DOSEN PENGAMPU
Disusun Oleh :
TAHUN 2020
ada 6 faktor yang dapat menyebabkan stress, yaitu :
i. Faktor intrinsik : Lingkungan pekerjaan dalam kondisi kerja yang tanpa variasi dan tidak
nyaman akan menyebabkan gangguan kesehatan, beban kerja berlebihan, beban kerja yang sulit
dikerjakan dikarenakan ketidakcukupan ketrampilan dari pekerja.
ii. Peran dalam organisasi : Kurang penjelasan informasi mengenai tugas, kewajiban serta hak,
pekerja kurang memahami apa yang diharapkan dari pekerjaannya, ketidaknyamanan melakukan
pekerjaan karena tidak sesuai keinginan si pekerja.
iii. Pengembangan karir : Kurangnya rasa keamanan dari pekerjaannya, memasuki awal pensiun,
ketidakjelasan status, merasa frustasi dalam upaya mencapai puncak karir di perusahaan
iv. Struktur dan iklim organisasi : Struktur organisasi yang memungkinkan pekerja kehilangan
identitas dan kebebasan individu, aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang berdampak pada pekerja, aturan yang berlebihan.
v. Hubungan dalam organisasi : Hubungan yang tidak baik dengan atasan, bawahan maupun rekan
sekerja serta kurangnya dukungan sosial dari rekan sekerja
vi. Ketidak seimbangan antar kehidupan internal perusahaan dengan kehidupan diluar perusahaan.
Penyebab stres dalam pekerjaan dilihat dari sudut pandang yang lain ada 2 , yakni:
a. Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam perusahaan,
misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun
kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan.
b. Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe
kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri,
tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.
Secara fisiologi, situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua sistem
neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap
impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di
bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi
pupil.
Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan
norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu
zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis
selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal.
Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar
gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek
kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang
simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight.
Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam
memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan naik jumlahnya
dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis.
Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan
denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga
menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas.
Penatalaksanaan
Pencegahan
Untuk perorangan :
Untuk kelompok :
Kesimpulan
Stress dapat dialami oleh setiap orang dan dapat diakibatkan berbagai faktor. Dalam kasus
inipriatersbutmengalamistreskarenapekerjaannyadanditambaholehfaktor lain. Dampak yang terjadi
dapat mempengaruhi diri sendiri dan juga perusahaan. Perlu penaganan yang tepat baik untuk
individu dan pajanan