Anda di halaman 1dari 68

Clinical Review

Meningitis

Disusun Oleh:
Michele Yoselin
406192054

Pembimbing :
dr. Eko Kristanto Kunta Adjie, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 27 APRIL 2020 – 10 MEI 2020
Identitas Pasien

 Nama : An. A  Jenis kelamin : Laki-laki

 TTL : Jakarta, 2 Februari 2019  Umur : 15 bulan

 Alamat : Grogol, Jakarta Barat  Status : Belum menikah

 Pendidikan : Belum sekolah  Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

 Suku : Jawa  Agama : Kristen


Identitas Keluarga
AYAH

 Nama : Tn. B  Pekerjaan : Karyawan

 Umur : 30 tahun  Pendidikan : SMA

 Alamat : Grogol, Jakarta Barat  Suku : Jawa

 Status : Menikah  Agama : Kristen


Identitas Keluarga
IBU

 Nama : Ny. C  Pekerjaan : Karyawan

 Umur : 28 tahun  Pendidikan : SMA

 Alamat : Grogol, Jakarta Barat  Suku : Jawa

 Status : Menikah  Agama : Kristen


Anamnesis

 Dilakukan allo-anamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 2 Mei 2020


pukul 11.00 WIB

Keluhan Utama:
Kejang berulang
Riwayat Penyakit Sekarang
Kejang fokal di lengan dan tungkai
kanan, 3 kali dengan interval ± 3 jam
dengan durasi 5 menit setiap kejang.
Kejang berulang Setelah kejang pasien tidak sadar.

2 Mei 2020 (Masuk RS) Semalam SMRS

Aktivitas berkurang, banyak rebahan di


tempat tidur dan tidak berselera makan. Demam tinggi, mengeluh pusing

7 hari SMRS 2 hari SMRS


Riwayat Penyakit Dahulu

 Pernah dirawat inap 2 kali:


 Usia 3 bulan: sesak dan mengi
 Usia 6 bulan: kejang demam

 Usia 1 tahun: BB 7,9 kg → NORMAL (lebih mungil dibanding kakak)

 2 bulan lalu: dirawat oleh pengasuh yang terdiagnosis TB


Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluhan serupa : disangkal

 Riwayat kejang : disangkal

 Riwayat asma : (+), ayah pasien

Riwayat Pengobatan

 Ke puskesmas → mendapat resep vitamin dan antibiotika → tidak diminum


Riwayat Imunisasi

 Usia 0 bulan : Hepatitis B (-)

 Usia 1 bulan : BCG (+)

 Usia 2 bulan : DPT, HB, Hib (+), Polio (+), PCV (-)

 Usia 3 bulan : DPT, HB, Hib (+), Polio (+), PCV (-)

 Usia 4 bulan : DPT, HB, Hib (-), Polio (-), PCV (-)

 Usia 9 bulan : Campak (-)

 Usia 15 bulan : MMR (-)


Riwayat Asupan Nutrisi

 Sejak sakit : tidak berselera makan

 Sebelum sakit
 Sejak lahir – 4 bulan : ASI eksklusif
 Usia 5 bulan : ASI dan MPASI komersil
 Saat ini : ASI dan menu keluarga 2-3 kali/hari
(porsi ½ - ¾ mangkuk)
Riwayat Lingkungan dan Sosial

 Tinggal bersama ayah, ibu, dan 2 kakak.

 Ayah dan ibu bekerja di kantor.

 Sehari-hari dirawat oleh pengasuh yang terdiagnosis TB 2 bulan lalu.

 Sekarang dititipkan di day care.


Riwayat Perinatal

 Anak ke 3 dari 3 bersaudara

 Lahir cukup bulan, persalinan spontan pervaginam ditolong bidan di


puskemas

 BBL: 3000 gram

 PBL: 50 cm

 Apgar Score: 8-10


Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

 Riwayat pertumbuhan :
 Usia 1 tahun : BB → 7,9 kg → NORMAL

 Riwayat perkembangan
 Usia 4 bulan : Berguling
 Usia 6 bulan : Merangkak
 Usia 8 bulan : Duduk
 Usia 9 bulan : Berdiri
 Usia 11 bulan : Berjalan sendiri
 Saat ini : memanggil “yaya”, “bubu”, dan menunjuk anggota
tubuhnya saat ditanya
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Mei 2020 pukul 11.30 WIB.

