DD Anatomi DD Patologi
Bersin Hidung Radang :
Akut
- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis simpleks
Kronis
- Polip
- Rinitis vasomotor
Corpus alienum
Rhinorea Cavum nasi Radang :
Faring Akut
Sinus Paranasal - Rinitis alergi
LCS - Rinitis vasomotor
- Rinitis simpleks
- faringitis
Kronis
- Polip
- Rinitis vasomotor
- Rinitis tuberkulosa
- Rinitis atrofi
- Rinitis medikamentosa
Corpus alienum
Trauma
Neoplasma :
Jinak
ganas
Obstruksi / sumbatan Hidung Radang :
hidung Sinus paranasal Akut
Nasofaring - Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis simpleks
Kronis
- Polip
- Rinitis atrofi
Corpus alienum :
Myasis nasal
Trauma :
Septum deviasi
Abses hidung
Kongenital :
Septum deviasi
Neoplasma :
Jinak
ganas
Epistaksis Hidung : Radang :
Anterior : Akut :
pleksus - Rinoskleroma
kieselbach Kronis :
Posterior : - Polip
arteri Corpus alienum
sphenopalatin Kongenital :
a, arteri - von willebrand disease
ethmoidalis Trauma
posterior Neoplasma :
Sinus Paranasal Jinak
Nasofaring Ganas
Otak Hipertensi -> pecahnya
a.ethmoidalis anterior
Angiofibroma
Ca nasofaring
Nyeri Hidung Radang :
Sinus paranasal Sinusitis
Trauma :
Abses septum
Hematom septum
Corpus alienum
Neoplasma :
Jinak
Ganas
Anosmia / hiposmia Hidung Trauma :
Nervus Septum deviasi
otak Corpus alienum
Neoplasma :
Jinak
Ganas
Radang :
Akut
- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis simpleks
Kronis
- Sinusitis
- Polip
- Rinitis medikamentosa
- Rinitis alergi
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional
Definisi
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau Functional Endoscopic
Sinus Surgery (FESS) adalah teknik operasi invasif minimal yang dilakukan pada
sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan
“mucociliary clearance” dalam sinus. Prinsipnya ialah membuka dan
membersihkan daerah kompleks osteomeatal yang menjadi sumber penyumbatan
dan infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus dapat lancar kembali melalui
ostium alami. Tindakan ini hampir menggantikan semua jenis bedah sinus
terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih
ringan dan tidak radikal (HTA, 2006; Mangunkusumo, 2007; Slack dan Bates,
1998.
Indikasi
Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) umumnya dilakukan untuk
penyakit inflamasi dan infeksi di sinus. Walaupun BSEF secara mayoritas
dilakukan untuk mengatasi masalah rinosinusitis kronik yang tidak mengalami
perbaikan setelah diberi terapi obat yang optimal, tetapi bedah ini juga efektif
pada penyakit yang lain seperti sinusitis akut berulang, seringkali disertai adanya
poliposis di daerah meatus media atau adanya polip yang sudah meluas ke rongga
hidung.
Indikasi lain BSEF termasuk mukokel sinus, sinusitis alergi yang
berkomplikasi atau sinusitis jamur yang invasif dan neoplasia. BSEF juga
dilakukan untuk mengangkat tumor hidung dan sinus paranasal, menambal
kebocoran cairan serebrospinal, tumor hipofisa, dekompresi orbita, kelainan
kongenital (atresia koana), mengontrol epitaksis dan untuk mengeluarkan benda
asing. Selain itu, BSEF juga dilakukan untuk mengangkat tumor pituitari karena
berkembangnya teknik dan penggunaan instrumen yang lebih canggih.
Adakalanya, bedah ini juga dilakukan pada angiofibroma nasofaring yang juvenil.
Secara umum, indikasi untuk BSEF dibahgikan kepada dua yaitu absolut
dan relatif. Absolut berarti operasi BSEF pasti dilakukan pada penderita manakala
relatif berarti bahwa ahli bedah dan penderita harus mempertimbangkan potensi
resiko dan keuntungannya, tetapi operasi BSEF dapat dianggap sebagai pilihan
kepada penderita setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik (Patel,
2012; Stammberger, 2004; David, 2005).
Tabel 2.1 dapat menggambarkan pembahgian indikasi Bedah Sinus
Endoskopik Fungsional (BSEF ) dengan lebih jelas.
Absolut:
Tumor
Komplikasi rhinosinusitis
Mukokel sinus
Sinusitis jamur
Ensefalokel
Kebocoran cairan serebrospinal
Relatif:
Rhinosinusitis kronik
Nyeri kepala disertai nyeri pada wajah
Sinusitis akut berulang
Epitaksis
Polip nasal
(David, 2005)
2.3.3. Kontraindikasi
1. Osteitis atau osteomielitis tulang frontal yang disertai pembentukan
sekuester.
2. Pasca operasi radikal dengan rongga sinus yang mengecil (hipoplasi).
3. Penderita yang disertai hipertensi maligna, diabetes mellitus, kelainan
hemostasis yang tidak terkontrol.
(HTA, 2006).