Pembimbing :
dr. H. Achmad Husain, Sp.OG
Oleh :
Karis Akmal Hussin
(201820401011134)
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
ii
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang selalu
melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya maka tugas referat yang berjudul
“Hipertensi Dalam Kehamilan” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan
tugas ini merupakan salah satu tugas yang penulis laksanakan selama mengikuti
kepaniteraan di SMF Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirjo
Pamekasan. Kami mengucapkan terimakasih kepada dr. H. Achmad Husain,
Sp.OG selaku dokter pembimbing dalam penyelesaian tugas referat ini,
terimakasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan kami
semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada
khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun angka kematian ibu (AKI) atau Maternal
Mortality Ratio (MMR) di Indonesia untuk periode 2008 sampai dengan 2012
ialah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dari hasil
SDKI 2007 yang besarnya 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian preeklamsia
dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat bila Case Fatality Rate (CFR)
setiap tahunnya wanita yang bersalin meninggal dunia mencapai lebih dari
500.000 orang, salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin
negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%
(Amelda, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1 Definisi
Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) adalah suatu keadaan yang
ditemukan sebagai komplikasi medik pada wanita hamil dan sebagai penyebab
1. Hipertensi gestasional
- TD sistolik ≥ 140 mmHg atau TD diastolik ≥ 90 mmHg ditemukan pertama
Kriteria minimum :
- TD ≥ 160/110 mmHg
- Proteinuria 2 g/24 jam atau ≥ 2+ pada pemeriksaan carik celup
- Kreatinin serum > 1,2 mg/dL kecuali memang sebelumnya diketahui
meningkat
- Trombosit < 100.000/µL
- Hemolisis mikroangiopatik – peningkatan LDH
- Peningkatan kadar transaminase serum – ALT atau AST
- Nyeri kepala yang persisten atau gangguan serebral atau visual lainnya
- Nyeri epigastrik persisten
3. Eklampsia
- Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada perempuan dengan
preeklampsia
4. Preeklampsia yang bertumpang tindih pada hipertensi kronis
- Proteinuria awitan baru ≥300 mg/24 jam pada perempuan hipertensi, tetapi
2
- TD ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosis sebelum kehamilan
(Cunningham, 2009)
1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
(Sarwono, 2003)
meskipun vili korionik berperan penting, mereka tidak harus terdapat dalam
3
2.4 Patofisiologi Preeklampsia
tubuh (hati, otak, ginjal, dan organ lainnya). Jejas tersebut disebabkan antara lain
mediator tersebut dan patofisiologi preeklampsia hingga kini masih belum jelas,
tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas
ke dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot
tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan
vasodilatasi lumen arteri spiralis ini member dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero
plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot spiralis
menjadi tetap kaku dank eras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan
4
vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, sehingga alirah
darah utero plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
oksidan (radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima
electron atau atom/ molekul yang mempunyai electron yang tidak berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal
hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh
darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah suatu proses normal,
hidroksil dalam darah mungkin dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang
beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamilan disebut “toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak
membran sel, juga akan merusak nukleus, protein sel endotel. Produksi oksidan
(radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis, selalu diimbangi dengan
produksi antioksidan.
oksidan peroksida lemak yang relatif tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidan/
radikal bebas yang sangat toksis ini akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran
darah dan akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah
berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak
5
jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil,
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.
bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel (disfungsi endotel). Pada waktu
terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka
akan terjadi :
6
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besar
sebelumnya.
Seks oral mempunyai risiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
makin lama periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte
antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun,
sehingga ibu tidak trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupaka prakondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, di samping untuk menghadapi sel NK.
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi
lunak, dan gembur sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-
bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
pembuluh darah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya
sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan bahwa
daya refrakter terhadapa bahan vasopresor akan hilang bila diberi prostaglandin
7
sisntesa inhibitor (bahan yang menghambat produksi prostaglandin).
hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.
bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester 1.
Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat
melakukan uji klinik untuk memakai konsumsi minyak ikan atau bahan yang
mengandung asam lemak tak jenuh dala mencegah preeklampsia. Hasil sementara
menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik dan mungkin dapat dipakai
Peneliti di Negara Equador Andes dengan metode uji klinik, ganda tersamar,
menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup, kasus yang
8
(Felicia, 2010; Dikman, 2011)
skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual dan atau
muntah. Gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari 140/90
mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Di samping itu dapat ditemukan
1. Anamnesis
penyakit terdahulu, penyakit keluarga dan gaya hidup sehari-hari. Gejala dapat
berupa nyeri kepala, gangguan visus, rasa panas dimuka, dispneu, nyeri dada,
mual muntah dan kejang. Penyakit terdahulu seperti hipertensi dalam kehamilan,
penyulit pada pemakaian kontrasepsi hormonal, dan penyakit ginjal. Riwayat gaya
2. Pemeriksaan Fisik
posisi duduk di kursi dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, lengan
yang akan diukur tekanan darahnya, diletakkan setinggi jantung dan bila perlu
9
lengan diberi penyangga. Lengan atas harus dibebaskan dari baju yang terlalu
ketat melingkarinya. Pada wanita hamil bila tidak memungkinkan duduk, dapat
miring kearah kiri. Pasien dalam waktu 30 menit sebelumnya tidak boleh minum
kopi dan tidak minum obat-obat stimulant adrenergik serta istirahat sedikitnya 5
pada lengan kanan, sisi bawah manset kurang lebih 2,5 cm diatas fosa antecubital.
