Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINI-CEX

Seorang Anak usia 2 tahun dengan Kejang Demam Kompleks

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi DokterBagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak

Oleh:
Bioladwiko
30101206598

Pembimbing:
dr.Ariawan Setiadi, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUNAN KALIJAGA DEMAK
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Bioladwiko
NIM : 30101206598
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak
Judul : Seorang Anak usia 2 tahun dengan KDK

Demak, Desember 2016


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Sunan Kalijaga Kab. Demak

Pembimbing,

dr.Ariawan Setiadi, Sp. A


1. Pada keadaan seperti apa pemeriksaan perkusi tidak boleh dilakukan ?
1. Perkusi :
Dinding dada digetarkan, maka saluran nafas akan juga bergetar sehingga mukus
terlepas dan hal ini akan lebih efektif bila disertai dengan “Thoracic Expansion
Exercises”.
o Clapping :
Dengan tangan dalam posisi seperti mangkuk, lalu dengan cepat ditepukkan pada
dinding dada dengan gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan. Kulit ditutupi
pakaian / handuk supaya tidak luka.
o Gentle Clapping :
Merangsang batuk pada infant dan anak-anak.
o Tapping :
Dengan ujung jari-jari tangan (ke II / III) terutama untuk “small infant”.
2. Pada kelainan apa ictus cordis kuat angkat ?
3. Membedakan Bunyi jantung syastole dan dyastole ?
Auskultasi Jantung.
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dipakai disini adalah stetoskop
duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai bergantian. Corong pertama
berbentuk kerucut yang sangat baik untuk mendengarkan suara dengan frekuensi
tinggi, sedangkan corong yang kedua berbentuk lingkaran yang sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah. Pada auskultasi, selama beberapa pukulan
jantung harus diusahan untuk mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi I,
setelah ada kepastian barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan
diperhatikan 2 hal, Yaitu :
a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II

Bunyi Jantung I
Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang terjadi pada saat
kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole. Getaran yang terjadi tersebut
akan diproyeksikan pada dinding toraks yang kita dengar sebagai bunyi jantung I.
Intensitas dari BJ I tergantung dari :
- Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot bilik.
- Kecepatan naiknya desakan bilik
- Letak katub A – V pada waktu systole ventrikel
- Kondisi anatomis dari katub A – V

Daerah auskultasi untuk BJ I :


1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
2. Pada ruang interkostal IV – V kanan. Pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum, merupakan tempat yang baik pula
untuk mendengar katub mitral.

Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:


- stenosis mitral
- interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
- pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya [ada kerja
fisik, emosi, anemi, demam dll.

Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :


- shock hebat
- interval PR yang memanjang
- decompensasi hebat.

Bunyi jantung II Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a.
pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. BJ II
normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa muda akan
didengarkan BJ II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal. Pada orang dewasa
didapatkan BJ II aortal lebih keras daripada BJ II pulmonal. Intensitas BJ II aorta
akan bertambah pada :
- hipertensi
- arterisklerosis aorta yang sangat.

Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :


- kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis
mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital.

BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-sama dari katub aorta dan
pulmonal. terdengar jelas pada basis jantung. BJ I dan II akan melemah pada :
- orang yang gemuk
- emfisema paru-paru
- perikarditis eksudatif
- penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung.

4. Membedakan kejang ?

Kejang demam sederhana


Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Kejang demam kompleks


Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Penjelasan
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang
berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial satu sisi,
atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang adalah kejang 2
kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang
berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.

Epilepsi
5. Dosis asam valproat ?

Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (level 1) Berdasarkan bukti ilmiah bahwa
kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek
samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan
dalam jangka pendek (rekomendasi D).
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus.

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil proat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-
3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.

Lama pengobatan rumat


Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan. ( Buku ajar neurologi anak )

Anda mungkin juga menyukai