 Keadaan umum : sakit berat, membuka mata dengan rangsang


nyeri, tidak merespons instruksi saat diperiksa, suara
hanya berupa erangan (GCS < 8)

 Tanda Vital
 Frekuensi nadi : 120 x/menit, reguler, isi cukup
 Frekuensi pernapasan : 28 x/menit
 Suhu tubuh : 38,6C (aksiler)
Pemeriksaan Fisik

 Antropometri
 Berat badan : 7,4 kg
 Tinggi badan : 71 cm
 Lingkar kepala : 43 cm

 Interpretasi berdasarkan kurva WHO (z-scores) untuk anak usia 0-2 tahun:
 BB/U : Gizi kurang (di bawah -2 SD)
 TB/U : Perawakan sangat pendek atau kerdil (di bawah -3 SD)
 BB/ TB : Normal (di bawah -1 SD)
 LK/U : Normal (di bawah -2 SD)
Kurva WHO BB/U = < -2 SD → Gizi Kurang
Kurva WHO TB/U = < -3 SD → Perawakan sangat pendek atau kerdil
Kurva WHO BB/TB = < -1 SD → Normal
Kurva WHO LK/U = < -2 SD → Normal
Status Lokalis

 Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam
terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut. Kelainan kulit kepala (-)

 Mata : Edema palpebra(-/-), konjungtiva anemis(+/+), sklera ikterik(-/-),


pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+).

 Telinga : Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikel (-), liang
telinga lapang, serumen (-/-), sekret (-/-), membran timpani intak.

 Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret (-/-), mukosa
hidung tidak hiperemis, nafas cuping hidung (-).
Status Lokalis

 Mulut : Perioral sianosis (-), gusi berdarah (-), karies (-), mukosa mulut
tidak hiperemis, lidah kotor (-), atrofi papil lidah (-), lesi rongga mulut (-), tonsil
(T1/T1), tonsil hiperemis (-), detritus (-/-), mukosa faring tidak hiperemis.

 Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB (+) di regio servikal dan


subklavikuler, pembesaran tiroid dan paratiroid (-/-).
Status Lokalis

 Paru
 Inspeksi : Bentuk dada simetris saat diam dan
pergerakan, retraksi subkostal, interkostal, dan
supraklavikular (-/-).
 Palpasi : Nyeri tekan (-), benjolan (-), stem fremitus
kanan-kiri dan depan-belakang sama kuat.
 Perkusi : Redup, batas jantung normal.
 Auskultasi: BJ I & II dalam batas normal.
Status Lokalis

 Jantung
 Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak.
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V MCL sinistra.
 Perkusi :Redup, batas jantung normal.
 Auskultasi : BJ I & II dalam batas normal.
Status Lokalis

 Abdomen
 Inspeksi : Tampak datar.
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-),
hepar-lien tidak teraba membesar.
 Perkusi : Timpani.
 Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Status Lokalis

 Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), petekie (-), turgor kulit baik.

 Ekstremitas : Deformitas (-), edema (-), akral teraba hangat, CRT < 2
detik, pulsasi nadi dan perifer baik dan sama kuat.

 Anus dan Genitalia : Bentuk normal, tidak tampak kelainan dari luar.

 Tulang belakang : Gibbus (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)
Status Lokalis

 Neurologis
 Rangsangan Meningeal : Kaku kuduk (+), Brudzinsky (+), Kernig (+).
 Pemeriksaan Nervi Cranialis : Sulit dievaluasi.
 Sistem Sensorik : Sulit dievaluasi.
 Sistem Motorik
 Pergerakan : Terbatas.
lengan kanan/kiri 𝟑/𝟒
 Kekuatan otot : =
tungkai kanan/kiri 𝟑/𝟒
 Tonus otot : Meningkat.
Status Lokalis

 Neurologis
 Refleks fisiologis : (+) di keempat ekstremitas.
 Refleks patologis
 Babinski (+/+).
 Klonus (+/+).
 Chaddock (-/-).
 Gordon (-/-).
Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Nilai normal
Haemoglobin 8,8 g/dL 11.5 - 13.0 g/dL
Hematokrit 36% 34.0 - 39.0%
Leukosit 25.300/mm3 5500 - 15.000/mm3
Basofil 0% 0 - 1%
Eosinofil 2% 0 - 3%
Neutrofil Batang 2% 5 - 11%
Neutrofil Segmen 65% 23 - 45%
Limfosit 20% 35 - 65%
Monosit 11% 3-6%
Trombosit 562.000/μL 250.000 - 550.000/μL
MCV 71,1 fL 75 - 87 fL
MCH 21 pg 24 - 30 pg
MCHC 30 g/dL 31-37 g/dL
Retikulosit 2,9% 0.5-1.5%
LED 120 mm/jam < 10 mm/jam
Na 144 mEq/L 135 - 145 mEq/L
Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Nilai normal
Transudat Kekuningan Jernih
Berat Jenis 1,001 1,003 - 1,008
pH 8,0 7,32 - 7,35
Sedimen (-) (-)
Leukosit 250 sel/μL 5-10 sel/μL
PMN 81% 0,15 - 0,5
Nonne (-) (-)
Pandy (+) (-)
Protein 100 mg/dL < 30 mg/dL
Glukosa 37 mg/dL > 40 mg/dL
Pemeriksaan Penunjang

