Anda di halaman 1dari 36

ETIKA KEDOKTERAN

Felix Wijaya
Muhamad Rizqi Ichsan Siregar
Muhammad Saifulloh
Dibimbing oleh: dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F
Kepaniteraan Klinik Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Pelita Harapan
DEFINISI
Etika berkaitan dengan moral dan akhlak
yang merupakan nilai luhur dalam tingkah
laku dan juga berjubungan erat dengan
hati nurani
Etika kedokteran merupakan seperangkat
perilaku anggota profesi kedokteran
dalam hubungannya dengan pasien,
teman sejawat dan masyarakat umum
serta merupakan bagian dari keselurhan
proses pengambilan keputusan dan
tindakan medis ditinjau dari segi norma-
norma moral
FUNGSI ETIKA PROFESI

Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip


profesionalitas

Sebagai sebuah sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi


yang bersangkutan

Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi mengenai


hbungan etik dalam keanggotan profesi
TUJUAN
Etika profesi kedokteran bertujuan untuk meengatisipasi
terjadinya perkembangan yang buruk terhadap profesi dokter
serta mencegah agar dokter dalam menjalakan profesinya dapat
selalu bersikap profesional
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah dokter

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang
bersifat memuji diri
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya
tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan
kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan
dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru
yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya
Pasal 8
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya,
disertai rasa kasih sayang dan penghormatan atas martabat manusia

Pasal 9
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui
memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan
penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya,
dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien

Pasal 11
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh, baik fisik maupun psiko-sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabid masyarakat yang sebenar-
benarnya
KEWAJIBAN UMUM

Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral
dibidang kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling
menghormati
KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu

Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa
dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam
beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya
KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan

Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,
kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis
KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja
dengan baik

Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran/kesehatan
PRAKTIK KEDOKTERAN INDONESIA
MENGACU KEPADA 4 KAIDAH DASAR

1. Menghormati
Martabat manusia 2. Berbuat baik
( Autonomy) (beneficence)

3. Tidak berbuat
4. Keadilan
yang merugikan
(justice)
(Non-maleficience)
MENGHORMATI MARTABAT
MANUSIA (AUTONOMY)

Setiap individu pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang


memiliki otonomi ( hak untuk menentukan nasib diri sendiri)
Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
mendapatkan perlindungan
Contoh
Menjaga informed consent
Menjaga rahasia medis pasien
BERBUAT BAIK
(BENEFICENCE)

Dokter harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga


keadaan kesehatannya (patient welfare).
Tujuan Berbuat baik adalah untuk memenuhi kewajiban disertai dengan
sikap ramah dan menolong
Contoh
Memberi obat generik
Membuat rujukan kepada dokter lain yang lebih kompeten
TIDAK BERBUAT YANG
MERUGIKAN (NON-MALEFICENCE)

Praktik kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil


resikonya dan paling besar manfaatnya
Contoh
tidak melakukan euthanasia
tidak melakukan pemeriksaan laboratorium / radiologi yang sebenarnya
tidak diperlukan demi keuntungan dokter pribadi
menolak aborsi tanpa indikasi
mengutamakan pasien dalam keadaan darurat
KEADILAN (JUSTICE)

Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, agama dan


kepercayaan, kebangsaan dan kebernegaraan, dan perbedaan gender,
sebagai dokter tidak memengaruhi perubahan sikap terhadap
pasiennya
Contoh
Tidak membedakan pelayanan kesehatan walaupun terdapat
perbedaan suku,agama,keperecayaan
pemerintah menyebarkan tenaga kerja harus merata diseluruh kota
HAK DOKTER

Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas


sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dengan standar
prosedur operasional
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarga
Menerima imbalan jasa
HAK DOKTER (PROFESI)
1. Hak memperoleh informasi yang selangkap-lengkapnya dan sejujur-
jujurnya dari pasien yang akan digunakannya bagi kepentingan
diagnosis maupun terapeutik
2. Hak atas imbalan jasa atau honorarium terhadap pelayanan yang
diberikannya kepada pasien.
3. Hak atas itikad baik dari pasien atau keluarganya dalam melaksanakan
transaksi terapeutik.
4. Hak membela diri terhadap tuntutan atau gugatan pasien atas
pelayanan kesehatan yang diberikan.
5. Hak untuk memperoleh persetujuan tindakan medis dari pasien atau
keluarganya
PELANGGARAN ETIKA KEDOKTERAN
Kelakuan yang tidak sesuai dengan mutu professional yang tinggi.
kebiasaan, dan cara-cara yang tidak lazim
Etik asuhan kedokteran (ethics medical care), ==> etika kedokteran
yang berupa pedoman dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sikap
dan tindakan seorang dokter terhadap pasien yang menjadi
tanggungjawabnya

