Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL DISKUSI TUTORIAL

BLOK 1
SKENARIO 1DOKTER TIDAK DI TEMPAT, PASIEN
TERLAMBAT BEROBAT

TUTOR: dr. ALDITRA


MODERATOR: FARID FAHRUDDIN

DISUSUN OLEH :

SRI BAYANIAMRI FAJARIYANTI H2A015056


ISNA ZALWA NOOR FAJRI H2A015057
ARYUMA KHAIRUN NISA H2A015058
RADHITA IHSA CAHYANINGRATRI H2A015059
PUTRI ANUGERAH MEISARI H2A015060
FARID FAHRUDDIN H2A015061
ALMA AULIA H2A015062
CANDRA MEILYANA PUSPITA SARI H2A015063
IVANDI ANUGRAH ANGGARA PUTRA H2A015064
ARLIAN PERMATA RAHMEIRA H2A015065

Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Semarang

2015/2016
SKENARIO 1

DOKTER TIDAK DI TEMPAT, PASIEN TERLAMBAT BEROBAT

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun datang diantar ke Puskesmas oleh


Ibunya karena ingin kontrol setelah 3 hari yang lalu dikhitan, sesampainya di
Puskesmas ternyata dokter baru saja menghadiri Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD) di balai keluharan. Pasien akhirnya memutuskan pulang karena dokter
tidak di tempat dan berencana kembali kontrol setelah 2 hari lagi.Pasien itupun
berhasil bertemu dokter 2 hari kemudian.Namun dari hasil kontrol, pembalut
sangat lengket sehingga pasien merasa kesakitan saat dilepas perbannya.Dokter
menyalahkan pasien mengapa terlambat kontrol kedirinya tepat waktu. Ayah
pasien menjadi kecewa dan mengutarakan keluhan kepada tetangga.

STEP 1 : KLARIFIKASI ISTILAH

1. Puskesmas : Pusat kesehatan masyarakat ; Poliklinik di tingkat


kecamatan tempat rakyat menerima pelayanan kesehatan dan penyuluhan
mengenai keluarga berencana [1]
a. Pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat di tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
b. Organisasi kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif dalam masyarakat
dalam menggunakan hasil pengembangan IPTEK yang pengelolaannya
dibawah dinas kesehatan.
2. Khitan : berpotong kulup ; sunat [1]
a. Pemotongan semua atau sebagian praeputium penis pria yang
bertujuan untuk tidak terhimpunnya kotoran di alat kelamin.
3. Kontrol : pengawasan ; pemeriksaan ; pengendalian [1]
a. Standar perbandingan untuk menilai hasil eksperimen.
4. Pasien : orang sakit atau orang yang dirawat oleh dokter [1]
a. Orang yang sedang menjalani pengobatan atau dalam perawatan medis
untuk kesembuhan penyakitnya.
5. Pembalut : sesuatu yang dipakai untuk membalut. [1]
a. sesuatu yang digunakan untuk membungkus luka.
6. Dokter : lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal
penyakit dan pengobatanya. [1]
7. Perban : kain pembalut luka. [1]
8. Keluhan : keluh kesah ; ungkapan yang keluar karna perasaan susah
(karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan, dsb) [1]
9. MMD : musyawarah yang dihadiri perwakilan masyarakat untuk
membahas masalah-masalah desa serta merencanakan penanggulangannya
Pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil survei mawas diri
dan merencanakan penanggulangan masalahnya.

STEP II : IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bolehkah dokter meninggalkan tempat praktik pada saat jam kerja ?


2. Bagaimana cara dokter mengembalikan kepercayaan masyarakat ?
3. Apa hak dan kewajiban pasien ?
4. Bagaimana tanggung jawab dokter terhadap pasien dalam kasus ini ?
5. Bolehkah dokter menyalahkan pasien ?