 Foto toraks:

Pembengkakan limfonodus hilus kiri, dengan corakkan


bronkovaskuler meningkat.
Resume
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 15 bulan dengan keluhan kejang berulang.

 Dari hasil anamnesis didapatkan:


 semalam SMRS → kejang fokal di lengan dan tungkai kanan, frekuensi 3 kali dengan interval ±
3 jam durasi 5 menit setiap kejang. Setelah kejang tidak sadar.
 2 hari SMRS → demam tinggi, pasien mengeluh pusing.
 7 hari SMRS → aktivitas berkurang, lebih banyak rebahan di tempat tidur dan tidak berselera
makan.
 Pasien pernah dirawat inap di rumah sakit 2 kali:
 Pertama: usia 3 bulan → sesak napas dan mengi,
 Kedua: usia 6 bulan → kejang demam.
 Usia 1 tahun → BB 7,9 kg (postur tubuh tergolong mungil dibanding kedua kakak)
 Sempat dirawat oleh pengasuh yang baru terdiagnosis TB 2 bulan yang lalu.
 Tidak ada riwayat keluhan serupa dalam keluarga, ayah pasien mengidap asma berulang.
 Telah berobat ke puskesmas dan mendapat resep vitamin dan antibiotika tidak diminum.
Resume
 Dari pemeriksaan fisik didapatkan:
 tampak sakit berat, hanya membuka mata dengan rangsang nyeri, tidak merespons instruksi
saat diperiksa, suara hanya berupa erangan (GCS < 8).
 Pasien demam suhu 38,6C.
 Pada pemeriksaan status lokalis: konjungtiva anemis dan pembesaran KGB di regio servikal
dan subklavikuler, kaku kuduk (+), brudzinsky (+), kernig (+), pergerakan pasien terbatas
kekuatan otot lengan 3/4 dan tungkai 3/4, tonus otot meningkat, babinski (+/+), dan klonus
(+/+).

 Dari pemeriksaan penunjang:


 Uji hematologi: anemia mikrositik hipokrom, leukositosis, neutrofil right shift, limfopenia,
monositosis, trombositosis, retikulositosis, dan peningkatan LED.
 Pemeriksaan analisis LCS: transudat kekuningan, berat jenis rendah, pH basa, leukositosis,
peningkatan PMN, pandy (+), peningkatan protein, dan penurunan glukosa.
 Pemeriksaan foto toraks: pembengkakan limfonodus hilus kiri, dengan corakkan
bronkovaskuler meningkat.
Diagnosa

 Meningitis e.c suspek bakterial

 Anemia mikrositik hipokrom

Diagnosa Banding
 Meningitis e.c suspek Tuberkulosis
Rencana Diagnostik

 Pewarnaan gram cairan serebrospinal

 Kultur cairan serebrospinal

 Pemeriksaan PCR

 Uji tuberkulin
Tatalaksana Medikamentosa

 Cefotaxime 370 mg IV 4x sehari selama 10-14 hari

 Dekasmetason 1.11 mg IV 4x sehari selama 4 hari (diberikan 15-30 menit


sebelum pemberian antibiotik )

 Diazepam 3.7 mg IV (bila kejang)

 Paracetamol drops 0.8 ml 3x sehari (bila demam)


Prognosis

 Ad Vitam : Dubia ad bonam

 Ad Functionam : Dubia ad bonam

 Ad Sanationam : Dubia ad bonam


Tinjauan Pustaka
Meningitis
Definisi dan Epidemiologi

 Meningitis: peradangan selaput otak (meningen) dan medulla spinalis.