Pelanggaran kode etik tidak menyebabkan adanya sanksi formil


terhadap pelakunya. Bagi pelanggar kode etik hanya dilakukan
tindakan koreksi berupa teguran dan bimbingan. Harapannya,
pelanggaran serupa tidak akan terjadi lagi di masa-masa yang akan
datang. Dengan kata lain, tindakan terhadap pelanggar kode etik hanya
bersifat korektif dan preventif
PENETAPAN KATEGORI
1. Akibat yang ditimbulkan terhadap keselamatan pasien
2. Akibat yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi
3. Akibat yang ditimbulkan terhadap kepentingan umum
4. Itikad baik terkandung dalam turut menyelesaikan masalah
5. motivasi yang mendasarkan timbulnya masalah atau kasus
6. situasi lingkungan yang mendasari timbulnya kasus
7. pendapat atau pandangan. Biro hukum pembinaan dan pembelaan
anggota (BHPZA)
JENIS PELANGGARAN
TERHADAP ETIKA KEDOKTERAN
ETIKA MURNI ETIKA ETIKOLEGAL
Menarik imbalan jasa yang tidak Pelayanan kedokteran dibawah
wajar standar
Memuji diri sendiri didepan pasien Menerbitkan keterangan palsu
Mengabaikan kesehatan sendiri Melakukan tindakan medik yang
Mengambil alih pasien tanpa bertentangan dengan hukum
persetujuan sejawat Melakukan tindakan medik tanpa
Memberikan pelayanan yang indikasi
diskriminatif Membocorkan rahasia pasien
JENIS PELANGGARAN
TERHADAP ETIKA KEDOKTERAN
ETIKA MURNI ETIKA ETIKOLEGAL
Menarik imbalan jasa yang tidak Pelayanan kedokteran dibawah
wajar standar
Memuji diri sendiri didepan pasien Menerbitkan keterangan palsu
Mengabaikan kesehatan sendiri Melakukan tindakan medik yang
Mengambil alih pasien tanpa bertentangan dengan hukum
persetujuan sejawat Melakukan tindakan medik tanpa
Memberikan pelayanan yang indikasi
diskriminatif Membocorkan rahasia pasien
BENTUK-BENTUK SANKSI
SANKSI = PEMBINAAN
(Dikecualikan apabila terdapat pemecatan dari keanggotaan secara
permanen/pencabutan keanggotaan seumur hidup)

Penasihatan Penurunan
Peringatan secara lisan gaji/jabatan/pangkat
Peringatan secara tertulis Pemecatan keanggotan IDI
Pembinaan perilaku pendidikan secara sementara
ulang (re-schooling) Pemecataan angota IDI secara
Penundaan kenaikan permanen
gaji/jabatan/pangkat Pada kasus pelanggaran
etikolegal diberikan hukuman
sesuai dengan peraturan
kepegawaian yang berlaku
TUJUAN PEMBERIAN SANKSI
Sebagai pengingat
Untuk melindungi
bagi anggota yang lain
masyarakat
karena terikat dalam
peraturan yang sama

Sebagai jembatan untuk Sebagai hukuman bagi


mendidik dan melakukan yang telah melakukan
pembenahan pelanggaran
USULAN PENETAPAN
SANKSI
Pelanggaran etik berat: Mendapatkan
sanksi min 1 dari kategori sanksi 1,2 dan 3
Pelanggaran etik sedang: mendapatkan
sanksi min 1 dari kategori sanksi 1 dan 2
pelanggaran etik ringan: mendapatkan
min 1 dari kategori sanksi 1
USULAN PENETAPAN
SANKSI
Pelanggaran etik ringan:
Membuat refleksi diri secara tertulis
Membuat surat penyesalan dan permohonan
maaf
Mengikuti workshop etik
Mengikuti modul etik di FK yang ditunjuk
Mengikuti program magang panutan 3 bulan
Kerja sosial pengabdian profesi di institusi
yang ditunjuk ≤ 3 bulan
USULAN PENETAPAN
SANKSI
Pelanggaran etik sedang:
Rekomendasi pemberhentian dari jabatan
tertentu
Pemberhentian dari jabatan IDI dan
organisasi dibawahnya dan pelarangan
menjabat di IDI untuk 1 periode berikutnya
Kerja sosial pengabdian profesi 6-12 bulan
Mengikuti program magang bersama
panutan 6-12 bulan
USULAN PENETAPAN
SANKSI
Pelanggaran etik sedang:
Pemberhentian keanggotaan sementara
(kehilangan seluruh hak dan wewenang yang
didapat sebagai dokter indonesia) dalam 3-
12 bulan
Jika sangat berat, dapat dijatuhkan sanksi
usulan pemecatan keanggotaaan secara
permanen (disahkakan di muktamar)
DASAR DISIPLIN KEDOKTERAN

UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal


55 ayat 1

Aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan


dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
dokter.
PELANGGARAN DISIPLIN
KEDOKTERAN
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-
aturan dan/atau ketentuan penerapan keilmuan yang pada
hakikatnya dapat dikelompokkan dalam 3 hal, yaitu:
Melaksanakan praktik kedokteran dengan tidak kompeten
Tugas dan tanggung jawab profesional pada pasien tidak
dilakukan dengan baik
Berperilaku tercela dan merusak martabat dan kehormatan
profesi dokter
PELANGGARAN DISIPLIN
KEDOKTERAN
Tertulis pada
UU no 29 tahun 2004 pasal 37, 40, 41, 45-49, 51; berupa
standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur
operasioanal; dan sebagian lainnya tersebar pada undang-
undang, pedoman, atau ketentuan lainnya.

Pengawasan dilaksanakan oleh:


Majelis Kehormatan disiplin kedokteran Indonesia (MKDKI) yaitu sebuah
lembaga otonom dari MKKI (Majelis Kolegium Kedokteran indonesia
PELANGGARAN DISIPLIN
KEDOKTERAN
Sanksi disiplin:
Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dapat berupa:
Pencabutan selama 1 tahun
Pencabutan tetap atau selamanya,
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi; dapat berupa:
Pendidikan Formal
Pelatihan dalam pengetahuan dan/atau keterampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejarningnya atau sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk, sekurangnya 3 bulan, paling lama 1 tahun
Berdasarkan UU no 29 tahun 2004 Pasal 36
REFERENCE
1. Pitono soeparto (alm), 2006, Etik dan hukum di bidang kesehatan,
Airlangga University press, Surabaya
2. Trisnadi, S. d. (2018). Bioetika dari filsafat kedokteran sampai ke moral
dan etika. Semarang: Fakultas kedokteran Unissula.
3. Ikatan dokter indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia.
2012.avalaible from: https://mkekidi.id/wp-
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai