Anda di halaman 1dari 11

Hasil Survey Kelompok 2

PENDAHULUAN

1.Nama Perusahan : PT. Komatsu Indonesia

2.Alamat : Jalan Raya Cakung Cilincing KM. 4, RT.7/RW.2,

Sukapura, Cilincing, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta 14140, Indonesia

3.Berdiri pada : PT. Komatsu Indonesia berdiri sejak tahun 1983

4.Lingkungan sekitar perusahaan :

5. Jumlah karyawan : 1.500 pekerja

6.Bidang/jenis usaha : memproduksi unit alat berat.

produk alat berat nya seperti


hydraulic excavator ,bulldozer ,Dump truck

MATERI

A.OBSERVASI

1.Bahan baku

2.Hasil akhir

3.Diagram alur proses produksi :


4. Pajanan potensial di pabrik

 Pajanan Fisika : Kebisingan di tempat kerja 94 db,

Panas,

 Pajanan Kimia : Debu silika, Uap las


 Pajanan Biologi
 Pajanan Ergonomi
 Pajanan Psikologi :

Sumber Pajanan Psikologi di Tempat Kerja

1.Lingkungan kerja

a.Pajanan Fisika :

Kebisingan 94 db mempengaruhi psikologis seseorang (JURNAL KESEHATAN


MASYARAKAT (e-Journal), Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 Online di
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm ). Bising umumnya dapat merusak
telinga bagian tengah dan bagian dalam. Kehilangan pendengaran yang diakibatkan
oleh pemaparan kebisingan yang umumnya merusak sel-sel rambut pada telinga
bagian dalam yang kebanyakan merusak sel-sel syaraf pendengaran. Kerusakan sel-
sel syaraf pendengaran dapat juga menyebabkan gangguan fisiologis berupa
peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, kontruksi pembuluh darah parifer
terutama pada tangan dan kaki, serta gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah dan stres kerja, karena manusia
menginterprestasikan bunyi yang ditangkapnya pada proses terakhir pendengaran,
bila terjadi kerusakan penerimaan di pusat pendengaran di bagian otak oleh syaraf
pendengaran, manusia menginterprestasikan bunyi bising sebagai kondisi yang
mengancam.

b.Pajanan Psikologi
Landasan Teori

Masalah psikososial di tempat kerja mungkin sulit ditemukan dan salah satu
pendekatannya adalah mengumpulkan informasi yaitu dengan berbicara pada para
pekerja di lapangan selama kunjungan ke pabrik atau mempertimbangkan petunjuk
tidak langsung yang lain, seperti laju angka pergantian buruh, kesulitan yang
berhubungan dengan industri, pengendalian mutu yang kurang baik, atau absensi
karena sakit.1

Situasi dan kondisi tempat kerja juga merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap komitmen kerja, suasana kerja yang kooperatif, pimpinan
yang selalu memperhatikan karyawannya, merupakan dambaan bagi para karyawan
sehingga karyawan mengharapkan lingkungan kerja yang baik.

Lingkungan kerja yang buruk akan mempengaruhi karyawan, produktivitas


kerja menjadi turun karena ia merasa terganggu dalam pekerjaannya sehingga tidak
dapat mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaannya. Demikian pula
sebaliknya, apabila tuntutan terhadap lingkungan kerja terpenuhi dalam arti
lingkungan kerjanya baik dan teratur sesuai dengan yang diinginkan karyawan
maka reaksi karyawan tewujud dalam bentuk naiknya produktivitas kerja.

Stress Akibat Kerja

Beratnya beban kerja ternyata bukan sebab utama stres pada kebanyakan
pekerja. Kelelahan psikologis saat kerja bukan pula semata-mata karena olok-olok
antara pekerja atau karyawan. Penyebab stres kerja, menurut penelitian baru-baru
ini seperti dilansir MedicalDaily, lebih dikarenakan ketidakadilan di tempat kerja,
lingkungan kerja, dan atasan atau pimpinan yang terus-menerus tidak puas. Stress
akibat kerja atau stress kerja adalah respon fisik dan emosional yang berbahaya
yang timbul bila tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan atau
kebutuhan pekerja (NIOSH).2
Definisi lain menyatakan bahwa stress merupakan respon fisiologik, psikologik dan
perilaku dari seseorang untuk mencari penyesuaian terhadap tekanan internal dan
eksternal.3

Faktor-faktor penyebab timbulnya masalah stress kerja dapat dikelompokkan


menjadi :