 Epidemiologi:
 Angka kejadian di dunia: 1,2 juta kasus/tahun
 Sering pada tempat ramai: penitipan anak atau day care
 Usia < 1 tahun (terutama < 2 bulan)
 ♂>♀
Etiologi

 Bakteri

 Virus: herpes simplex virus (HSV), Epstein-Barr virus (EBV), cytomegalovirus


(CMV), lymphotic choriomeningitis virus (LCMV), virus mumps, dan human
immunodeficiency virus (HIC)

 Jamur: Cryptococcus, Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides, dan Candida.


Etiologi
Usia Bakteri yang sering Bakteri yang jarang
Neonatus Streptococcus group B Listeria monocytogenes
Escherichia coli Enterococcus faecalis

Bakteri enterik basil gram negatif lainnya Neisseria meningitidis


Streptococcus pneumoniae
Streptococcus lainnya
Citrobacter
Salmonella
Pseudomonas aeruginosa
Haemophilus influenzae

Staphylococcus aureus (NICU)


Listeria monocytogenes

> 1-3 bulan Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis


Bakteri basil gram negatif
Streptococcus group B
> 3 bulan Streptococcus pneumoniae Bakteri basil gram negatif
Neisseria meningitidis Streptococcus group B
Faktor Risiko

Faktor Host
Anak:
♂ > ♀, BBLR, prematur, def IgM dan IgA,
keganasan, penggunaan obat (AB,
imunosupresan), malnutrisi
Ibu:
KPD, partus lama, infeksi akhir kehamilan

Mikroorganisme
Berkaitan dengan usia pasien (tabel etiologi)
Patogenesis
Hematogen: bakteri melekat pada sel epitel mukosa nasofaring
(kolonisasi) → menembus mukosa → memperbanyak diri dalam aliran
darah → masuk ke CSS → memperbanyak diri dalam CSS →
peradangan pada meningen

Perkontinuitatum: perluasan infeksi dari tempat lain

Implantasi langsung: oleh trauma kepala terbuka,


tindakan bedah otak, pungsi lumbal, dan mielokel.

Pada neonatus: transplasental dan aspirasi cairan amnion


Manifestasi Klinis

 Usia 0-28 hari (neonatus):


 Tampak lemah dan malas
 Tidak mau minum
 Muntah
 Penurunan kesadaran
 Ubun-ubun besar tegang dan membonjol
 Pernapasan ireguler
 Leher lemas
 Ikterus jika terdapat sepsis
Manifestasi Klinis

 Usia 3 bulan-24 bulan:


 Demam
 Muntah
 Gelisah
 Kejang berulang
 High pitched cry
 Ubun-ubun besar tegang dan membonjol
Manifestasi Klinis

 Anak yang lebih besar:


 Demam
 Menggigil
 Muntah
 Nyeri kepala
 Kejang, gelisah, gangguan tingkah laku (gejala pertama)
 Penurunan kesadaran seperti delirium, stupor, dan koma
 Kaku kuduk (+), Brudzinski (+), dan Kernig (+)
 Fotofobia dan hiperestesia
 Postur rigid
 Kelainan N. IV, N.VI, N. VII
 Hemiparesis
Diagnosis

 Anamnesis
 Didahului infeksi saluran napas atas atau saluran cerna ditandai oleh
demam, batuk, pilek, diare, dan muntah
 Gejala secara umum: demam, nyeri kepala, penurunan kesadaran, letargi,
malaise, kejang, dan muntah.
 Bayi: demam, iritabel, letargi, tidak mau minum, dan high pitched cry.
Diagnosis

 Pemeriksaan Fisik
 Penurunan kesadaran atau iritabilitas
 Ubun-ubun besar yang membonjol, kaku kuduk, dan tanda rangsang
meningeal lain (Brudzinski dan Kernig), kejang, dan defisit fokal neurologis.
 Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (pupil anisokor, spastik,
paralisis ekstremitas atau tubuh, dan pernapasan yang tidak teratur)
 Mencari tanda infeksi di tempat lain
Diagnosis

 Pemeriksaan Penunjang
 Darah perifer lengkap dan kultur darah
 Pemeriksaan gula darah dan elektrolit
 Pungsi lumbal, Kultur dan uji resistensi bakteri pada CSS
 Perwarnaan gram, counterimmunoelectrophoresis, dan limulus lysate
 Pemeriksaan PCR
 Pemeriksaan CT scan kontras atau MRI kepala
 Pemeriksaan EEG dapat ditemukan perlambatan umum.
Protein Glukosa
Hasil LCS Tekanan (cm H20) Leukosit (sel/μL) (mg/dL) (mg/dL) Keterangan
<5; 60-70% limfosit, Leukosit 10-20 sel
30-40% monosit, 1-3% >50% dari dapat normal pada
Normal 10-20 neutrofil 20-45 glukosa serum neonatus
Organisme dapat
> 100; dapat mencapai <40 atau < 40% ditemukan pada
ribuan; predominan dari glukosa pewarnaan gram dan
Meningitis Bakterial Meningkat (> 25) PMN 100-500 serum kultur
1-10.000; PMN namun Organisme dapat
Meningitis Bakterial dapat berubah menjadi ditemukan / tidak
yang telah diobati Normal atau MN jika telah diobati Menurun atau namun bakteri dapat
sebagian meningkat dalam jangka panjang >100 normal terdeteksi oleh PCR
10-500; awalnya PMN <50; akan Bakteri tahan asam
Meningitis kemudian predominan menurun jika dapat ditemukan pada
tuberkulosa Meningkat limfosit dan monosit 100-500 tidak diobati kultur atau PCR.
Normal; dapat
10-1000; awalnya PMN menurun
Meningitis Viral atau Normal atau sedikit kemudian predominan sampai 40 pada Virus dapat terdeteksi
Meningo-encephalitis meningkat MN <50 infeksi mumps oleh PCR
Ragi yang mulai
tumbuh dapat
10-500 awalnya MN <50; akan ditemukan; organisme
kemudian predominan menurun jika dapat ditemukan pada
Meningitis Fungal Meningkat PMN 20-500 tidak diobati kultur;
Hasil LCS Meningitis Bakterial

 Cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+) dan Pandy


(+)/(++)
 Jumlah sel 100-10.000/mm3 (predominan PMN)
 Protein 200-500 mg/dL
 Glukosa <40 mg/dL
 Pewarnaan gram dan biakan (+)
Diagnosis Banding

 Ensefalitis

 Trauma dan perdarahan kepala

 Edema otak

 Infark serebral
Tatalaksana Farmakologis
 Antibiotik
 Neonatus: 21 hari
 Bayi dan anak: 10-14 hari
Meningitis pada anak usia 1-3 Meningitis pada anak usia > 3
Meningitis pada neonatus
bulan bulan
Ampicillin 200-400 mg/kgBB/x IV Ampicillin 200-400 mg/kgBB/x IV
setiap 6 jam setiap 6 jam Cefotaxime 200-300
mg/kgBB/x IV setiap 6 jam
DAN DAN ATAU
Gentamisin 2,5 mg/kgBB/x IV
setiap 12 jam untuk anak usia 0-7 Cefotaxime 200-300 mg/kgBB Cerftiaxone 100 mg/kgBB
hari; setiap 8 jam untuk anak usia setiap 6-8 jam setiap 12 jam
>7 hari
ATAU ATAU ATAU
Cefotaxime 100 mg/kgBB IV Cerftiaxone 100 mg/kgBB setiap Ampicillin 200-400 mg/kgBB/x
setiap 8 jam 12 jam IV setiap 6 jam
Jika suspek infeksi virus
Jika suspek infeksi virus herpes: Jika suspek infeksi virus herpes:
herpes:
Acyclovir 20 mg/kgBB IV setiap 8 Acyclovir 20 mg/kgBB IV setiap 8
Acyclovir 20 mg/kgBB IV
jam jam
setiap 8 jam
Tatalaksana Farmakologis

 Kortikosteroid
 Deksametason 0,6 mg/kgBB/x IV setiap 6 jam selama 4 hari. Diberikan 15-30 menit
sebelum pemberian antibiotik.

 Anitkovulsan (Jika terdapat status kovulsivus):


 Diazepam 0,2-0,5 mg/kgBB IV
 Kejang belum berhenti → ulang dosis yang sama
 Kejang berhenti → Fenobarbital 10-20mg/kgBB IM dan dosis rumat 4-
5mg/kgBB/hari IM 24 jam kemudian
 Kejang masih belum berhenti → Fenitoin 10-20 mg/kgBB IV. 12-24 jam kemudian
5 mg/kgBB/hari.
Tatalaksana & Pemantauan
 Terapi bedah tidak diperlukan kecuali: empiema subdural, abses otak, dan
hidrosefalus.

 Evaluasi tanda vital dan neurologis secara teratur.

 Lingkar kepala dimonitor setiap hari pada anak dengan UUB masih terbuka (<18
bulan).

 Kontrol peningkatan tekanan intrakranial, kejang, demam, dan syndrome


inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)..

 Pemantauan gangguan pendengaran → dilakukan uji fungsi pendengaran.