STEP III : ANALISIS MASALAH

1. Boleh, tetapi dengan aturan bahwa seorang dokter yang meninggalkan jam
tugasnya harus memiliki izin dan menunjuk dokter pengganti yang akan
menggantikan jam tugasnya dan dokter tersebut harus memiliki surat izin
praktik.
2. Cara dokter mengembalikan kepercayaan masyarakat adalah dengan
menjalin komunikasi efektif sehingga komunikasi antara dokter-pasien
dapat terjalin dengan baik
3. Hak dan Kewajiban Pasien
HAK PASIEN
Dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52 :
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
3. Mendapat pelayanan sesusai dengan kebutuhan medis
4. Menolak tindakan medis
5. Mendapatkan isi rekam medis

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 58 :


1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

KEWAJIBAN PASIEN

Dalam UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 53 :

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah


kesehatannya;
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

4. Dalam kasus ini, dokter tidak bertanggung jawab karena dokter


meninggalkan tempat praktik pada saat jam kerja dengan tidak
menyediakan dokter pengganti. Seharusnya dokter tetap memberikan
pelayanan yang baik dan optimal, dokter juga harus memberikan surat
rujukan apabila tidak dapat melayani pasien.
5. Seorang dokter tidak boleh menyalahkan pasiennya, karena hal tersebut
dapat menghambat komunikasi efektif antara dokter-pasien yang akan
mengakibatkan pasien tidak percaya dan tidak patuh terhadap nasihat
dokter.

STEP IV : SKEMA

PASIEN PUSKESMAS DOKTER

Hubungan Dokter-Pasien

Komunikasi Efektif
KEWAJIBAN HAK KEWAJIBAN HAK
- Hukum Kesehatan
- Kode Etik Kedokteran
Indonesia
- Pandangan Islam pada Kasus
- Aspek Sosiologis
- Profesionalisme Dokter

STEP V : SASARAN BELAJAR

1. Aspek Hak dan Kewajiban Pasien dan Dokter Menurut Hukum


2. Aspek Kode Etik Kedokteran Indonesia
3. Aspek Profesionalisme Dokter
4. Aspek Komunikasi Efektif Dokter-Pasien
5. Aspek Sosiologis Dokter-Pasien
6. Aspek Pandangan Agama Terhadap Kasus

STEP VI : BELAJAR MANDIRI

STEP VII : MENDISKUSIKAN HASIL BELAJAR

1. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN-DOKTER


HAK PASIEN
Dalam UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 52 :
1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3
2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
3. Mendapat pelayanan sesusai dengan kebutuhan medis
4. Menolak tindakan medis
5. Mendapatkan isi rekam medis

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 58 :


3. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.
4. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

Dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 :

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku


di Rumah Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yg bermutu sesuai dengan standar
prosedur dan standar prosedur opersional.
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
Hak-Hak Pasien (Lanjutan) :
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain (second opinion) yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik
didalam maupun di luar Rumah Sakit
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko komplikasi
yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang diderita-nya
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yg dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana, dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketenetuan peraturan perundang-undangan

KEWAJIBAN PASIEN

Dalam UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 53 :

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah


kesehatannya;
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

HAK DOKTER

Dalam UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 50 :

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas


sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
2. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional;
3. Memperoleh informasi yang iengkap dan jujur dan pasien atau
keluarganya; dan
4. Menerima imbahan jasa.

KEWAJIBAN DOKTER
Dalam UU No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 51:
1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan;
3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia;
4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila Ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya; dan
5. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.

2. KODEKI
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan
profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional
dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri .
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya
tahan psikis maupun sik, wajib memperoleh persetujuan pasien/
keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien
tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum
diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter waajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pel ayanan secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada
saat menangani pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter
atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya,
dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi
hidup makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan
keseluruhan aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif), baik sik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi sejati masyarakat.
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di
bidang kesehatan, bidang lain nya dan masyarakat, wajib salin g
menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh
keilmuan dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas
persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter
yang mempunyai keahlian untuk itu.
Pasal 15
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa
dapat berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam
beribadat dan atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud
tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan
mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan.
Pasal 19
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,
kecuali dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang
etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib sen an tiasa mengi kuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran/ kesehatan.

