Anda di halaman 1dari 39

Stres Kerja

GUD 2018
STRESS

TEKANAN YANG
DIRASAKAN INDIVIDU
AKIBAT PENGARUH
LINGKUNGAN
STRESS

RESPON INDIVIDU TERHADAP KONDISI


LINGKUNGAN

 dapat berupa kekecewaan emosional,


penurunan performansi, atau perubahan
fisiologis seperti mengencangnya kulit
atau meningkatnya produksi hormon.
Stressor

 Kondisi lingkungan : kejutan listrik,


kebosanan, stimulus yang tak terkontrol,
kejadian keseharian yang bermakna,
kesibukan sehari-hari, kecukupan tidur.
 Dapat bersifat mayor (kematian orang
yang dicintai), minor (kesibukan sehari-
hari), akut (gagal ujian), atau kronis
(lingkungan kerja yang tidak
menyenangkan dan menetap).
STRESS

 Segala tekanan yang mendorong


aspek psikologis dan fisik
melewati ambang batas
stabilitas, yang menghasilkan
penyesuaian diri dalam diri
individu.
STRESS PROCESS
(Cummings and Cooper, 1979)

 Individu berusaha menjaga pikiran,


emosi dan hubungannya dengan dunia
berada dalam kondisi stabil
 Aspek fisik dan emosi individu
mengandung aspek “range of stability”
dimana mereka merasa nyaman. Ketika
tekanan muncul melebihi ambang,
individu harus bertindak dan mengatasi
untuk mengembalikan kenyamanannya.
STRESS PROCESS

 Perilaku individu bertujuan untuk


memelihara kondisi stabil dengan
melalui proses penyesuaian atau strategi
coping
Individual differences dalam Stres

Locus of Control
Self efficacy
Store of energy
Mood
Social support
Bounce back (Daya Lenting)
Use different stress coping strategies
Coping

Bagaimana orang berusaha


untuk mengatasi masalah
atau mengatasi emosi-emosi
negatif yang disebabkan oleh
masalah tersebut.
Coping

 Problem focused coping


 Emotion focused coping
Teori Stres

 Biologis
 Psikoanalisa
 Kognitif Behavioral
Teori Biologis

 Somatic Weakness Theory


 Specific Reaction Theory
 Prolonged Exposure To Stress
Hormones
 Stress and Immune System
Teori Kognitif Behavioral

 Penilaianyang negatif atau


tidak tepat terhadap
pengalaman hidup yang telah
terpola
Data Epidemiologi Stres (Davison,
dkk, 2004)
 Angka kematian pria dan wanita akibat
penyakit jantung relatif sama
 Kelas sosial ekonomi bawah lebih
beresiko dibanding kelas sosial ekonomi
menengah atas
 Etnis minoritas lebih rentan daripada etnis
mayoritas
Absensi Kerja akibat Gangguan
Mental dan Stres
(Sumber : Departemen Kesehatan Inggris, 1986 )
Penyebab Sex Jumlah
Psikosis -M -8.138.000
-F -3.275.080
Neurosis -M -17.083.743
-F -10.162.450
Gangguan Kepribadian -M -162.200
-F -131.600
Retardasi Mental -M -1.310.286
-F -823.300
Migraine -M -136.300
-F -62.800
Hypertensi -M -9.890.527
-F -2.060.400
Akibat Stres di Lingkungan
Kerja
Ketidakpuasan Kerja
Burn out
Performansi Kerja
Absensi dan Turnover
Biaya kesehatan dan perawatan
Job Burn out Process

Interpersonal and
Role related
stressors

Emotional exhaustion
Physiological,
Psychological,
And behavioral,
Depersonalization
consequences
Reduced personal
accomplishment
Sumber Stres di Pekerjaan

Faktor Intrinsik
Faktor Ekstrinsik
Faktor Intrinsik

 Kondisi Kerja
Lingkungan fisik seperti :
kebisingan, cahaya, bau, panas,
ventilasi yang buruk, desain
kantor yang buruk, dll
Faktor Intrinsik
 Shift Work
- Shift kerja mempengaruhi metabolisme, kadar
gula darah, efisiensi mental, motivasi, dan
hipertensi.
- Shift kerja yang bergiliran lebih menimbulkan
stres dari yang menetap.
- Semakin panjang waktu satu shift semakin
stres
Faktor Intrinsik

 Long hours
- Semakin panjang waktu kerja semakin
beresiko terhadap penyakit jantung
koroner
- Pekerja yang bekerja lebih dari 40 jam
seminggu menjadi tidak produktif dan
memiliki resiko kematian 2 kali lebih
besar dari pekerja lain
Faktor Intrinsik