 Pemantauan gejala sisa lain: retardasi mental, epilepsi, kebutaan, spastisitas, dan
hidrosefalus.
Komplikasi

 Ventrikulitis

 Efusi Subdural

 Gangguan cairan dan elektrolit

 Tuli
Prognosis

 Semakin muda usia pasien → prognosis buruk

 Angka mortalitas bayi baru lahir tinggi

 Pengobatan kurang adekuat → morbitias atau kecacatan permanen

 Infeksi Haemophilus influenzae, pneumokok, meningokok lebih baik


prognosisnya dibandingkan infeksi bakteri gram negatif.
Pencegahan

 Vaksinasi Hib dan PCV → mencegah meningitis bakterial oleh Haemophilus


infuenzae dan Streptococcus pneumoniae.
Tinjauan Pustaka
Meningitis Tuberkulosis
Definisi & Epidemiologi

 Meningitis tuberkulosa: infeksi pada meningen oleh Mycobacterium


tuberculosis.
 Jaringan otak ikut terinfeksi → mengingoensefalitis tuberkulosis.

 Epidemiologi:
 Anak usia 5 tahun pertama (usia 6 bulan - 2 tahun)
Diagnosis

 Anamnesis
 Riwayat demam lama atau kronis biasanya > 7 hari.
 Kejang, deskripsi kejang (jenis, lama, frekuensi, interval) kesadaran setelah
kejang.
 Penurunan kesadaran.
 Penurunan berat badan, anoreksia, muntah, batuk, dan pilek.
 Riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis dewasa.
 Riwayat imunisasi BCG.
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
 Stadium I
 Pasien apatis, iritabel, nyeri kepala, demam, malaise, anoreksia, mual
dan muntah, belum tampak kelainan neurologis.
 Stadium II
 Pasien mengantuk, disorientasi, tanda rangsang meningeal (+), kejang,
defisit neurologis fokal, paresis nervus kranial, dan gerakan involunter
 Stadium III
 Pasien koma, tanda peningkatan tekanan intrakranial, pupil terfiksasi,
pernapasan ireguler, peningkatan suhu tubuh, dan ekstremitas spastis.
Diagnosis

 Pemeriksaan Penunjang
 Darah perifer lengkap, laju endap darah, dan gula darah. Leukosit darah tepi
sekitar 10.000-20.000 sel/mm3, terdapat hiponatremia dan hipokloremia karena
sekresi antidiuretik hormon yang tidak adekuat.
 Pungsi lumbal:
 LCS jernih, cloudy, xantokrom.
 Jumlah sel 10-250 sel/mm3, hitung jenis predominan sel limfosit atau monosit
namun pada stadium awal dapat ditemukan PMN.
 Protein meningkat > 100 mg/dL.
 Glukosa menurun < 35 mg/dL.
Diagnosis

 Pemeriksaan Penunjang
 PCR, ELISA, dan Latex particle agglutination → kuman Mycobaterium pada CSS
 Pencitraan CT Scan/MRI kepala → lesi parenkim pada basal otak, infark,
tuberkuloma, dan hidrosefalus (dilakukan jika ada indikasi).
 Foto rontgen dada
 Uji tuberkulin
 EEG → gelombang irama dasar.
Diagnosis Banding

 Meningitis bakterial

 Meningitis viral

 Ensefalitis

 Lesi yang menempati ruang intrakranial

 Sepsis
Tatalaksana Farmakologis

 Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


 4 macam obat selama 2 bulan kemudian dilanjutkan INH dan Rifampisin selama 10
bulan.
 Dosis OAT:
 Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, doksis maksimal 30 mg/hari.
 Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari.
 Pirazinamid 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari
 Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari atau Streptomisin IM
20-30 mg/kg/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari.
Tatalaksana Farmakologis
 Kortikosteroid
 Prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 6-8 minggu.
 Jika ditemukan peningkatan tekanan intrakranial:
 Deksametason 0,3-0,5 mg/kgBB/hari.

Tatalaksana Non Farmakologis


 Bedah
 Tindakan bedah VP-shunt direkomendasikan pada hidrosefalus obstruktif
Pemantauan

 Darah tepi dan fungsi hati setiap 3-6 bulan: mendeteksi komplikasi OAT.

 Pemantauan gejala sisa: gangguan penglihatan, gangguan pendengaran,


palsi serebral, epilepsi, retardasi mental, dan gangguan perilaku.

Pencegahan
 Pemberian vaskin BCG

Anda mungkin juga menyukai