3. SIKAP PROFESIONALISME DOKTER (Silverman,1998)


a. Ketika dokter berhadapan dengan tugasnya ( dealing with task ) :
1) Mampu menyelesaikan tugasnya sesuai peran dan fungsinya.
2) Mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian
tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain ( dealing with
one-self )
3) Mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien.
4) Mampu bekerjasama dengan profesi kesehatan yang lain ( dealing
with others )
b. Ketika dokter menerima pasien :
1) Menyilahkan masuk dan mengucapkan salam
2) Memanggil atau menyapa pasien dengan namanya
3) Menciptakan suasana yang nyaman
4) Menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari
tampak lelah
5) Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas atau perannya ( apakah
dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan
gizi, konsultan tumbuh kembang, dll )
6) Menilai suasana hati lawan bicara
7) Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa
tubuh ) pasien
8) Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan
makna
9) Menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan
10) Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan
interupsi yang tidak perlu
11) Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka
dokter tetap menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang
12) Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau
pengambilan keputusan
13) Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua
belah pihak
14) Melakukan negoisasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan
kedua belah pihak
15) Membukakan pintu atau berdiri ketika pasien hendak pulang

4. KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN


Komunikasi dikatakan efektif jika informasi, pemikiran atau pesan yang
disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik sehingga
menciptakan kesamaan persepsi.
a. Manfaat Komunikasi Efektif :
1) Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis
dari dokter atau institusi pelayanan medis.
2) Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan
dasar hubungan dokter-pasien yang baik.
3) Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4) Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase
terminal dalam menghadapi penyakitnya.
b. Hambatan Dalam Komunikasi :
1) Menggurui, berkhotbah, "seharusnya ...
2) Menghakimi, mencela, menyalahkan
3) Memberikan cap atau stereotip
4) Mengalihkan percakapan
5) Menganalisa dengan cara menggurui
6) Berargumentasi
7) Memberikan nasihat.
8) Menghibur dan memberikan semangat umum/abstrak
9) Memuji tanpa dasar
10) Menyetujui

5. ASPEK SOSIOLOGIS DOKTER-PASIEN


Ditinjau dari segi sosiologis, seorang dokter harus memiliki kualifikasi
untuk menjadi dokter yang ideal di masyarakat, yang dikenal dengan 7
Stars Doctor (Rekomendasi oleh WHO dengan penyempurnaan dari
FKUI). 7 Stars Doctor adalah tujuh keahlian atau bisa dibilang kualifikasi
yang harus dicapai oleh seorang dokter yang ideal, antara lain :
1) Health Care Provider (Penyedia Pelayanan Kesehatan dan Perawatan)
Seorang dokter harus peduli pada pasien yang ditanganinya. Pasien
harus mendapatkan pelayanan yang layak agar proses kesembuhannya
optimal dan pasien bisa terbebas atau sembuh total dari sakitnya.
Sehingga seorang dokter harus bersedia untuk memberi pelayanan
kesehatan yang meliputi upaya pengobatan, pencegahan, perawatan
dan rehabilitasi semuanya dilakukan secara menyeluruh, berkelanjutan
dan terintegrasi.
2) Decision Maker (Pengambil Keputusan)
Selain peduli, seorang dokter yang baik haruslah bisa mengambil
keputusan dengan cepat. Tak hanya itu, keputusan yang ia ambil harus
tepat dan terbaik bagi pasien, bukan bagi dirinya. Terlebih jika sang
dokter dihadapkan dengan situasi yang genting, dimana waktu satu
detik pun sangat berharga. Tentu akan fatal akibatnya apabila seorang
dokter tidak bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat. Seorang
dokter dituntut untuk bisa berpikir dan bertindak cepat serta tepat
karena dokter bertanggung jawab terhadap nyawa seseorang terlebih di
situasi gawat darurat.
3) Communicator (Komunikasi yang Baik)
Hubungan dokter dan pasien telah disadari merupakan bagian penting
dalam aspek mutu pelayanan kesehatan. Komunikasi dokter dan pasien
telah terbukti membawa pengaruh pada kepatuhan pengobatan,
meningkatkan kepuasan pasien dan akhirnya akan membawa manfaat
bagi keluaran pengobatan. pengaruh latihan keahlian berkomunikasi
terhadap proses dan outcome perawatan yang berkaitan dengan distress
emosi pasien, adalah semakin baik keahlian dokter dalam
berkomunikasi berhubungan dengan penurunan distress emosional
pasien.
4) Community Leader (Pemimpin dalam Masyarakat)
Sebagai community leader dokter membantu mengambil keputusan
dalam ikhwal kemasyarakatan, yang paling utama adalah kesehatan
dan kedokteran keluarga, sebagai pemantau dan penelaah ikhwal
kesehatan. Pengaruh yang diberikan seorang dokter di masyarakat
secara tidak langsung menjadikan seorang dokter community leader di
wilayahnya. Secara umum, seorang dokter akan terjun langsung dalam
menyelesaikan masalah kesehatan. Keterlibatan langsung seorang
dokter di masyarakat ini memunculkan sosok pemimpin di masyarakat.
5) Manager (Pengelola Manajemen)
Kemampuan kelima yaitu kemampuan mengorganisasikan dan
mengelola yang mutlak harus dikuasai. Hal ini sangat penting
mengingat seorang dokter harus bisa mengatur dan mengkondisikan
keadaan sehingga terbentuklah suatu sistem yang efektif.
tidak ruwet.Misalnya, mengatur administrasi pasien, penebusan obat,
dll. Kelihatannya sepele, tapi bila tidak dilakukan akan menyulitkan
pekerjaan si dokter. Dalam menyelesaikan masalah kesehatan, seorang
dokter memerlukan keahlian dalam mengatur segala sesuatunya.
6) Researcher (Peneliti)
Dunia yang berkembang setiap waktu serta dinamis adalah tantangan
yang harus dihadapi oleh seorang dokter sebagai tenaga kesehatan.
Suka atau tidak suka, fakta menunjukan bahwa dari masa ke masa
semakin banyak muncul virus dan penyakit baru. Dengan demikian,
dokter dituntut untuk terus mengembangkan diri dan tidak stagnan.
Tentu bisa dibayangkan apabila tidak ada yang namanya penelitian.
Bahkan penyakit flu pun akan menjadi penyakit yang serius dan
mematikan. Ilmu kedokteran itu selalu berkembang dan up to
date karena yang namanya virus, bakteri, parasit penyebab penyakit itu
berkembang terus. Kalau tidak dilakukan penelitian dan tidak ada
dokter yang meneliti, mana mungkin ada obat baru.
7) Faith dan Piety (Iman dan Taqwa)
Sebagai seorang dokter muslim, kita memerlukan modal utama dalam
setiap aktivitas kita, yakni iman dan taqwa. Karakter ini tak boleh
lepas dan wajib menjadi target utama bagi kita, sebagai mahasiswa
muslim. Dengan iman yang kuat, serta atas dasar takwa kita kepada
Allah, segala hal yang nantinya akan kita lalui akan menjadi berkah
dan bernilai lebih mulia. Selain itu dengan iman dan taqwa kita bisa
terhindar dari sifat sombong, mencari keuntungan semata dari pasien,
rakus harta dan kehormatan dan yang lainnya. Sepanjang hidupnya,
dokter akan menjadi seorang pembelajar sejati life long learner-,
sehingga akan lebih baik jika segala sesuatu dilandaskan atas dasar
keimanan dan ketakwaan kepada Penciptanya.
6. ASPEK PANDANGAN AGAMA TERHADAP KASUS
a. Seorang dokter wajib memegang amanahnya
1) Surat Al-Anfal ayat 27