 Resiko dan Bahaya

semakin tinggi resiko pekerjaan


semakin tinggi tingkat stres
pekerja
Faktor Intrinsik

 Teknologi Baru

Pengenalan terhadap sistem,


peralatan, dan cara kerja baru
menimbulkan beban ekstra bagi
pekerja.
Faktor Intrinsik

 Work Overload

Pekerja dengan beban kerja yang


berlebih mengalami gangguan fisiologis
dan kadar kolesterol yang lebih besar
dari pekerja yang lain
Faktor Ekstrinsik

Role in The Organization

- Role Ambiguity
- Role Conflict
Faktor Ekstrinsik

 Relationship At Work
- Social support
- Relationship with superior
- Relationship with subordinates
- Relationship with colleageus
Faktor Ekstrinsik

 Career Development
Pekerja dengan career stress mengalami
ketidakpuasan kerja, burnout, performansi
kerja yang buruk, dan komunikasi
interpersonal yang tidak efektif.
 Job security, retirement
Faktor Ekstrinsik

 Organizational Structure and


Climate
- Struktur birokratis atau ramping
- Keterlibatan pekerja (power, information,
knowledge and skills, rewards)
- Desain kerja
Faktor Yang Menyebabkan
Stres Kerja
Stress of Being Unemployed
(Arnold, 1995)

 Mengalami rendahnya kebahagiaan pribadi,


kepuasan hidup, harga diri, kesejahteraan
psikologis.
 Penyakit bronkhitis, penciuman,
pendengaran, kerongkongan, dan alergi.
 Penyakit jantung dan paru-paru
 Frustrasi untuk berusaha
Post Power Syndrome
 Pada pekerja yang memasuki masa
pensiun atau kehilangan kekuasaan
 Gejala kejiwaan atau emosi yang kurang
stabil sebagai akibat hilangnya kekuasaan
atau tidak bekerja lagi/pensiun.
Post Power Syndrome

 Simtom fisik : lebih tua, berkeriput, sakit-


sakitan, tubuh lemah, tidak bertenaga, dan
berat badan turun
 Simtom emosi : cepat tersinggung, merasa
tidak berharga, depresif, serba salah, gelisah,
cemas, putus asa.
 Simtom perilaku : menarik diri, melakukan
kekerasan, agresif, menyerang,
membanggakan masa lalu, resisten pada
perubahan, sulit bekerja sama, suka melamun.
Job Burn Out
 Merupakan sindrom dari reaksi psikologis
terhadap pekerjaan, termasuk kelelahan,
sinisme, kehilangan antusiasme, dan
ketidakterlibatan profesional, dan secara
mendasar merupakan gejala
ketidakseimbangan psikologis (Shin, 1981).
 Gejala ketidakseimbangan psikologis
berkorelasi sangat kuat satu sama lain
( low self esteem, depresi, depersonalisasi,
kelelahan emosional, ketegangan,
kecemasan, kehilangan kesabaran,
kekhawatiran, kesehatan mental, frustasi)
dan depresi merupakan aspek utama yang
muncul bersamaan dengan burn out.
Job Burn Out
 Maslach Burnout Inventory : 3 sub skala yaitu
kelelahan emosional, depersonalisasi, dan
pencapaian pribadi.
 Sebagian ahli menyebutkan bahwa kelelahan
emosional merupakan aspek utama dalam
burn out.
 Studi pada perawat rumah sakit menunjukkan
ketiga aspek burn out di atas berkorelasi
dengan role ambiguity dan role conflict,
terutama aspek kelelahan emosional
Job Burn Out
 Studi pada terapis kesehatan mental
komunitas dilakukan karena profesi ini memiliki
tingkat turn over yang tinggi
 Karena profesi ini mengandung stressor
lingkungan kerja yang tinggi ( role overload)
menghasilkan dampak kepada manusia
berupa ketidakpuasan kerja dan kelelahan
emosional sehingga berdampak pada
organisasi berupa penurunan prestasi kerja
Manajemen Stres
Individual Organisasional
-Meditation -Mastery of environment (including stressors)
-Manage desires, ambitions, drives -Leaving stressful situation permanently
-Increase self understanding -Human relation training
-Organization provide health service -Planning, organizing day’s activities
-Vicarious stress reduction (e.g. Audience -Find more suitable job
activity) -Redesign job
-Relaxation techniques -Alter organizational structure
-Acceptance of less than perfection -Change evaluation, reward system
-Tension release (laughing, crying, attacking) -Change work schedule
-Seeking medical, psychological, athoer -Clarify roles
professional help -Refine selection and placement procedure
-Attempts to alter behavior or personality -Clarify career paths and promotion criteria
-Use of biofeedback techniques -Improve organization’s communication
-Think of work as less important
-Getting sufficient rest
-Quitting drug intake
-Physical activity
-Diet
-Increased religious activity
EAP ….
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai