Anda di halaman 1dari 35

KODEKI

Desy Andari
FK UMM
KODE ETIK KEDOKTERAN
INDONESIA ( KODEKI )

 Kewajiban Umum: pasal 1-13


 Kewajiban dokter terhadap
pasen: pasal 14 - 17
 Kewajiban dokter terhadap
teman sejawat: pasal 18- 19
 Kewajiban dokter terhadap
diri sendiri: pasal 20-21
Pasal 1:
(Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter)

 Versi I  Declaration of Geneva 1948.


 Versi II  PP No.26/1960
 Versi III  Munas Etik II (14 – 16 Des
1981) di JKT.
 Versi IV  SK MenKes No.434 Tahun
1993.
 Versi V  Rakernas MKEK 1993  s/d
Muktamar IDI 2012.
Yang wajib mengambil
sumpah:
 Semua dokter lulusan FK
Indonesia
 Dokter lulusan LN dan/atau
dokter asing  pemimpin IDI
dan pejabat kesehatan
setempat.
 Setiap dokter pemeriksa.
Pasal 2:
(Setiap dokter wajib selalu melakukan pengambilan
keputusan profesional secara independen, dan
mempertahankan perilaku profesional dalam
ukuran yang tertinggi)

 Standar profesi, integritas moral dan


kejujuran intelektual.
 Kombinasi selaras, serasi dan
seimbang antara keputusan medis
teknis dan keputusan etis  perilaku
keutamaan profesi.
 Pemeriksaan dan penilaian teliti 
standar/pedoman pelayanan
kedokteran.
 Tidak optimal/kurang memadai
 keputusan dan perilaku
profesional terbaik demi
kepentingan pasien.
 Dilema etik  keutamaan
profesi.
 Wajib memperjuangkan fasilitas,
sarana dan prasarana standar
minimal.
Pasal 3:
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang
dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.

 Moral dan tanggung jawab utk


mencegah pelanggaran hukum
dan/atau etika.
 Dilarang:
 Memberi obat/alat/nasehat tanpa
dasar bukti ilmiah (evidence)
 Membuat ikatan/menerima
imbalan dari perusahaan farmasi.
 Melibatkan diri untuk promosi.
 Upaya diagnostik, pengobatan
atau tindakan medis tanpa indikasi
medis.
 Menerima imbalan jasa rujukan
(dalam dan LN)
 Wajib menolak pemberian
dalam bentuk apapun
 Dokter industri  menjelaskan
posisinya.
 Dilarang menerima bantuan
apapun (sponsorship) dalam
temu ilmiah kecuali:
pendaftaran, akomodasi dan
transportasi.
 Bantuan finansial dari sponsor
disalurkan kepada institusi dan
pimpinan dgn melaporkan nama
pemberi dan penerima kpd
organisasi profesi setempat.
 Wajib mendukung anti KKN.
 Tidak menarik honor berlebihan
dan dikomunkasikan
sebelumnya kepada pasien.
 Bisnis di luar kedokteran:
 Tidak bertentangan dengan
profesi kedokteran.
 Tidak rancu dengan profesi
kedokteran.
 Tidak mempromosikan parktek
pribadinya.
Pasal 4:
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri.

 Perbuatan memuji diri:


 Gelar yang bukan haknya
 Mencantumkan gelar yg tidak
berhubungan dgn yan-kes
 Mengiklankan diri yang bertentangan
dengan hukum
 Mengiklankan kelebihan diri sendiri
 Yang diperbolehkan:
 Iklan awal praktek, cuti
 Pasang papan nama
 Kertas resep, SK dokter, amplop, kuitansi
 Pemeran iklan layana masy (maks 1x)
Pasal 5:
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin
melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib
memperoleh persetujuan pasien/ keluarganya dan
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.
 Informasi yang jujur
 Informasi dengan hati-hati dan teliti
 Dilarang berbohong, boleh menahan
informasi.
 Menghormati penolakan pasien ttg
informasi penyakitnya
 Menjelaskan kelebihan dan kekurangan
bila menggunakan teknologi baru.
Pasal 6:
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat.

 Sesuai ketentuan
 Dilarang menganjurkan produk MLM
 Boleh pengobatan tradisional (alternatif-
komplementer)
 Dilarang menggunakan alternatif-
komplementer bila sudah ada golden
standard.
Pasal 7:
Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan
dan pendapat yang telah diperiksa sendiri
kebenarannya.

 Berdasarkan fakta medis yang


diyakini benar sebagai dokter
 Dibuat dgn jujur, teliti dan hati-hati
serta bebas dari konflik kepentingan.
 Bila merasa tidak independen
serhkan pihak lain.
 Pada lembaga independen
 Diganosis  persetujuan pasien.
 Merujuk bila di luar kompetensinya
 Dilarang memberi keterangan ttg
pasien yg terduga tindak pidana.
 Dilarang memberi pendapat ttg
pasien sejawat tanpa
permintaan yang berwenang
dan memeriksa sendiri.
 Tidak boleh membuat SK utk
pengantar orang org sakit.
 Sebagai penguji kesehatan:
 Tetap obyektif
 Seyogyanya bukan pasien sendiri

 Hasil intitusi.
Pasal 8:
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya,
memberikan pelayanan secara kompeten dengan
kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas
martabat manusia.