- Lingkungan fisik,
- Organisasi,
- Cara organisasi ditangani,
- Peran dalam organisasi,
- Relasi dalam organisasi
- Pengembangan karir,
- Hubungan sosial dan personal,
- Peralatan dan kemampuan individu.2

Gejala stress akibat kerja dapat berupa:

1. Gejala Fisiologis berupa otot tegang, jantung berdebar, perut mual dan keringat
dingin.
2. Gejala Psikologis dapat berupa mudah marah, emosi melerdak-ledak, mudah
panik.
3. Gejala Psikosomatik bisa dalam bentuk gangguan otot dan tulang/
muskuloskeletal (nyeri otot, kram), gangguan sistem pernafasan (asma, spasme
bronchitis), gangguan pembuluh darah jantung/ kardiovaskuler (migraine,
hipertensi, stroke), gangguan kulit (eksim, psoriasis, dermatitis kronis, jerawat),
kelenjar endokrin (hipertiroid, diabetes, infertilitas), gangguan sistem saraf
(neurostenia), gangguan mata (glaukoma) gangguan pencernaan/ gastrointestinal
(gastritis/ radang lambung, peptic ulcer/tukak lambung, diare) dan gangguan
genitourinarial ( dismenorhea, gangguan haid).
4. Perilaku
Pencegahan Stres

Mengurangi stres secara Individual, yakni strategi yang dikembangkan secara


pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:

1. Dengan olahraga, diet dan cukup tidur, strategi ini meliputi olahraga,
memperhatikan diet dan nutrisi, tidur secara cukup, berlibur, dan sebagainya.
2. Mengubah perilaku dan reaksi kognitif yang bersangkutan terhadap stres
3. Mencari dukungan sosial, yang dapat berperan sebagai tameng dalam
menghadapi pengaruh stres. Dengan cara ini orang yang bersangkutan dapat
menceritakan persoalannya dan tidak tertutup kemungkinan orang tersebut akan
memberikan jalan keluar kepadanya.
4. Mengatur waktu (time management), dapat dilakukan dengan cara:
memprioritaskan aktivitas, mengalokasikan waktu secara realistis dan jangan
membiarkan pihak lain menginterfensi waktu kita agar kita sepenuhnya dapat
mengendalikan waktu kita.

Mengurangi stres secara Organisasional, cara yang biasa ditempuh oleh organisasi
untuk mengurangi intensitas stres pegawai antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan, penempatan serta pendidikan dan pelatihan pegawai