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati


Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui.

2) Surat An-Nisa ayat 58

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu


menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.

b. Seorang dokter wajib menunaikan kewajibannya, maka ia akan


mendapatkan haknya
1) Al-Araf ayat 42
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang
saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang
melainkan sekadar kesanggupannya mereka itulah penghuni surga;
mereka kekal didalamnya.

2) Hadits Rasulullah SAW


Dari Abdullah bin Masud r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda:
Akan terjadi sepeninggalanku sifat monopoli (mementingkan
dirinya sendiri) dan beberapa kemungkaran. Sahabat bertanya :
Bagaimana cara kita untuk menghadapinya, Ya Rasulullah? Nabi
menjawab : Tunaikanlah kewajibanmu danmintalah kepada Allah
untuk mendapatkan hakmu.

c. Seorang dokter tidak boleh pilih kasih


1) Surat An-Nisa ayat 36











(36)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.74 tahun 2014 tentang Puskesmas.

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

MKEKI (Mahkamah Kode Etik Kedokteran Indonesia) Pusat. 2012. Kode Etik
Kedokteran Indonesia. Jakarta

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Jakarta.

Wulandari, Ayu. 2012. Seven (7) Stars Doctor. Dalam


http://www.ayuwulandr.tumblr.com/seven-7-star-doctor. Diakses pada tanggal 30
September 2015

Hanafiah J.; Amir A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

Al- Quran Terjemahan

Power Point dr. Siti Amaliah, M.Kes : Komunikasi Efektif

Anda mungkin juga menyukai