Manset harus melingkari sekurang- kurangnya 80% dari lingkaran lengan atas dan
menutupi 2/3 lengan atas. Menentukan tekanan sistolik palpasi dengan cara
palpasi pada arteri radialis dekat pergelangan tangan dengan dua jari sambil
pompa cuff sampai denyut nadi arteri radialis menghilang. Baca berapa nilai
tekanan ini pada manometer, kemudian buka kunci pompa. Selanjutnya untuk
mengukur tekanan darah, cuff dipompa secara cepat sampai melampaui 20-30
mmHg diatas tekanan sistolik palpasi. Pompa dibuka untuk menurunkan mercury
terdengarnya suara pertama (Korotkoff I) dan tekanan darah diastolik pada waktu
3. Pemeriksaan Penunjang
dilakukan dengan dua metode, yaitu secara Esbach dan Dipstick. Pengukuran
secara Esbach, dikatakan proteinuria jika didapatkan protein ≥300 mg dari 24 jam
jumlah urin. Nilai tersebut setara dengan kadar proteinuria ≥30 mg/dL (+1
10
dipstick) dari urin acak tengah yang tidak menunjukkan tanda- tanda infeksi
saluran kencing. Interpretasi hasil dari proteinuria dengan metode dipstick adalah:
+2 = 0,45 – 1 g/L
+3 = 1 – 3 g/L
+4 = > 3 g/L.
hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan
namun jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya
Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
11
gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi pemberatan preeklampsia atau
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan
ginjal lainnya
Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
Kedokteran, 2016)
organ yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan. Selain itu, pemeriksaan
sangat teliti yang diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik
berupa : nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan cepat berat
12
a) Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosa
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan
tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru
gradien tekanan onkotik koloid/ pulmonary capillary wedge pressure. Oleh karena
itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan
(melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara
cepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin.
- 5% Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan : < 125 cc/
jam.
- Infus dekstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan infus ringer
terjadi bila produksi urin < 30 cc/ jam dam 2-3 jam atau < 500 cc/ 24 jam.
dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang sangat asam. Diet yang
Pemberian obat
13
- MgSO4
- Diazepam
- Fenitoin
masuk jaringan otak dan efek antikejang terjadi 3 menit setelah injeksi intravena,
terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium).
Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium
sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi pilihan pertama untuk
Cara pemberian :
- Magnesium sulfat regimen :
- Loading dose : initial dose
menit.
Maintenance dose :
14
Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi
distress napas.
Urin sekurang-kurangnya 150 cc/ 6 jam.
terakhir.
Pemberian antihipertensi jika tekanan darah sistolik 160 mmHg dan/ atau
dengan dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit, maksimum 120 mg
dalam 24 jam.
adalah dengan melahirkan bayi pasien. Tingkat keparahan gejala akan membantu
darah tinggi tidak akan mencegah preeklamsi menjadi semakin parah. Ini
dilanjutkan selama 24 jam setelah melahirkan jika pasien mengalami kejang yang
15
sebelum kelahiran prematur (hingga 34 minggu). Obat ini akan sampai di paru-
paru bayi selama periode 24 jam yang dapat menurunkan resiko masalah
Obat yang dianjurkan sebagai obat anti hipertensi oral pada kehamilan.
Obat ini adalah alpha adrenergic, yang memepengaruhi sistem saraf pusat dan
darah untuk mengerut (yang akan meningkatkan tekanan darah). Dosis harian
yang diperlukan adalah 500mg sampai 2 gr, dibagi menjadi 2 sampai 4 dosis.
yang mengalami sindrom HELLP, mereka dibagi dalam 2 kelompok, yaitu yang
durasi rawat inap, waktu pemulihan nilai laboratorium yang abnormal, pemulihan
parameter klinis dan komplikasi yang mencakup gagal ginjal akut, edema paru,
eklampsia dan kematian. Tidak ada satupun yang berbeda bermakna antara 2
kelompok. Pada studi blided serupa, Katz dkk (2008) melakukan penelitian secara
Indikasi :
Ibu
16
- Umur kehamilan ≥ 37 minggu. Lockwood dan Paidas mengambil
laboratorium memburuk.