 Wajib memiliki kompetensi dan


kewenangan
 Menyadari tentang
penyimpangan etika berpotensi
menjadi konflik etikolegal.
Pasal 9:
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan
dengan pasen dan sejawatnya, dan berupaya untuk
mengingatkan sejawatnya pada saat menangani pasien
dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter dan
kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan

 Wajib menjaga martabat dan


keluhuran profesinya.
 Dokter yang leboih
berpengalaman wajib memberi
nasehat bila diminta
 Tidak mengomentari terapi
sejawat.
 Tidak melakukan di depan pasien.
Pasal 10:
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak
pasien, teman sejawatnya dan tenaga kesehatan
lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien

 Memenuhi hak asasi pasien


 Bertutur kata sopan dan perilaku
santun kepada pasien, sejawat
dan na-kes lain
 Informasi yang jelas dan
menghormati pendapat pasien
 Tidak menyembunyikan
informasi kecuali untuk kebaikan
pasien
 Dilarang merokok dan minum
minuman keras di depan pasien.
Pasal 11.:
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat
kewajiban dirinya melindungi hidup makhluk insani

 Seorang dokter wajib


mengerti/memahami siklus dan mutu
kehidupan manusia, mulai saat
pembuahan dan/atau saat kehidupan
diawali, proses alamiah kehidupan
berlangsung sampai dengan
menjelang/saat/sesudah kematian
manusia, dengan tujuan untuk
menghormati, melindungi dan memelihara
hidup mahluk insani
 Dilarang terlibat abortus,
euthanasia, maupun hukuman
mati
 Wajib berhati-hati dalam
bertindak pada konteks
reproduksi
 Berupaya utk meringankan
penderitaan dan memelihara
hidup, bukan mengakhirinya.
Pasal 12:
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter
wajib memperhatikan keseluruhan aspek
pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif) , baik fisik maupun psiko-sosial-
kultural pasiennya serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi sejati masyarakat

 Memandang pasien secara utuh


(holistik).
 Promotif  advokator.
 Preventif  terhindar dr resiko
penyakit.
 Rehabilitatif  memperbaiki
kualitas hidup
 Paliatif  kenyamanan  wafat
dgn bermartabat.
Pasal 13:
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para
pejabat lintas sektoral di bidang kesehatan, bidang
lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati

 Membina hubungan harmonis


internal
 Wajib tunduk pada KODEKI
Pasal 14:
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
mempergunakan seluruh keilmuan dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang
ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan
pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu

 Wajib konsultasi bila di luar


kompetensinya.
 Membuat ringkasan medik
dalam surat rujukan.
Pasal 15 :
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan
pasiennya agar senantiasa dapat berinteraksi
dengan keluarga dan penasehatnya, termasuk
dalam beribadat dan atau penyelesaian masalah
pribadi lainnya

 Menghormati hak asasi


termasuk beribadat.
 Mempengaruhi keimanan 
perbuatan tercela
Pasal 16:
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasen, bahkan
juga setelah pasen itu meninggal dunia

 Dilema morel/etis  konsultasi


dgn organisasi profesi
 membuka rahasia medis:
kepentingan pasien, perintah
undang-undang,permintaan
pengadilan, melindungi
keselamatan dan kehidupan
masyarakat.
Pasal 17:
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikan

 Wajib memberikan Bantuan


Hidup Dasar
 Kondisi ga-dar  dokter dapat
meninggalkan pasien yg lain.
Pasal 18:
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan

 Bersaing namun tidak saling


menjatuhkan.
 Dilarang bertengkar dgn sejawat
saat bertugas
 Membentuk tim utk rawat
bersama
Pasal 19:
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien
dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan
keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis

 Saling menghormati
kerahasiaan pasien
 Tidak merebut pasien bila:
 Kehendak pasien
 Kesepakatan sejawat

 Ketentuan internal yan-kes

 Wajib transfer ilmu


 Menghormati hak 2nd opinion
Pasal 20:
Setiap dokter wajib selalu memelihara
kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik

 Mencari pengobatan dr dokter


lain
 Tujuan:
 Tetap sehat dlm tugas
 Sbg pendidik dan panutan

 Tidak memberi risiko

 Melindungi diri sendiri


Pasal 21 :
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran / kesehatan

 Wajib mengikuti iptekdokkes


 Membaca literatur
 Seminar, lokakarya, dll

 Penelitian kedokteran/kesehatan

Anda mungkin juga menyukai