2. Mengadakan program kebugaran bagi pegawai
3. Mengadakan konsultasi bagi karyawan perusahaan
4. Mengadakan komunikasi organisasional secara memadai
5. Dengan memberikan kebebasan bagi pegawai untuk memberikan masukan
dalam proses pengambilan keputusan.
6. Dengan mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang
kembali pekerjaan yang ada (job redesign).
7. Dengan menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu.4
Penatalaksanaan
Dokter perusahaan seringkali sukar mendiagnosis atau menggambarkan dengan jelas
berkembangnya stres seorang individu di tempat kerja, karena gejala-gejala yang timbul
terutama mempengaruhi kondisi fisik, sehingga pada awalnya seringkali dipikirkan penyakit
penyakit organis sebagai penyebabnya. Misalnya gejala sakit kepala biasanya dipikirkan
sebagai akibat penyakit tekanan darah tinggi, napsu makan berlebihan akibat riwayat obesitas
dalam keluarga dan sakit pinggang akibat perkapuran tulang belakang atau akibat skoliosis.
Yang lebih menyulitkan, para pasien itu sendiri menolak untuk menghubungkan gejala-gejala
yang timbul sebagai akibat stres di tempat kerja. Perubahan perilaku di tempat kerja sehingga
seringkali orang-orang di sekitarnya mencemoohkan, biasanya tidak diceritakan oleh pasien.
Biasanya pasien menolak bila dikatakan perubahan perilakunya adalah kontraproduktif.
Pasien biasanya menuntut cepat sembuh sehingga seringkali mencari pengobatan yang
mudah dari gangguan yang dirasakannya dan mengharapkan dokternya membuat keajaiban
untuk menghilangkan gejala yang dideritanya. Selain itu karena stres dapat juga merupakan
bagian dari masalah di luar lingkungan pekerjaan, jadi masalah di belakang layar dalam
keluarga atau lingkungan sosial dapat bermanifestasi sebagai gejala-gejala stres di tempat
kerja, sehingga lebih mempersulit pengungkapan gejala-gejala penyakit ini. Jika seseorang
mempunyai gejala-gejala stres yang berkepanjangan sukar untuk dicari akar masalahnya atau
pencetus timbulnya gejala-gejala tersebut. Tetapi pertanyaann-pertanyaan yang berhubungan
dengan gejala-gejala dini (reaksi alarm) dapat menolong untuk mengidentifikasi akar
masalah tersebut. Misalnya; restrukturisasi yang baru terjadi di lingkungan tempat kerja,
kesulitan-kesulitan khusus terutama dalam hubungan interpersonal, saat timbulnya gejala
dalam hubungan terhadap stresor, deskripsi menyeluruh tentang tempat kerja serta
penyalahgunaan alkohol dan obat-obat terlarang. Bila pasien menemui dokter pada saat
gejala-gejala stres baru timbul, beberapa pertanyaan langsung pada akar masalah tersebut
dapat menolong untuk mengidentifikasi situasi-situasi pencetus stres. Pada saat ini nasehat
medis yang memadai dapat mengatasi masalah-masalah jangka pendek atau jangka panjang.
Untuk selajutnya pasien ini membutuhkan perhatian yang lebih besar dan membutuhkan
pemeriksaan selanjutnya, guna mencegah berkembangnya penyakit ini.
Anxiolitika, antidepresan dan ß-blocker dapat mengatasi gejala-gejala stres untuk jangka
pendek, tetapi tidak dapat dipakai untuk jangka panjang karena pasien tidak diobati pada akar
masalahnya, juga bahaya ketergantungan obat-obat tersebut serta depresi miokard akibat ß-
blocker perlu mendapat perhatian. Guna mendorong terjadinya perubahan perilaku kerja dan
persepsi terhadap respon-respon biologis, pasien dinasehatkan untuk datang diam-diam
secara reguler biasanya 1 jam dalam seminggu, untuk bimbingan dan konseling oleh dokter
perusahaan, terutama untuk kasus-kasus dengan akar masalah psikologis seperti kesulitan-
kesulitan interpersonal atau perilaku ketergantungan alkohol/obat-obat terlarang. Istilah
“konseling” harus dibedakan dengan “memberi nasehat”. Suatu nasehat terbatas pada satu
paket solusi yang diberikan pada pasien untuk mengatasi masalah, sedang seorang konselor
membantu pasien dengan memberikan sejumlah pilihan solusi untuk mengatasi masalahnya.
Konselor akan membantu menyeleksi solusi-solusi tersebut sampai pasien memperoleh
pilihan terbaik dan selanjutnya melaksanakannya dengan usaha-usaha pasien itu sendiri.
Penelitian oleh Walsh dkk pada tahun 2005 melaporkan bahwa bimbingan dan konseling
yang dilakukan dokter perusahaan pada karyawan kantor pos di Ingris berhasil mengurangi
cuti sakit dan secara bermakna dapat mengatasi gejala-gejala kecemasan, depresi dan dapat
meningkatkan harga diri. Pelatihan Manajemen Stres dapat dilaksanakan secara berkelompok
6 sampai 12 pekerja yang ada indikasi mempunyai gejala-gejala stres akibat kerja. Materi-
materi pelatihan yang perlu diajarkan seperti: teknik fisiologis untuk mengurangi serangan
stres misalnya teknik relaksasi, biofeedback, meditasi atau latihan pernafasan, teknik
psikologis dan kognitif pembentukan diri kembali, macam-macam keterampilan kerja
misalnya manajemen waktu, skala prioritas, keterampilan interpersonal misalnya pelatihan
berpidato, presentasi, tatacara mengikuti rapat, dan lain-lain. Pasien perlu dianjurkan untuk
menciptakan keseimbangan stres di tempat kerja, dengan demikian gaya hidup yang sehat
dan aktivitas relaksasi di tempat kerja sangat dibutuhkan. Beberapa teknik relaksasi di tempat
kerja dapat dianjurkan, seperti istirahat pendek tapi sering misalnya 5 menit setiap jam kerja
lebih berguna daripada istirahat panjang tapi jarang, sedikit latihan fisik secara reguler sangat
berguna pada pekerja komputer, olah pernafasan yang rutin bermanfaat untuk mencegah
serangan stres yang datangnya mendadak atau serangan panik. Gaya hidup yang sehat di luar
tempat kerja harus dianjurkan seperti: olah raga rutin, makanan sehat, berhenti merokok dan
minum alkohol, penyaluran hobi serta pasien dianjurkan memperbanyak berkomunikasi
dengan keluarga dan teman-temannya. Penatalaksanaan stres di tempat kerja secara
menyeluruh tidak hanya membutuhkan kooperasi dan partisipasi pasien tapi juga partisipasi
aktif organisasi tempat kerja, seperti: melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal
mungkin, menciptakan manajemen yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua arah antara
pekerja dan pimpinan, memberikan
tugas-tugas dan otoritas tugas yang jelas, memberikan target-target yang menantang tapi
mampu dicapai, jadwal kerja yang fleksibel tapi terencana, memberikan teguran pada pekerja
yang salah secara wajar, adil tanpa kekerasan.4

