Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM SCREENING TB PADA ANAK USIA SEKOLAH

DASAR MENGGUNAKAN SKORING


Kerjasama Klinik Pratama Rawat Jalan Tri Karya dengan SD Bandungan 4

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Program
Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu: dr. Sri Ratna Rahayu, M.Kes., PhD.

Oleh
Fildza Huwaina Fathnin
0613518039

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Program
TB salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering pada anak. Anak lebih
beresiko untuk menderita TB berat seperti TB milier dan meningitis TB sehingga
menyebabkan tingginya kesakitan dan kematian pada anak. Anak sangat rentan terinfeksi TB
terutama yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif. Anak dengan infeksi TB saat ini
menunjukkan sumber penyakit TB di masa depan. Beban kasus TB Anak di dunia tidak
diketahui karena kurangnya alat diagnostik yang “child-friendly” dan tidak adekuatnya sistem
pencatatan dan pelaporan kasus TB Anak. Diperkirakan banyak anak menderita TB yang tidak
mendapatkan penanganan yang benar. Lebih dari 1 juta kasus baru TB Anak setiap tahun. Pada
2010, terdapat 10 juta anak menjadi yatim piatu akibat orangtuanya meninggal karena TB
(Kemenkes, 2019).
Gejala TB pada anak tidak khas. Penurunan berat badan, lemah, letih. Lesu merupakan
gejala utama TB pada anak. Batuk pada anak jarang merupakan gejala utama TB pada anak.
Pada anak dengan gejala utama batuk dan atau anak dapat mengeluarkan dahak WAJIB
diperiksa dahak mikroskopis SPS. Apabila terbukti anak dengan BTA positif, maka anak
tersebut termasuk sumber penularan bagi lingkungan di sekitarnya. Anak <3 tahun dan dengan
malnutrisi atau kondisi immunosupresan memiliki resiko paling tinggi untuk menderita TB.
TB terutama menyerang paru, tapi 20-30% TB pada anak menyerang organ lain. Bayi dan
balita paling beresiko terkena TB berat seperti meningitis TB yang mampu menyebabkan buta,
tuli serta kelumpuhan (Apriliasari dkk, 2018).
Proporsi kasus TB Anak diantara semua kasus yang diobati di Indonesia dari 2007
sampai 2013 berkisar pada 7,9% sampai 12%. Angka ini masih berada pada batas normal
proporsi kasus TB anak diantara semua kasus. Proporsi kasus TB Anak diantara semua kasus
TB yang diobati sangat bervariasi pada level Provinsi, Kabupaten/Kota sampai Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (Fasyankes). Dari grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa provinsi
memiliki proporsi kasus TB anak <5% dan beberapa provinsi lain menunjukkan >15% Dari
data tersebut menunjukkan kecenderungan adanya overdiagnosis,
underdiagnosis maupun underreported kasus TB Anak
Kendala utama dalam tatalaksana TB pada anak adalah penegakan diagnosis. Kesulitan
menemukan kuman penyebab pada TB anak menyebabkan penegakan diagnosis TB pada anak
memerlukan kombinasi dari gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang yang relevan.
Diagnosis pada Anak tidak boleh hanya berdasarkan pada Foto Rontgen Dada. Pendekatan
diagnosis TB pada Anak menggunakan Sistem Skoring yang disusun Kementerian Kesehatan
bersama dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sistem Skoring TB Anak merupakan
pembobotan terhadap gejala, tanda klinis dan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di
Sarana Pelayanan Terbatas. Masing-masing gejala pada sistem skoring harus dilakukan analisis
untuk menentukan apakah termasuk dalam parameter sistem skoring (Bakhtiar, 2016).
2. Tujuan Program
Program ini bertujuan untuk mendeteksi TB secara dini pada anak.
3. Manfaat Program
Program ini diharapkan mampu mengurangi resiko penyebaran RB pada anak dan
memastikan terapi dilakukan tepat waktu, sesuai dengan kondisi anak.
BAB II
PERENCANAAN PROGRAM
1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia yang tersedia di KPRJ Tri Karya terdiri dari:
a. Dokter : 5 orang
b. Bidan : 7 orang
c. Perawat : 3 orang
d. Apoteker : 1 orang
e. TTK : 1 orang
f. Ahli Gizi : 1 orang
g. SKM : 2 orang
SDM yang dibutuhkan dalam program ini, terbagi berdasarkan bagian-bagian tertentu,
antara lain:
a. Pendataan anak : 2 orang SKM
b. Anamnesis dan TTV : 6 Bidan
c. Pemeriksaan dan Skoring : 5 Dokter dan 5 Perawat
d. Pembagian snack dan souvenir : 2 orang tanpa spesifikasi khusus (TTK dan
Bidan)
e. Penyuluhan pada orang tua selama kegiatan berlangsung : 2 orang bergantian
(Ahli Gizi dan Apoteker)
Terdapat kebutuhan SDM tambahan, yaitu 2 perawat. Dapat mengajukan
kepada Direktur untuk penambahan personel dalam program.
2. Sumber Dana dan Rencana Anggaran
Sumber Dana: KPRJ Klinik Trikarya
Rencana Anggaran
Komponen Jumlah Unit Biaya
Keskeretariatan (Presensi dsb) 6 x 10.000 60.000
Leaflet 100 x 1000 100.000
Snack 180 x 5000 900.000
Souvenir 180 x 2500 450.000
LCD Screen + Proyektor 1 x 50.000 50.000

