulai tindakan dalam bentuk tertulis, segala akibat dr penolakan
ditanggung yang membatalkan
• Pasal 6 : adanya persetujuan tidak menghilangkan gugatan dalam
kelalaian yang merugikan pasien
Penjelasan
• Pasal 7 : penjelasan tindakan harus diberikan diminta aau tidak yang
mencakup :
• Diagnosis & tata cara tindakan
• Tujuan
• Alternatif lainn & resikonya
• Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi ( umum, ringan,
tidak diprediksi )
• Prognosis tindakan ( ad vitam, ad functionam, ad sanationam )
• Perkiraan biaya
• Pasal 9 : penjelasan didokumentasi dalam RM + nama dokter + ttd 2 pihak +
waktu dan tanggal
• Pasal 10 : penjelasan boleh dilegasikan pada dokter yang kompeten / tenaga
kesehatan yang merawat pasien apabila dokter yang merawat berhalangan
• Pasal 11 & 12 : perluasan tindakan harus dijelaskan bila ada indikasi dan
setelah tindakan
Bab III ( yang berhak memberi persetujuan )
• Pasal 13: persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten / keluarga
terdekat
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan kepada
saya termasuk resiko/komplikasi yang mungkin terjadi. Saya menyadari bahwa ilmu kedokteran
bukan ilmu pasti. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saya tidak akan menuntut.
Jakarta,……………………………………jam……….
(………………………..) (…………..………………)
SANKSI
• Sanksi administratif : dokter yg melakukan tindakan medik tanpa persetujuan
pasien atau keluarganya bs dicabut SIPnya (pasal 13 permenkes 585 th 1989)
• Sanksi perdata : tindakan medik tanpa persetujuan pasien a/ melanggar hukum.
Bl menimbulkan kerugian, mk dokter yg melakukan & institusi penyelenggara
pelayanan kedokteran yg bersangkutan dpt dikenai sanksi perdata dgn acuan
pasal 1365 KUH Perdata
• Sanksi pidana : kelalaian menjalankan persetujuan tindakan medik dpt dikenai
delik kelalaian dlm KUHP. Kesengajaan penyimpangan dlm praktek kedokteran yg
mengakibatkan kerugian bg pasien dgn delik yg sesuai
UU No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
Pembukaan informasi tidak memerlukan persetujuan pasien pada keadaan-
keadaan:
a. untuk kepentingan kesehatan pasien
b. memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum, misalnya dalam bentuk visum et repertum
c. atas permintaan pasien sendiri
d. berdasarkan ketentuan undang-undang, misalnya UU Wabah dan UU Karantina
• Pasal 2
• (1) Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara
elektronik
• (2) Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi
informatika diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri
• Pasal 15
• Pengelolaan rekam medis dilaksanakan sesuai dengan organisasi & tata kerja
sarana pelayanan kesehatan
• Pasal 360
(1) Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum penjara selama-lamanya
lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun.
(2) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang itu
menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara, dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan bulan atau hukuman kurungan selama-lamanya
enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah.
• Pasal 361
“ Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk
menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusannya diumumkan. ”
Jenis 1.– Ethical
jenis Malpraktek
malpractice
Malpraktek etik tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan
dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan
2. Yuridical malpractice
a. Malpraktek perdata (civil malpractice) culpa levis
Tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi
terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan
melanggar hukum (onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan
kerugian kepada pasien
b. Malpraktek pidana (criminal malpractice) culpa lata
Pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat tenaga
kesehatan kurang hati-hati atau kurang cermat
3 bentuk : Intensional, Recklessness (tdk lege artis), Negligence
c. Malpraktek administratif (administrative malpractice)
Pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku
(surat izin)
MALPRAKTEK
• “INTENTIONAL” (secara sadar)
• PROFESSIONAL MISCONDUCTS
• NEGLIGENCE
• MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE
• LACK OF SKILL
• DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI
• DI LUAR KOMPETENSI
Intentional
– Penahanan pasien
– Buka rahasia kedokteran tanpa hak
– Aborsi illegal
– Euthanasia
– Keterangan palsu
– Praktek tanpa ijin/tanpa kompetensi
– Sengaja tidak mematuhi standar
Neglicence
• Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian pada pasien
• Misal
• Kesalahan pemeriksaan
• Kekeliruan dalam memberikan penilaian penyakit
• Salah menulis dosis resep
• Kesalahan tindakan mis kesalahan operasi
Malfeasance (Pelanggaran jabatan)
• Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau
tindakan yang tidak tepat & layak
• Misalnya
• Melakukan tindakan pengobatan tanpa indikasi yang jelas
• Mengobati pasien dengan coba-coba tanpa dasar yang jelas.
Misfeasance
• Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan
tidak tepat (improper performance),
• Misalnya
• Melakukan tindakan medis dengan menyalahi prosedur
LACK OF SKILL
• Kompentensi kurang atau diluar kompetensi / kewenangan
• Sering menjadi penyebab eror
• Sering dikaitkan dengan kompetensi institusi / sarana
• Kadang dapat dibenarkan pada situasi kondisi lokal tertentu
• Melakukan tindakan diluar kemampuan atau kompetensi seorang dokter, kecuali pada
situasi kondisi sangat darurat.
• Misal
• Melakukan pembedahan yang bukan dokter bedah
• Mengobati pasien diluar spesialisasinya / keahliannya
Sengketa Medik
• Ketidak puasan pasien / keluarganya terhadap pelayanan dokter
• Penyebab umumnya
• Miskomunikasi
• Kurang Informed Consent
• Penyelesaian
• Tidak mesti diselesaikan lewat jalur hukum
• Penyelesaiannya bisa dengan perdamaian & penjelasan yang
memuaskan
Menurut Hubert W. Smith
tindakan malpraktek meliputi
4D, yaitu:
• Duty of Care (kewajiban perawatan)
• Dereliction of That Duty (penyimpangan kewajiban)
• Damage (kerugian)
• Direct Causal Relationship (harus ada kaitan kausal
antara tindakan yang dilakukan dengan kerugian
yang diderita )
Duty (kewajiban)
• Dalam hubungan perjanjian dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan:
• Adanya indikasi medis
• Bertindak secara hati-hati dan teliti
• Bekerja sesuai standar profesi
• Sudah ada informed consent.
• UU Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran :
bagian kesatu pasal 36,37 dan 38 bahwa seorang dokter harus memiliki surat izin praktek, dan
bagian kedua tentang pelaksanaan praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada bagian ketiga
menegaskan tentang pemberian pelayanan.
Dereliction of Duty
(penyimpangan dari kewajiban)
• Apabila sudah ada kewajiban (duty), maka sang dokter atau perawat
rumah sakit harus bertindak sesuai dengan standar profesi yang
berlaku.
• Istilah luka (injury) tidak saja dalam bentuk fisik, namun juga
termasuk dalam arti ini gangguan mental yang hebat (mental
anguish) serta tejadi pelanggaran terhadap hak privasi orang lain.
KRITERIA PIDANA
• Seorang dokter dapat dikenakan sanksi pidana, bilamana ia berbuat kriminal seperti:
Pasal 1365 KUHPdt Penimbul ganti rugi atas diri orang lain pelakunya harus
membayar ganti rugi.
Pasal 1366 KUHPdt Selain penimbul / kesengajaan, juga akibat kelalaian atau
kurang berhati-hati.
Doktrin perbuatan melawan hukum seperti tindakan tanpa informed consent, salah orang / salah
organ, product liability.