Hasil Pengamatan

Pajanan psikologi berhubungan dengan organisasi kerja, atasan dan rekan kerja.

Berdasarkan hasil Medical chek up tahun 2006 pada PT Komatsu, berdasarkan hasil
respon dari kuesioner terdapat angka yang meningkat yaitu :

 Ketidaknyamanan dengan lingkungan kerja


 Hubungan dengan atasan yang tidak terjalin dengan baik
 Pekerjaan tidak sesuai dengan kemampuan

(Sumber : berdasarkan infromasi dari dr.Iwan)

 Menurut dokter Endang di perusahaan ini juga diadakan beberapa kegiatan diluar
pekerjaan seperti, senam bersama yang dilakukan setiap hari jumat dan sabtu,
beberapa perlombaan yaitu lomba nyanyi (Komatsu Idol), lomba memancing.
 Perusahaan memberi kesempatan kepada pekerja dengan prestasi terbaik untuk
mengikuti lomba ke luar Negara.
 Adanya coffee break selama 10 menit pada jam tertentu, hal ini bertujuan
mengurangkan kelelahan pekerja terhadap kerja.
 Disediakan fasilitas sport center untuk pekerja bersukan dan bersosialisasi..
 Para pekerja harus mengisi kuesioner yang telah di validasi untuk mengukur tahap
stress pekerja. Hasil tes pada tahun 2016 didapatkan tingkat stress pada pekerja adalah
tinggi
 Perusahaan mengadakan Family Day para pekerja dan keluarga saling bersosialisasi
dan relaksasi
2.Beban Kerja

a.Bekerja dalam shift

Shift 1 = pkl 07:30-16:30

Shift 2 =pkl 21:30-03:10

b.Waktu Cofee break

waktu untuk coffee break hanya 10 menit dan dilakukan 2x/hari yaitu pada pukul
09:50-10:00 dan 14:50-15:00

c.Waktu istirahat

Pukul 11:50-12:30

Dengan beban kerja selama 7 jam sehari dengan waktu istirahat yang
cukup,ditambah dengan lingkungan kerja yang pajanan bisingnya 94 db yang
melebihi nilai ambang batas pada tempat kerja, tentu saja mempengaruhi kesehatan
pendengaran para pekerja dan dari kebisingan ini juga dapat mempengaruhi psikologi
para pekerja.

3.Individu

a.Status kesehatan individu : blm diketahui

b.Tipe kepribadian : tidak diketahui


5.Faktor resiko kesehatan pada pekerja

6.Lingkungan di dalam pabrik

B.PENGUKURAN

1.Hasil pengukuran : Hasil pengukuran kebisingan dengan

sound level meter terdapat bising 94 db

C.DATA SEKUNDER

(BLM DIKETAHUI/DIDAPAT)

Daftar Pustaka

1. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2009.h.15.
2. Kamal K, “Penerapan Kesehatan Kerja Praktis bagi Dokter dan Manajemen Perusahaan”,
hal. 71-78; Balai Penerbit FKUI, Januari 2011
3. Direktorat BinaKesja dan OR, “Gangguan Kesehatan Akibat Faktor Psikososial di
Tempat Kerja”, hal. 11-20; Kementerian Kesehatan RI, 2011
4. Harrianto R, “ Buku Ajar Kesehatan Kerja”, hal.267-278 ; EGC, 2013
No Bagian Psikologis

1 Seluruh Pabrik -

Assembly Plant Target pencapaian produk


2
Stress atau jenuh karena mengerjakan hal yang sama setiap hari

Target pencapaian produk

3 Fabrication Stress atau jenuh karena mengerjakan hal yang sama setiap hari.

Stress disebabkan lingkungan yang panas dan bising

Target pencapaian produk

4 Foundry 1 & 2 Stress atau jenuh karena mengerjakan hal yang sama setiap hari

Stress disebabkan lingkungan yang panas dan bising

5 Hydraulic plant

Anda mungkin juga menyukai