TOTAL 1.560.000
3. Sarana dan Prasarana
a. Lokasi : Aula SD Bandungan 4
b. Perlengkapan Anamnesis, TTV dan Pemeriksaan:
- Tensimeter
- Termometer
- Stetoskop
- Dissposable masker
- Instrumen lembar skoring (lampiran 1)
- Bed pemeriksaan
c. Kursi tanpa meja sebanyak 180 x 2 kursi
d. Pembuatan bilik-bilik atau tabir untuk pemeriksaan (5 bilik)
e. Meja pendaftaran/presensi (2)
f. LCD Proyektor (1)
4. Sistematika dan Timeline Pelaksanaan Program
a. Program akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2019
b. Sistematika Pelaksanaan Program:
- Seluruh orang tua dan anak berkumpul di Aula sekolah
- Pembagian snack untuk menunggu antrian
- Dilakukan pemanggilan anak, tanda tangan pada lembar presensi
- Dilakukan anamnesis dan TTV pada anak, didampingi oleh orang tua
- Dilakukan pemeriksaan dan skoring oleh dokter, didampingi orang tua
- Penjelasan hasil pemeriksaan secara langsung pada tiap pasien
- Dilakukan penyuluhan selama kegiatan berlangsung
- Pemberian souvenir setelah pemeriksaan selesai
c. Timeline
Waktu Kegiatan
08.00 – 09.00 Persiapan
09.00 – 12.00 Pelaksanaan Kegiatan
12.00 Penutup
5. Tindak Lanjut
Dirujuk dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan obat
OAT apabila anak dinyatakan mengalami TB untuk mendapatkan tatalaksana
pengobatan TB.

• Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan klinis
sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor penyebab lain misalnya
kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi buruk, TB MDR maupun
kepatuhan berobat dari pasien. Apabila fasilitas memungkinkan, pasien dirujuk ke RS.
Yang dimaksud dengan perbaikan klinis adalah perbaikan gejala awal yang ditemukan
pada anak tersebut pada awal diagnosis.
• Anak dengan pembesaran kelenjar leher tidak selalu menderita TB Anak.
Pertimbangkan kemungkinan diagnosis yang lain misalnya infeksi leher, amandel,
dan keganasan. Pembesaran kelenjar leher yang mendukung gejala TB Anak bersifat
tidak nyeri, multiple, diameter lebih dari 1 cm.
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan fasilitas terbatas (misalnya tidak terdapat Uji
Tuberkulin, Rontgen Dada) diperbolehkan untuk mendiagnosis menggunakan Sistem
Skoring, apabila terdapat keraguan maka dokter agar merujuk pasien ke fasyankes
sekunder (RS, BKPM, BBKPM).
• Pemeriksaan tuberkulin dilakukan pada anak dengan gejala TB untuk melihat adanya
infeksi TB pada anak.
• Pemeriksaan tuberkulin menggunakan larutan Tuberkulin PPD RT 23 2TU
• Pemeriksaan tuberkulin dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit, BKPM dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
• Hasil pemeriksaan tuberkulin dapat diketahui setelah 48-72 jam sejak penyuntikan.
• Larutan Tuberkulin yang sudah dibuka dapat digunakan sampai 1 bulan dengan
memperhatikan cara penyimpanan, masa kadaluarsa, tindakan aseptik dan antiseptik
saat pengambilan. Catat tanggal penggunaan larutan tuberkulin untuk pertama
kalinya.
o Anak dengan hasil uji tuberkulin yang positif berarti anak tersebut terbukti
terinfeksi TB. Untuk membuktikan apakah anak sakit TB, dokter menggunakan
pendekatan sistem skoring.
o Pemeriksaan serologis tidak diperbolehkan untuk diagnosis TB Paru maupun TB
Ekstra Paru.
• Penyuntikan Tuberkulin disusun dalam jejaring Fasyankes dan Fasyankes Rujukan
Tuberkulin. Fasyankes Rujukan Tuberkulin dapat berupa Puskesmas, Rumah Sakit,
BKPM/BBKPM. Fasyankes Rujukan Tuberkulin menerima Rujukan dari Fasyankes
untuk menyuntik tuberkulin
BAB III
KESIMPULAN
Program Screening TB pada anak SD akan dilakukan pada bulan Agustus 2019, pukul
08.00 – 12.00 di Aula SD Bandungan 4. Kegiatan akan dilakukan didampingi oleh orang tua
anak. Tindak lanjut berupa rujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki obat
OAT atau pemeriksaan lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliasari, Rusli, Retno Hestiningsih, Martini, Ari Udiyono, 2018, Faktor yang berhubungan
dengan Kejadian TB Paru pada Anak, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 6, No 1.
Bakhtiar, 2016, Pendekatan Diagnosis Tuberkulosis pada ANak di Sarana Pelayanan
Kesehtana dengan Fasilitas Terbatas, Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Assiah
Kuala.
Kemenkes, 2019, TB Anak, tersedia pada: http://www.tbindonesia.or.id/page/view/20/tb-anak
diakses pada 28 Juni 2019.
Praseto, M Arif, Suryono, Alat Sistem Skoring Tuberkulosis Anak Diaplikasikan dengan
Menggunanakan IC ATmega 32.
WHO, 2014, Guidance for National Tuberculosis Programmes on the Management of
Tuberculosis in Children. 2nd edition. Geneva: World Health Organization; 2014. 3,
Diagnosis of TB in children. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK214442/
Lampiran 1. Lembar Skoring

Anda mungkin juga menyukai