Anda di halaman 1dari 3

Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dr. Rubayat Indradi, M.OH (c)


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

Sasaran Pembelajaran
Memahami dan menjelaskan:
 Tujuan dan manfaat penerapan peraturan perundangan di bidang K3
 Acuan pokok peraturan perundangan di bidang K3
 Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan bidang K3

Pendahuluan
 Pelaksanaan K3  tanggung jawab semua pihak
 Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, keselamatan aset produksi, kelangsungan
bekerja dan berusaha
 Pemerintah (Kemenakertrans): tanggung jawab secara fungsional dalam penerapan K3
 Menyusun peraturan perundang-undangan di bidang K3
 Komitmen dan keterlibatan pengusaha sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan K3
 Harus terintegrasi dengan kebijakan perusahaan manajemen yg terpadu

Tujuan dan Manfaat Penerapan Peraturan Perundangan K3


Tujuan:
a. Melindungi tenaga kerja dari bahaya-bahaya akibat kerja
b. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan tenaga kerja produktivitas
tinggi
c. Memelihara dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja jaminan kerja
d. Tercipta perasaan aman dan terlindungi meningkatkan motivasi utk lebih berprestasi
e. Meningkatkan efisiensi kerja, memelihara kontinuitas usaha, menurunkan biaya pengobatan
dan meningkatkan produktivitas kerja
Manfaat:
a. Bagi pengusaha:
- Terlaksananya amanat UUD 1945 pasal 27 (2)
- Adanya kepastian hukum bagi pelaku industri dan investasi
- Mempunyai pedoman/standar dalam menerapkan K3
b. Bagi tenaga kerja:
- Memberdayakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi
- Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan
- meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya

1
Acuan pokok peraturan perundangan di bidang K3
- Pancasila sila ke 2
- UUD 1945 pasal 27 ayat 2:
Tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Bidang K3


UU no. 1 tahun 1970 ttg Keselamatan kerja
 Mengatur higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja umum di semua tempat kerja
 Lebih persifat preventif, melibatkan peran serta seluruh pihak dan desentralistik
 Mewajibkan untuk:
 Medical check-up
 Menjelaskan kondisi-kondisi bahaya dan alat perlindungan diri
 Menyelenggarakan pembinaan tenaga kerja
UU no. 1 tahun 1951 dan UU no. 12 tahun 1948
 Jam kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu
 Malam hari/tempat berbahaya: 6 jam sehari dan 35 jam seminggu
 Waktu istirahat 30 menit setelah bekerja 4 jam
 Pekerjaan dengan beban berlebihan jam kerja tidak boleh lebih dari 9 jam sehari dan 54 jam
seminggu
UU no.3 tahun 1969 ttg Persetujuan Konvensi ILO no.120 mengenai higiene dlm perniagaan dan
kantor-kantor
 Kebersihan  APD
 Ventilasi  Tempat ganti dan menyimpan pakaian
 Suhu nyaman  Kotak P3K
 Kerapian  Perlengkapan cuci dan sanitasi
 Persediaan air minum  Tempat duduk yg cukup
UU no.13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
 Paragraf 5 pasal 86 tentang K3 yg memuat tentang hak pekerja untuk memperoleh perlindungan
atas:
 Keselamatan dan kesehatan kerja
 Moral dan kesusilaan
 Perlakuan yg sesuai dengan harkat martabat manusia serta nilai-nilai agama
 Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja guna menujang produktivitas kerja yg
optimal
 Pasal 87 tentang sistem manajemen K3
PMP no.7 tahun 1964 ttg Syarat-syarat kesehatan, kebersihan serta peerangan di tempat kerja
 Pasal 2 kewajiban perusahaan utk:
 Menghindarkan kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan
 Menghindarkan kemungkinan bahaya keracunan
 Penerangan yg cukup

2
 Meningkatkan kebersihan dan ketertiban
 Suhu yg layak dan ventilasi/peredaran udara yg cukup
 Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bau yg tidak menyenangkan
Permenakertrans no.Per.13/Men/X/2011 ttg nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia di
tempat kerja
 Faktor fisik bersifat fisika (iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar UV)
 Nilai ambang batas (NAB): standar faktor yg dapat diterima tanpa mengakibatkan
penyakit/gangguan kesehatan (tidak melebihi 8 jam sehari dan 40 jam seminggu)
Permenakertrans no.Per.03/Men/1982 ttg Pelayanan Kesehatan Kerja
 Menyangkut pelayanan hiperkes meliputi:
 Pemeriksaan kesehatan kerja (sebelum kerja, berkala, dan khusus)
 Pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit akibat kerja
 Penyediaan PPPK
Peraturan Perundangan lainnya
1. Permenakertrans no.Per.04/Men/1987 tentang pembentukan P2K3 dan pengangkatan Ahli K3
2. Kepmenakertrans no.608/Men/1982 tentang Ijin Penyimpangan Waktu kerja
3. Kepmenko bidang kesehatan masyarakat n.06/Kep/Menko Kesra/VIII/1998 tentang Pola Umum
Gerakan Perbaikan Menu Makan Rakyat dan Petunjuk Pelaksanaannya, di mana program
pangan dan gizi berdimensi pada produktivitas kerja. Penanggungjawabnya dipercayakan pada
Depnaker
4. SE Dirjen Binawas no.86/BW/1989 tentang catering bagi tenaga kerja
5. Instruksi Menaker no. Ins. 03/men/1989 tentang peningkatan pengawasan dan penertiban
terhadap pengadaan kantin dan toilet di perusahaan
6. SE Menakertrans no.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang makan

Referensi
 Azikin, Roy. 2010. Peraturan Perundang-undangan bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
Yogyakarta: Balai Hiperkes dan KK Yogyakarta
 Lestari, M.I., dan Effendi, Yusuf (editor). 2005. CD ROM Himpunan Peraturan Perundangan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) RI Ver. 0.1. http://www.portalk3.com
 Smedley, Julia; Dick, Finlay; Sadhra, Steven (editors). 2007. Oxford Handbook of Occupational
Health, 1st Edition. New York: Oxford University Press
 Snashall, David and Patel, Dipti (editors). 2003. ABC of Occupational and Environmental
Medicine, 2nd edition. London: BMJ Publishing Group

Anda mungkin juga menyukai