- Diduga terjadi solusio plasenta.
- Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.
Janin
- Adanya tanda-tanda fetal distress.
- Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR).
- NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal.
- Terjadinya oligohidramnion.
Laboratorium
Pada umur kehamilan < 34 minggu (estimasi berat janin < 2000 g tanpa
17
18
Rekomendasi perawatan ekspektatif pada preeklampsia berat :
dengan usia kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu
untuk
- Melakukan perawatan di fasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedia
Rekomendasi A).
19
- Bagi wanita yang melakukan perawatan ekspektatif preekklamsia berat,
Rekomendasi B).
Ibu
Eklampsia
Sistem saraf pusat : perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral,
hepar.
Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
Hematologik : DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi.
Kardiopulmonar : edema paru, cardiac arrest, iskemia miokardium.
Lain-lain : asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendali.
Janin
Prematuritas
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)
Gawat janin
Kematian janin dalam rahim Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
(Abadi, 2008)
dapat berdampak pada ibu dan janin yang dikandungnya. Pada ibu dapat terjadi
perdarahan otak, dekompensasi kordis dengan edema paru, gagal ginjal dan
masuknya isi lambung ke dalam pernapasan saat kejang. Pada janin dapat terjadi
20
Gambar. Alur prognosis ibu dan bayi pada preeklampsia/eklampsia (Winkjosastro,
2006)
2.10 Monitoring
Pressure Education Program, 2000). Hipertensi yang menetap diluar episode ini
edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya farmakologi
21
mengenai kehamilan mendatang serta risiko kardiovaskular mereka
kali saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali pada
golongan darah dan rhesus menjadi tiga tes dasar yang memberikan
Manipulasi diet
22
Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah
Antioksidan
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi yang dilakukan guna mencegah hipertensi dalam kehamilan
meliputi upaya nonfarmakologi dan farmakologi. Upaya nonfarmakologi meliputi
edukasi, deteksi prenatal dini dan manipulasi diet. Sedangkan upaya farmakologi
mencakup pemberian aspirin dosis rendah dan antioksidan.
3.2 Saran
Bagi wanita yang mengalami hipertensi, sebaiknya:
1. Selama kehamilan harus dievaluasi pada masa postpartum dini dan
diberi penyuluhan mengenai kehamilan mendatang serta risiko
kardiovaskular mereka pada masa yang akan datang.
2. Selama kehamilan, waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan 1 kali
saat trimester pertama, 1 kali saat trimester kedua dan 2 kali pada
trimester ketiga. Kunjungan dapat ditambah tergantung pada
kondisi maternal.
3. Salah satu usaha awal yang ditujukan untuk mencegah hipertensi
sebagai penyulit kehamilan adalah pembatasan asupan garam.
24
Daftar Pustaka
Abadi, Agus, dkk. 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Amelda.(2009). Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pre Eklamsia di
RSUP H. Adam Malik Medan, Periode 2005-2006.
Cunningham. 2009. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC
Dikman Angsar (2011). Hipertensi dalam kehamilan. Dalam (Sarwono
Prawirohardjo) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka.
Felicia D, Freedy FC, Iskandar WJ (2010). Suplementasi asam folat sebagai upaya
pencegahan preeklamsia pada ibu hamil di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia vol. III, no. 01, Januari-Juni 2010, hal 30-
35.
Fonseca, J, Mendez, F, Catano, C & Arias, F 2005, 'Dexamethasone Treatment
Does Not Improve the Outcome of Women with HELLP Syndrome: a
double-blind, placebo-controled, randomized clinical trial', American
Journal of Obstetrics & Gynecology, vol 193, p. 1591.
James R, Catherine N. Management of hypertension before, during and after
pregnancy. Heart Education. 2004. 10: 1501-1503.
Katz L, de Amorim MM, Figueiroa JN, Pinto e Silva JL. Postpartum
dexamethasone for women with hemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelets (HELLP) syndrome: a double-blind, placebo-controlled,
randomized clinical trial. American Journal of Obstetrics and
Gynecology. 2008; 282.e1–3.e8.
Michael., (2005). Bab 11. Sistem Kardiovaskular. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
National High Blood Preesure Education Program. 2000. Working Group Report
on High Blood Pressure in Pregnancy. National Institutes of Health.
National Heart, Lung, and Blood Institute.
Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan : Diagnosis dan Tatalaksana
Preeklampsia. 2016.
Persatuan Dokter Obsgyn Indonesia. Panduan penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan. HKFM, Jakarta. 2010: 20-24.
Sarwono, Ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohordjo; 2003.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Angka Kematian Ibu.
Dikutip dari www.bkkbn.co.id diakses pada tanggal 14 Agustus 2019.
25
Wiknjosastro, H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
26